KOMPAS.com - Refluks asam lambung terjadi ketika asam lambung naik ke kerongkongan (esofagus), yang merupakan saluran yang mengalirkan makanan dan minuman dari mulut ke lambung.
Beberapa refluks benar-benar normal dan tidak berbahaya, biasanya tidak menimbulkan gejala.
Tetapi bila terjadi terlalu sering, refluks asam lambung dapat membakar bagian dalam kerongkongan.
Untuk menghindari asam lambung naik, ada beberapa makanan yang perlu dihindari. Salah satunya makanan bersantan.
Tapi, di hari raya Idul Fitri makanan yang menjadi menu wajib adalah opor, gulai, hingga rendang yang menggunakan santan sebagai bahan dasar.
Jika sudah begitu kita perlu mengendalikan gejala asam lambung.
Baca juga: 4 Komplikasi Serangan Jantung yang Perlu Diwaspadai
Gejala refluks asam lambung yang paling umum dikenal sebagai heartburn, yaitu rasa nyeri dan terbakar di dada atau tenggorokan.
Dari mereka yang secara teratur mengalami heartburn, sekitar 20–40 persen di antaranya dilaporkan didiagnosis memiliki penyakit refluks gastroesofagus (GERD), yakni bentuk refluks asam lambung yang paling serius.
Selain heartburn, gejala umum refluks asam lambung, di antaranya termasuk:
Jika terus dibiarkan, GERD dapat merusak esofagus secara serius atau menyebabkan perubahan pra-kanker di esofagus yang disebut Barrett’s esofagus.
Baca juga: 11 Cara Mengatasi Heartburn Secara Alami dan dengan Bantuan Obat
Untuk menghindari kondisi lebih parah, kenali beragam cara mengatasi asam lambung naik yang baik dipraktikan.
Bagaimana saja?
Biasanya, asam lambung tidak dapat naik atau keluar ke kerongkongan karena adanya penghalang yang disebut sfingter esofagus bagian bawah.
Sfingter esofagus adalah otot seperti cincin yang secara alami tetap tertutup dan biasanya hanya terbuka saat Anda menelan atau bersendawa.
Namun, pada penderita refluks asam lambung lambung, otot ini sering kali melemah atau tidak berfungsi.
Inilah salah satu alasan mengapa orang dengan refluks asam lambung mengalami heartburn.
Baca juga: 6 Komplikasi Asam Lambung yang Perlu Diwaspadai
Melansir Health Line, refluks asam lambung juga dapat terjadi bila ada terlalu banyak tekanan pada otot, menyebabkan asam masuk melalui lubang.
Maka tidak mengherankan jika sebagian besar gejala refluks terjadi setelah aktivitas makan.
Tampaknya juga bahwa makanan yang lebih besar dapat memperburuk gejala refluks asam lambung.
Oleh sebab itu, salah satu langkah yang akan membantu meminimalkan refluks asam lambung ini adalah menghindari makan dalam porsi besar.
Diafragma adalah otot yang terletak di atas perut Anda.
Pada orang sehat, diafragma secara alami memperkuat sfingter esofagus bagian bawah.
Seperti yang disebutkan sebelumnya, otot ini mencegah asam lambung yang berlebihan bocor ke kerongkongan.
Namun, jika Anda memiliki terlalu banyak lemak perut, tekanan di perut Anda bisa menjadi sangat tinggi sehingga sfingter esofagus bagian bawah terdorong ke atas, menjauhi penyangga diafragma. Kondisi ini dikenal sebagai hernia hiatus.
Baca juga: 5 Jenis Hernia (Turun Berok) yang Perlu Diwaspadai
Hernia hiatus adalah alasan utama orang gemuk dan wanita hamil mengalami peningkatan risiko refluks asam lambung dan heartburn.
Beberapa studi observasi menunjukkan bahwa berat badan berlebih di area perut meningkatkan risiko refluks dan GERD.
Di sisi lain, beberapa studi menunjukkan bahwa penurunan berat badan dapat meredakan gejala refluks.
Menurunkan berat badan harus menjadi salah satu prioritas Anda jika Anda hidup dengan refluks asam lambung.
Bukti yang berkembang menunjukkan bahwa diet rendah karbohidrat dapat meredakan gejala refluks asam.
Para ahli menduga bahwa karbohidrat yang tidak tercerna dapat menyebabkan pertumbuhan bakteri yang berlebihan dan peningkatan tekanan di dalam perut.
Beberapa ahli bahkan berspekulasi bahwa ini mungkin salah satu penyebab paling umum dari refluks asam lambung.
Baca juga: 9 Tips Diet Rendah Karbohidrat untuk Bantu Turunkan Berat Badan