Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 30/10/2021, 11:00 WIB
Xena Olivia,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Narkolepsi merupakan kondisi yang mengganggu sistem saraf. Kondisi ini menyebabkan jam tidur tidak normal yang dapat memengaruhi kualitas hidup seseorang.

Orang dengan narkolepsi merasa kesulitan untuk tetap terjaga untuk waktu yang lama, terlepas keadaannya.

Melansir Healthline, narkolepsi merupakan kondisi kronis yang bersifat langka. Gangguan ini dapat memengaruhi sekitar 1 dari 2.000 orang.

Baca juga: Apakah Tidur Siang Bisa Menambah Berat Badan?

Gejala narkolepsi biasanya dapat bermula di antara usia 10 hingga 25 tahun. Namun, kondisi ini sering tidak segera dikenali dan terkena misdiagnosis.

Gejala

Dalam tidur Rapid Eye Movement (REM) atau tidur bermimpi, kita dapat bermimpi dan mengalami kelumpuhan otot yang menjelaskan beberapa gejala narkolepsi.

Gejala tersebut meliputi hal di bawah ini.

  • Kantuk di siang hari yang berlebihan: kondisi ini menyebabkan seseorang lebih sulit untuk melakukan aktivitas sehari-hari, bahkan jika mendapat tidur cukup di malam hari.

    Kurangnya energi membuat sulit untuk berkonsentrasi. Sulit untuk mengingat sesuatu dan merasa tertekan atau kelelahan.

  • Katapleksi: kondisi ini dapat menyebabkan masalah dari bicara yang tidak jelas hingga tubuh ambruk total, tergantung pada otot yang terlibat.

    Katapleksi dapat dipicu oleh emosi intens, seperti terkejut, tertawa, atau kemarahan.

  • Halusinasi: dapat terjadi kapan saja dan bisa jadi menakutkan. Umumnya terjadi secara visual, tapi tidak menutup kemungkinan adanya keterlibatan indra lain.

    Jika terjadi saat tidur, disebut sebagai halusinasi hipnagogik. Halusinasi yang terjadi saat bangun disebut halusinasi hipnopompik.

  • Kelumpuhan tidur: melibatkan seseorang tidak dapat bergerak atau berbicara saat tertidur atau mencoba untuk bangun.

  • Sulit tidur: terdapat kemungkinan untuk tetap tertidur pada malam hari karena mimpi yang terasa nyata (halusinasi), masalah pernapasan, atau gerakan tubuh.

Baca juga: Berapa Lama Waktu Tidur Siang yang Baik?

Penyebab

Seringkali, narkolepsi disebabkan oleh kurangnya zat kimia otak yang disebut hipokretin (atau oreksin) yang menjaga seseorang tetap bangun.

Kekurangan zat tersebut disebabkan oleh sistem kekebalan yang secara keliru menyerang sel-sel yang memproduksinya atau reseptor yang membuat zat tersebut aktif.

Namun, terkadang tidak ditemukan penyebab jelas dari narkolepsi.

Dugaan dari pemicu narkolepsi meliputi:

  • perubahan hormonal yang dapat terjadi selama pubertas atau menopause
  • stres psikologis mayor
  • infeksi, seperti flu babi atau vaksinnya (pandemrix)

Diagnosis

Untuk mendiagnosis narkolepsi, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan bertanya soal riwayat kesehatan pasien.

Tes yang mungkin dilakukan oleh dokter dapat meliputi hal berikut.

  • Polisomnogram (PSG): dilakukan di klinik gangguan tidur atau lab tidur. Tes ini dilakukan semalaman dengan melakukan observasi konstan saat pasien terlelap untuk melihat masalah dalam siklus tidur.

    PSG dapat menunjukkan jika pasien masuk ke tidur REM pada waktu yang tidak biasa pada siklus tidur yang seharusnya.

    Tes ini dapat mengesampingkan masalah lain yang berpotensi menyebabkan gejala yang timbul.

  • Tes latensi tidur ganda: tes ini juga dilakukan di klinik atau lab khusus. Tes dilakukan pada siang hari untuk mengukur kecenderungan pasien untuk tertidur.

    Ahli kesehatan akan meminta pasien tidur siang selama empat atau lima kali dengan jarak dua jam.

Baca juga: Alasan Tidur Siang Tidak Boleh Terlalu Lama

Perawatan

Narkolepsi merupakan kondisi kronis yang belum ditemukan obat khususnya. Namun, perawatan dengan pengobatan dapat membantu mengelola gejala.

Selain itu, penyesuaian gaya hidup dan menghindari aktivitas berbahaya juga turut berperan dalam menangani narkolepsi.

Perbanyak tidur siang singkat dengan jarak merata secara teratur dapat menjadi pilihan terbaik untuk mengatasi rasa kantuk berlebihan di siang hari.

Selain itu, menjaga rutinitas waktu tidur yang ketat juga dapat menjaga kondisi tetap ‘stabil’. Usahakan untuk selalu tidur pada waktu yang sama setiap malamnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Video rekomendasi
Video lainnya

Indeks Penyakit


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com