Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 26/10/2021, 15:00 WIB
Annisyah Dewi N,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kutu merupakan serangga parasit tidak bersayap yang mengisap darah binatang atau manusia.

Kutu biasanya membawa organisme mikroskopis yang disebut Babesia dan melalui gigitan kutu parasit tersebut dapat masuk ke dalam tubuh manusia.

Gigitan kutu yang membawa parasit Babesia akan menimbulkan penyakit yang disebut babesiosis.

Baca juga: Kenali Bahaya dan Gejala Infeksi Gigitan Kutu Kucing pada Manusia

Babesiosis merupakan penyakit langka yang terjadi ketika parasit Babesia menginfeksi dan menghancurkan sel darah merah.

Gejala

Merangkum Family Doctor dan WebMD, gejala babesiosis biasanya muncul pada satu hingga delapan minggu setelah terinfeksi parasit Babesia.

Terkadang penyakit ini tidak memunculkan gejala yang cukup terlihat, penderita mungkin merasa seperti flu.

Berikut beberapa gejala dari babesiosis, yaitu:

  • Demam
  • Rasa tidak enak badan atau malaise
  • Panas dingin atau meriang
  • Kelelahan
  • Sakit kepala
  • Tidak nafsu makan
  • Menjadi lebih berkeringat
  • Nyeri sendi dan otot.

Tidak hanya menginfeksi dan menghancurkan sel darah merah, parasit Babesia juga dapat menyebabkan anemia hemolitik, yang ditandai dengan gejala:

  • Kebingungan atau linglung
  • Urine berwarna gelap
  • Irama jantung yang tidak normal
  • Pembengkakan pada organ limpa dan hati
  • Kulit tampak pucat
  • Kulit, bagian putih mata, dan mulut tampak menguning (jaundice).

Baca juga: Cat Scratch Disease

Penyebab

Dikutip dari Osmosis, babesiosis disebabkan oleh parasit Babesia yang biasanya disebarkan melalui gigitan kutu Ixodes scapularis yang terinfeksi.

Kutu Ixodes scapularis, disebut juga kutu rusa, merupakan vektor primer, yaitu penyebab utama terjadinya penularan penyakit, baik pada orang maupun hewan.

Kutu Ixodes scapularis juga merupakan kutu yang menyebarkan bakteri Borrelia burgdorferi, yaitu bakteri yang menyebabkan penyakit Lyme.

Babesia microti dan Babesia divergens menjadi tipe parasit Babesia yang paling sering menyerang manusia.

Ketika kutu yang terinfeksi menggigit manusia, parasit di dalam perut kutu secara bertahap berpindah ke kulit manusia yang kemudian menuju pembuluh darah.

Pada sebagian besar kasus, kutu yang terinfeksi harus menempel pada tubuh manusia selama 24 hingga 36 jam atau lebih, sebelum menularkan parasit.

Semakin lama kutu menempel atau menggigit maka semakin besar kemungkinan penularan parasit.

Setelah berada di dalam darah, parasit Babesia akan berkembang biak, menginfeksi, dan menghancurkan sel darah merah.

Selain melalui gigitan kutu, penyakit ini juga dapat menular melalui dua cara berikut:

  1. Mendapat transfusi dari donor darah yang terinfeksi Babesia, tetapi tidak merasakan gejala
  2. Meski jarang terjadi, babesiosis juga dapat ditularkan dari ibu ke bayi selama kehamilan atau proses persalinan.

Baca juga: Justin Bieber Didiagnosis Idap Lyme Disease, Penyakit Apa Itu?

Faktor risiko

Merangkum Family Doctor dan Osmosis, terdapat beberapa kondisi yang meningkatkan risiko terkena babesiosis, seperti:

  • Berusia lanjut
  • Memiliki riwayat melakukan splenektomi, yaitu operasi pengangkatan limpa
  • Memiliki sistem imun yang lemah atau menderita penyakit autoimun, seperti HIV atau AIDS
  • Memiliki penyakit kronis yang memengaruhi sistem imun tubuh
  • Mengonsumsi obat imunosupresan
  • Tinggal di daerah endemik babesiosis atau mengunjungi tempat tersebut pada musim kutu aktif, yaitu pada bulan Mei sampai September di Amerika Serikat.

Diagnosis

Melansir Healthline, pada tahap awal, dokter akan melakukan tes apusan darah dengan memeriksa sampel darah menggunakan mikroskop.

Selain itu, dokter juga dapat melakukan tes antibodi pada sampel darah. Kedua tes ini bertujuan untuk memastikan keberadaan parasit Babesia pada darah penderita.

Perawatan

Mengutip Healthline, pada kasus dengan gejala ringan, dokter akan meresepkan kombinasi antibiotik dan antiparasit, seperti clindamycin dan kina.

Jika kedua obat tersebut kurang efektif dalam menyembuhkan babesiotis maka dokter akan meresepkan kombinasi atovaquone dan azithromycin.

Kedua kombinasi obat ini biasanya dikonsumsi selama 7 hingga 10 hari.

Baca juga: Mengenal Jenis Gigitan Tungau dan Cara Mengatasinya

Pada kasus yang parah, dokter mungkin akan memberikan azithromycin yang diberikan secara intravena, yaitu melalui infus atau suntikan dan dikombinasikan dengan atovaquone oral.

Kombinasi clindamycin yang diberikan secara intravena dengan kina oral juga dapat menangani babesiotis dengan gejala yang parah.

Selain itu, penderita babesiotis dengan gejala yang parah mungkin juga memerlukan transfusi darah.

Komplikasi

Merangkum dari Osmosis dan Centers for Disease Control and Prevention (CDC), babesiosis dapat menimbulkan beberapa komplikasi, seperti:

  1. Tekanan darah yang sangat rendah (hipotensi) dan tidak stabil
  2. Anemia hemolitik
  3. Hemolisis, yaitu kerusakan membran sel darah merah yang menyebabkan pelepasan hemoglobin dan komponen lain ke dalam cairan di sekitarnya
  4. Trombositopenia, yaitu jumlah trombosit yang rendah
  5. Koagulasi intravaskular diseminata, dapat menyebabkan pengentalan darah yang berlebihan dan perdarahan pada organ di dalam tubuh
  6. Kegagalan fungsi organ vital, seperti ginjal, paru-paru, dan hati, yang dapat berkembang menjadi syok, bahkan henti jantung atau cardiac arrest
  7. Kematian.

Pencegahan

Dikutip dari Family Doctor, berikut beberapa cara mencegah babesiosis:

Baca juga: Kenali Bahaya dan Gejala Infeksi Gigitan Kutu Kucing pada Manusia

  1. Hindari area berhutan, semak belukar, atau rerumputan tinggi
  2. Gunakan obat nyamuk atau antiserangga yang mengandung DEET saat bepergian atau keluar rumah
  3. Gunakan pakaian berwarna terang agar lebih mudah melihat dan menghilangkan kutu yang menempel di pakaian
  4. Gunakan pakaian berlengan panjang dan celana panjang saat bepergian atau keluar rumah
  5. Memeriksa seluruh tubuh setelah bepergian untuk memastikan tidak ada kutu yang menempel
  6. Periksa tubuh hewan peliharaan sebelum dibiarkan masuk ke dalam rumah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Indeks Penyakit


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau