Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apakah Garam Merusak Ginjal? Ini Penjelasan Dokter...

Kompas.com - 20/07/2024, 22:00 WIB
Elizabeth Ayudya Ratna Rininta

Penulis

KOMPAS.com - Hampir semua makanan yang kita santap sehari-hari mengadung garam. Meski menyedapkan rasa, konsumsi garam berlebihan ternyata tidak baik untuk tubuh.

Dilansir dari Healthline, efek garam pada tubuh antara lain membuat perut kembung, memicu tekanan darah tinggi atau hipertensi, dan meningkatkan risiko penyakit jantung. Lantas, apakah garam merusak ginjal?

Baca juga: 5 Bahaya Kelebihan Garam, Bukan Cuma Hipertensi

Dokter spesialis penyakit dalam dr. Anton Isdijanto, Sp.PD menjelaskan, kebiasaan mengonsumsi garam dalam jumlah berlebih juga meningkatkan risiko gagal ginjal.

"Di Indonesia itu belum ada edukasi kalori yang dibutuhkan berapa di luar makanan-makanan yang instan, terutama yang kandungan garamnya tinggi, gulanya tinggi, kalorinya juga jadi lebih tinggi,” kata Anton, seperti ditulis Antara, Sabtu (20/7/2024).

Anton menuturkan bahwa seharusnya batas konsumsi garam yaitu lima gram atau sekitar satu sendok teh per hari bila melihat anjuran dari Kementerian Kesehatan.

Dokter yang berpraktik di RSUD Cibinong itu lalu memberi contoh, ketika mengonsumsi mi instan, kandungan garam yang masuk ke dalam tubuh bisa mencapai sekitar 3,7 hingga 3,8 gram. Jumlah tersebut belum termasuk kadar gula yang ada di dalam bumbu-bumbu atau lauk lain yang ditambahkan dalam mi.

“Yang dicari malah makanan instan, mi instan, pakai ayam goreng, ada tepung, ada garam, belum pakai bumbu-bumbu masak tinggi garam. Akhirnya apa? kena hipertensi sebagai gangguan metabolik,” ujar Anton.

Akibat kelebihan garam, ginjal akan dipaksa bekerja lebih keras untuk mengeluarkan garam dan membuat jantung harus memompa darah lebih cepat.

Tekanan darah yang tinggi kemudian akan merusak pembuluh darah pada ginjal sehingga kemampuan ginjal untuk menyaring berbagai zat yang masuk ke dalam tubuh makin berkurang.

Baca juga: 9 Dampak Kelebihan Garam, Bisa Hipertensi dan Kanker

Bila hal ini berlanjut, kualitas maupun bentuk ginjal akan terdampak dan penderitanya bisa saja memerlukan alat bantu seperti mesin cuci darah. Tekanan darah dalam tubuh juga ikut meningkat secara keseluruhan.

“Pada prinsipnya ini seperti air minum. Air mengalir karena dipompa, air bisa diminum kalau ia sudah tersaring. Jadi, darah kita dipompa jantung, dialirkan melalui pipa pembuluh darah dan disaring oleh ginjal. Kalau terganggu, yang membuat tekanan tinggi adalah jantung yang memompa dan dampaknya akan mengarah di bagian filter,” ucap Anton.

Lebih lanjut, Anton memaparkan bahwa penderita gagal ginjal banyak ditemukan pada usia di bawah 27 tahun.

Selain pola makan, penyebab lainnya adalah tidak menjalankan pola hidup yang sehat seperti kurang tidur dan jarang berolahraga.

Oleh karena itu, dokter Anton menyarankan untuk membatasi asupan garam atau makanan asin, banyak makan buah dan sayur, serta rutin berolahraga.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau