Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 16/09/2021, 12:01 WIB
Mahardini Nur Afifah

Penulis

Titik balik cedera olahraga menjadi atlet disabilitas

Nyaris kehilangan nyawa karena cedera olahraga rupanya tak mengubur mimpi Habib untuk kembali berlaga menjadi atlet.

Harapan tersebut lahir ketika ia menyimak kuliah salah satu dosennya yang menayangkan video kompetisi olahraga disabilitas.

Tontonan sepintas lalu itu bersemayam di benak Habib. Ia pun gelisah dan rajin mencari info.Bermodal saran orang sekitarnya sewaktu tinggal di Jakarta, ia diarahkan mencari informasi seputar olahraga disabilitas di kantor Kemenpora.

“Saya ingat waktu itu ke kantor Kemenpora ditemui salah satu staf bagian SDM. Terus, disuruh cari-cari info ke NPC (National Paralympic Committee) Solo,” ujar dia.

Secuil informasi singkat tersebut ibarat kunci pembuka jalan Habib untuk kembali memeluk mimpinya menjadi atlet setelah sempat kandas diterjang cedera olahraga.

Emoh buang-buang waktu lagi, Habib pun segera bertolak dari Jakarta untuk pulang ke kampung halamannya. Ia juga merampungkan kuliahnya yang tinggal satu semester.

Selepas menggenggam gelar ahli madya, ia kembali merajut mimpinya dengan meluncur ke kantor NPC Solo. Begitu melangkahkan kaki di sana, satu per satu pintu kesempatan baru untuk menjadi atlet disabilitas akhirnya terbuka.

Baca juga: Minum Kopi Sebelum Olahraga, Bagaimana Baiknya?

Setelah beberapa bulan melakoni latihan intensif, Habib mengawali kariernya barunya sebagai atlet paraatletik di ajang Peparprov 2014. Debutnya kala itu diganjar tiga medali perak.

“Dulu saya sempat seperti bayi, enggak bisa jalan. Lalu ingat di peparprov bisa lari, bisa juara lagi. Rasanya kayak dilahirkan lagi,” kata dia sembari terbata-bata mengingat perjuangannya.

Pada 2015, ia mendapatkan kesempatan untuk memperkuat skuat Timnas Sepakbola Indonesia yang perdana berlaga di panggung Asean Para Games 2015 di Singapura.

Kendati debut timnas kala itu belum membuahkan hasil, namun tim mereka berhasil membayar kekalahannya dengan menyabet predikat jawara di ajang Asean Para Games 2018 di Malaysia, selepas melibas Thailand dan Myanmar.

“Selain dapat bonus, waktu itu saya dapat apresiasi dari Menpora untuk menjadi PNS. Nah, prajab CPNS-nya sekarang,” ujar Habib.

Baca juga: Olahraga Dulu atau Sarapan Dulu, Mana yang Lebih Baik?

Selain atletik dan sepakbola, Habib juga mencicipi cabang olahraga paracycling atau sepeda.

Di kompetisi Asian Paragames 2018 di Jakarta, Habib bersama rekannya M. Fadli dan Marthin Losu berhasil meraih medali perunggu untuk cabang olahraga paracycling di nomor Men’s Team Sprint Kelas C1-5 (tuna daksa).

Selain itu, ia juga meraih tiga medali emas di kelas Road Combine ITT & RR MC2-3 & WC5, kelas Track 1 Kilo MC2-5, dan kelas Track IP MC2-3 & WC5 ajang Thailand Paracycling Cup 2019.

Dari balap sepeda disabilitas, ia mendapatkan bonus kesempatan mencicipi training di pusat pelatihan balap sepeda tingkat dunia di Swiss.

“Saya ingin hidup kedua ini bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya,” kata bapak tiga anak ini.

M. Habib Shaleh adalah sosok yang bisa jadi teladan dalam melawan keputusasaan. Ia bisa melihat harapan kendati jalan hidup tak semudah membalik telapak tangan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau