Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dampak Stres terhadap Otak yang Harus Disadari

Kompas.com - 19/02/2024, 12:00 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

KOMPAS.com - Stres mungkin umum saja dalam kehidupan sehari-hari, tetapi semakin lama dapat memberi pengaruh pada fungsi otak Anda.

Dikutip dari National Library of Medicine, sebenarnya stres adalah kombinasi respons fisiologis, neuroendokrin, perilaku, dan emosional terhadap rangsangan baru atau yang mengancam.

Hanya saja, stres yang kuat dan berkepanjangan dapat menimbulkan kerusakan psikologis dan penyakit (patologis).

Baca juga: Tahukah Dampak Stres Bisa Mengecilkan Otak Anda? Ini Faktanya... 

Penelitian menunjukkan bahwa stres memiliki pengaruh luar biasa pada bagian otak utama dan penyakit otak.

Stres memiliki efek signifikan pada berbagai wilayah otak, meliputi hipokampus, hipotalamus, amigdalam, dan prefrontal korteks.

Depresi, kecemasan, defisit kognitif, dan bahkan penyakit mental yang disebabkan oleh stres berkaitan erat dengan kerusakan fungsional dan struktural pada wilayah otak terkait.

Artikel ini akan mencoba menunjukkan berbagai dampak stres terhadap kondisi otak Anda, yang bisa menjadi awal untuk Anda lebih menyadari pentingnya mengelola stres.

Baca juga: Dampak Stres terhadap Gula Darah Tinggi yang Harus Diketahui

Apa saja dampak stres terhadap otak?

Dikutip dari Very Well Mind, terkadang stres dapat membantu mempertajam pikiran dan meningkatkan kemampuan mengingat detail tentang apa yang sedang terjadi.

Namun, hal ini juga dapat menimpulkan efek negatif pada otak, seperti berkontribusi terhadap penyakit mental dan menyusutkan volume otak.

Berikut ulasannya:

Para ilmuwan telah menemukan fakta bahwa stres kronis memainkan peran utama dalam timbulnya banyak kondisi kejiawaan, seperti depresi, gangguan bipolar, dan gangguan stres pasca-trauma (PTSD).

Penelitian menunjukkan bahwa stres kronis menyebabkan perubahan jangka panjang pada otak.

Perubahan-perubahan tersebut mungkin membantu menjelaskan mengapa mereka yang mengalami stres kronis juga lebih rentan terhadap gangguan suasana hati dan kecemasan di kemudian hari.

Contohnya, studi pencitraan menunjukkan bahwa stres dapat mengganggu sistem serotonin dan dopamin tubuh, yang mungkin berperan dalam menyebabkan kondisi tersebut.

Serotonin dan dopamin adalah pembawa pesan kimia yang mengirimkan sinyal antar sel saraf di otak, memfasilitasi komunikasi dalam sistem saraf pusat.

Baca juga: Hubungan Stres dan Gula Darah yang Perlu Diketahui

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau