Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Risiko Aborsi terhadap Kesehatan Reproduksi Wanita

Kompas.com - 16/03/2022, 12:00 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber NHS, scdhec.gov
Daftar Isi
Buka

KOMPAS.com - Sebelum melakukan prosedur aborsi, penting untuk mengetahui dampak potensial yang mungkin terjadi terhadap kesehatan reproduksi wanita di masa depan.

Mengutip NHS, aborsi adalah suatu prosedur untuk mengakhiri kehamilan, yang bisa dilakukan dengan minum obat atau menjalani prosedur pembedahan.

Aborsi yang aman terhadap reproduksi wanita hanya dapat dilakukan di bawah perawatan rumah sakit atau klinik berlisensi.

Baca juga: 3 Cara Menjaga Kesehatan Reproduksi Wanita saat Haid

Metode aborsi dibedakan dalam 2 jenis berbeda, yaitu:

  • Aborsi medis: minum obat untuk mengakhiri kehamilan
  • Aborsi bedah: prosedur pembedahan untuk menghilangkan kehamilan

Aborsi medis dan bedah umumnya hanya dapat dilakukan hingga usia kehamilan 24 minggu.

Lebih dari usia kehamilan 24 minggu, aborsi dapat dilakukan dengan lebih hati-hati, misalnya ada risiko terhadap kehidupan atau perkembangan janin.

Baca juga: 7 Cara Menjaga Kesehatan Reproduksi Wanita

Risiko

Terdapat sejumlah risiko aborsi yang dialami wanita menurut metode yang dilakukan.

Aborsi medis

Mengutip NHS, sebelum 14 minggu usia kehamilan, risiko aborsi medis yang utama adalah:

  • Membutuhkan prosedur lain untuk menghilangkan bagian janin yang tertinggal di dalam rahim: ini terjadi pada sekitar 70 dari 1.000 wanita.
  • Komplikasi serius, seperti pendarahan hebat, kerusakan rahim, atau sepsis: ini terjadi pada sekitar 1 dari 1.000 wanita.

Setelah masuk usia kehamilan 14 minggu ke atas, risiko aborsi medis yang uatama, meliputi:

  • Membutuhkan prosedur lain untuk menghilangkan bagian janin yang tertinggal di dalam rahim: sekitar 13 dari 100 wanita.
  • Infeksi atau cedera pada rahim: ini terjadi pada sejumlah kecil wanita.

Baca juga: Tak Hanya untu Sistem Reproduksi, Ini 4 Manfaat Hormon Estrogen

Aborsi bedah

Mengutip NHS, sebelum 14 minggu usia kehamilan, risiko aborsi bedah yang utama adalah:

  • Membutuhkan prosedur lain untuk menghilangkan bagian kehamilan yang tertinggal di dalam rahim: ini terjadi pada sekitar 35 dari 1.000 wanita.
  • Komplikasi serius, seperti pendarahan hebat, kerusakan rahim, atau sepsis: ini terjadi pada sekitar 1 dari 1.000 wanita.

Setelah masuk usia kehamilan 14 minggu ke atas, risiko aborsi bedah yang utama meliputi:

  • Membutuhkan prosedur lain untuk menghilangkan bagian kehamilan yang tertinggal di dalam rahim: sekitar 3 dari 100 wanita.
  • Pendarahan yang sangat berat: antara sekitar 1 dan 10 dari 100 wanita.
  • Infeksi: ini terjadi pada sejumlah kecil wanita.
  • Cedera pada rahim atau pintu masuk ke rahim (leher rahim): ini terjadi pada sejumlah kecil wanita.

Mengutip Scdhec.gov, berikut risiko aborsi terhadap kesehatan reproduksi wanita yang secara umum bisa terjadi dan penting untuk menghubungi penyedia layanan kesehatan segera:

  • Mulai mengalami demam
  • Merasakan sakit parah atau nyeri tekan di daerah panggul, perut bagian bawah, dan/atau punggung bagian bawah
  • Mengalami pendarahan vagina yang sangat berat
  • Muncul bau yang sangat tidak sedap dari vagina.

Baca juga: 7 Bau Vagina dan Artinya Bagi Kesehatan Reproduksi Wanita

Reproduksi di masa depan

Mengutip NHS, ada risiko aborsi yang sangat kecil mempengaruhi kesehatan reproduksi wanita dan kehamilannya di masa depan.

Seorang wanita berisiko memiliki gangguan reproduksi di masa depan, jika mengalami infeksi rahim karena efek aborsi yang tidak segera diobati.

Infeksi dapat menyebar ke salurantuba falopi dan ovarium, yang dikenal sebagai penyakit radang panggul (PID).

PID dapat meningkatkan risiko infertilitas atau kehamilan ektopik.

Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang terjadi degan kondisi sel telur menanamkan dirinya di luar rahim.

Mengutip Compass Care, aborsi menyebabkan melemahnya serviks, sehingga meningkatkan risiko wanita melahirkan prematur di masa depan.

Baca juga: Apa itu Mimpi Basah dan Artinya Bagi Kesehatan Reproduksi?

Dua penelitian menunjukkan bahwa satu pengalaman aborsi yang diinduksi meningkatkan risiko kelahiran prematur di kehamilan berikutnya, yaitu sebesar antara 25-27 persen.

Setelah dua atau lebih aborsi, risiko seorang wanita untuk melahirkan prematur meningkat antara 51-62 persen.

Sebuah penelitian di Kanada pada 2013 menemukan bahwa wanita yang melakukan aborsi memiliki kemungkinan 2 kali lebih besar untuk memiliki anak prematur yang sangat dini (kehamilan 26 minggu).

Kelahiran prematur membawa risiko kesehatan yang serius bagi bayinya.

Bayi yang lahir sebelum usia kehamilan 37 minggu memiliki peluang yang jauh lebih rendah untuk hidup hingga dewasa.

Bayi yang bertahan hidup memiliki risiko kecacatan serius yang signifikan, termasuk:

  • Cerebral palsy
  • Gangguan intelektual
  • Gangguan perkembangan psikologis
  • Autisme.

Baca juga: 7 Penyakit yang Mengintai Sistem Reproduksi Wanita

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya
Studi: Ingatan yang Kurang Spesifik Bisa Picu Gangguan Kejiwaan Lebih Dini
Studi: Ingatan yang Kurang Spesifik Bisa Picu Gangguan Kejiwaan Lebih Dini
Health
Kemenkes Prioritaskan Eliminasi Malaria di Papua yang Masih Tinggi Kasusnya
Kemenkes Prioritaskan Eliminasi Malaria di Papua yang Masih Tinggi Kasusnya
Health
Haruskah Orang Dewasa Tidur 7 Jam Setiap Hari untuk Kurangi Risiko Stroke? Ini Kata Dokter…
Haruskah Orang Dewasa Tidur 7 Jam Setiap Hari untuk Kurangi Risiko Stroke? Ini Kata Dokter…
Health
Penyebaran Mpox Meningkat: Kenali Gejalanya dan Lakukan Pencegahan Berikut...
Penyebaran Mpox Meningkat: Kenali Gejalanya dan Lakukan Pencegahan Berikut...
Health
Studi: Kerja Lembur Terlalu Sering Bisa Ubah Struktur Otak
Studi: Kerja Lembur Terlalu Sering Bisa Ubah Struktur Otak
Health
Status Darurat Mpox Diperpanjang WHO: Penyebaran Meningkat, Gejala dan Pencegahan Diperketat
Status Darurat Mpox Diperpanjang WHO: Penyebaran Meningkat, Gejala dan Pencegahan Diperketat
Health
Gejala Mirip Covid-19, Virus HKU5 Jadi Ancaman Pandemi Baru
Gejala Mirip Covid-19, Virus HKU5 Jadi Ancaman Pandemi Baru
Health
Efektifkah Makan Sayur dan Buah untuk Menurunkan Kolesterol? Ini Kata Dokter…
Efektifkah Makan Sayur dan Buah untuk Menurunkan Kolesterol? Ini Kata Dokter…
Health
Sering Dianggap Sepele, Lewatkan Biopsi Bisa Buat Kanker Tak Terdeteksi
Sering Dianggap Sepele, Lewatkan Biopsi Bisa Buat Kanker Tak Terdeteksi
Health
Punya Orangtua Narsis, Apa yang Harus Dilakukan? 
Punya Orangtua Narsis, Apa yang Harus Dilakukan? 
Health
Waspadai Uap Rokok Obat, Ini Kata Dokter soal Dampaknya bagi Paru-paru
Waspadai Uap Rokok Obat, Ini Kata Dokter soal Dampaknya bagi Paru-paru
Health
Tanda-tanda Anak yang Dibesarkan oleh Orangtua Narsis
Tanda-tanda Anak yang Dibesarkan oleh Orangtua Narsis
Health
Bisakah Mengandalkan ChatGPT Membaca Hasil Pemeriksaan Medis?
Bisakah Mengandalkan ChatGPT Membaca Hasil Pemeriksaan Medis?
Health
Ada Black Mold di Ruangan, Seberapa Berbahaya untuk Kesehatan?
Ada Black Mold di Ruangan, Seberapa Berbahaya untuk Kesehatan?
Health
Menu Makanan di Sekolah Bisa Jadi Kunci Anak Makan Sehat, Ini Kata Ahli Gizi
Menu Makanan di Sekolah Bisa Jadi Kunci Anak Makan Sehat, Ini Kata Ahli Gizi
Health
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau