Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 08/09/2021, 17:00 WIB
Luthfi Maulana Adhari,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Lendir dalam tinja merupakan sesuatu yang normal. Hanya saja, lendir biasanya cenderung bening dan tidak terlihat dengan mata telanjang.

Jika lendir berlebih dan terlihat jelas, kondisi ini bisa menjadi tanda masalah pada sistem pencernaan.

Untuk diketahui, lendir adalah zat kental yang berfungsi melindungi dan melumasi jaringan serta organ halus dalam tubuh.

Baca juga: BAB Keluar Darah Bisa Jadi Gejala Apa?

Lendir juga berfungsi untuk mengurangi kerusakan yang mungkin disebabkan oleh bakteri, virus, atau jamur.

Selain itu, lendir dapat melindungi terhadap asam lambung atau cairan atau iritasi yang berpotensi berbahaya lainnya.

Penyebab

Kelebihan lendir dalam tinja dapat menunjukkan masalah saluran pencernaan atau gastrointestinal (GI).

Perubahan tingkat lendir terletak pada lapisan mukosa di usus yang dipecah sebagai hasil dari proses inflamasi.

Dengan demikian, lendir dapat dikeluarkan melalui tinja. 

Kondisi ini akan menyebabkan patogen di dalam usus besar mengalir ke tubuh dan membuat seseorang jatuh sakit.

Melansir Gutcare, ada beberapa kondisi umum yang dapat menyebabkan peningkatan kadar lendir, yaitu:

Baca juga: 9 Penyebab BAB Berdarah yang Perlu Diwaspadai

  • Infeksi usus
  • Penyakit Crohn, penyakit radang usus yang mempengaruhi saluran pencernaan dengan gejala seperti diare atau kelelahan.
  • Kolitis ulseratif, mirip dengan penyakit Crohn, penyakit radang usus ini memengaruhi usus besar atau usus besar dengan gejala seperti lendir berdarah atau tinja yang mengandung lendir saat buang air besar.
  • Sindrom iritasi usus, gangguan umum yang memengaruhi fungsi normal usus besar, dan dapat meningkatkan jumlah lendir yang muncul dalam tinja.
  • Masalah malabsorpsi
  • Kanker usus besar
  • Cystic fibrosis, kelainan genetik yang menyebabkan tubuh memproduksi lendir kental dan lengket
  • Obat-obatan, obat seperti antibiotik dapat mengubah bakteri dan flora di usus yang menyebabkan diare dan meningkatkan jumlah lendir.

Gejala

Kelebihan lendir dalam tinja terkadang disertai dengan gejala lain. Gejala-gejala tersebut antara lain:

  • Darah atau nanah dalam tinja
  • Sakit perut, kram perut, atau kembung
  • Perubahan kebiasaan dalam buang air besar, seperti diare

Diagnosis

Siapa pun yang belum pernah didiagnosis dengan kondisi BAB berlendir, segera temui dokter.

Terutama benar jika lendir disertai dengan gejala pencernaan lainnya seperti:

Baca juga: 7 Bahaya Menahan BAB yang Perlu Diwaspadai

  • Darah dalam tinja
  • Diare
  • Sakit perut
  • Sembelit atau muntah

Jika lendir dalam tinja biasa terjadi karena kondisi yang sudah didiagnosis seperti IBS atau kolitis ulserativa, tetap penting untuk rutin berkonsultasi dengan dokter.

Secara umum, diagnosis cukup dilakukan dengan pemeriksaan fisik dan tes darah.

Hasil tes akan memberi dokter gambaran tentang kesehatan fisik pasien.

Jika informasi tambahan diperlukan, dokter akan melakukan lebih banyak tes. Di antaranya:

  • Tes darah
  • Pemeriksaan tinja
  • Urinalisis
  • Kolonoskopi
  • Endoskopi
  • Tes pencitraan, seperti sinar-X, pemindaian MRI panggul, atau CT scan
  • Tes elektrolit keringat

Perawatan

Perawatan yang terhadap BAB berlendir tergantung pada penyebabnya. Beberapa kondisi akan membutuhkan obat dan yang lainnya tidak.

Misalnya, perubahan pola makan dengan menghindari makanan tertentu dapat membantu mengelola gejala IBS.

Periksakan ke dokter untuk mendapat diagnosis tepat, agar perawatan BAB berlendir bisa efektif.

Baca juga: 8 Penyebab BAB Keras dan Cara Mengatasinya

Pencegahan

Tinja berlendir dapat dicegah dengan menjalankan pola hidup sehat, antara lain:

  • Meningkatkan asupan air mineral
  • Konsumsi makanan kaya probiotik atau suplemen yang mengandung probiotik, seperti Bifidobacterium atau Lactobacillus
  • Konsumsi makanan anti inflamasi, seperti makanan rendah asam dan tidak pedas
  • Seimbangakan kandungan serat, karbohidrat, dan lemak yang sehat dalam makanan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Video rekomendasi
Video lainnya

Indeks Penyakit


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com