Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 18/11/2021, 10:00 WIB
Annisyah Dewi N,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Bagi sebagian orang, susu segar lebih nikmat dikonsumsi secara langsung daripada susu kemasan.

Namun, susu segar yang diminum secara langsung dapat menyebabkan tubuh terserang penyakit karena belum melalui proses pasteurisasi.

Pasteurisasi merupakan proses pemanasan susu dalam suhu dan durasi tertentu untuk membunuh kuman penyebab penyakit yang dapat mengontaminasi susu.

Baca juga: Hobi Konsumsi Daging Mentah, Waspadai Brucellosis

Salah satu bakteri yang kerap ditemukan pada susu tanpa pasteurisasi adalah Brucella, yaitu bakteri penyebab penyakit brucellosis.

Brucellosis merupakan infeksi bakteri yang disebarkan dari hewan ke manusia dan umumnya terjadi pada hewan ternak, seperti sapi, domba, dan kambing.

Manusia terinfeksi bakteri Brucella ketika melakukan kontak langsung dengan hewan yang terinfeksi.

Selain itu, mengonsumsi produk yang tidak terpasteurisasi atau daging mentah dari hewan yang terpapar bakteri Brucella juga dapat menyebabkan brucellosis.

Gejala

Merangkum Mayo Clinic dan Medline Plus, gejala brucellosis hampir menyerupai gejala flu, seperti:

  • Demam dan menggigil
  • Sakit perut
  • Sakit punggung
  • Keringat berlebihan
  • Mudah lelah
  • Sakit kepala
  • Nyeri sendi dan otot
  • Nafsu makan berkurang
  • Pembengkakan kelenjar getah bening
  • Penurunan berat badan.

Gejala brucellosis dapat hilang dalam beberapa minggu atau bulan lalu kembali kambuh.

Baca juga: Alergi Susu

Pada sebagian orang mengalami brucellosis kronis dan merasakan gejala yang berlangsung selama bertahun-tahun meski telah diobati.

Brucellosis kronis ditandai dengan gejala demam yang hilang-muncul, peradangan sendi, dan infeksi pada lapisan dalam jantung atau endokarditis.

Penyebab

Merangkum Mayo Clinic dan WebMD, brucellosis terjadi ketika seseorang melakukan kontak langsung dengan hewan atau produk hewan yang terkontaminasi bakteri Brucella.

Meskipun umumnya brucellosis tidak menyebar antar-manusia, tetapi ibu hamil dan ibu menyusui yang terkena brucellosis dapat menularkan ke bayi mereka.

Selain itu, brucellosis juga dapat menular melalui hubungan seksual dan transfusi darah atau sumsum tulang yang terkontaminasi bakteri Brucella.

Berikut beberapa cara penularan bakteri Brucella, yaitu:

  1. Menghirup udara yang terkontaminasi bakteri Brucella
  2. Mengonsumsi produk dairy, seperti susu kemasan, keju, mentega, dan es krim yang tidak dipasteurisasi, termasuk susu segar
  3. Mengonsumsi daging mentah atau daging yang kurang matang dari hewan yang terinfeksi bakteri Brucella
  4. Menyentuh darah, sperma, atau cairan tubuh dari hewan yang terinfeksi bakteri Brucella yang masuk ke dalam peredaran darah melalui luka terbuka.

Faktor risiko

Menurut WebMD, terdapat beberapa kondisi yang meningkatkan risiko terpapar bakteri Brucella yang menyebabkan brucellosis, yaitu:

Baca juga: Benarkah Minum Susu Murni Lebih Sehat daripada Susu Pasteurisasi?

  1. Mengonsumsi daging sapi, kambing, atau domba setengah matang
  2. Mengonsumsi produk olahan susu yang tidak dipasteurisasi
  3. Mengunjungi wilayah dengan kasus brucellosis yang banyak
  4. Bekerja sebagai petani, peternak, pemburu hewan, dan di pabrik pengolahan daging sapi, kambing, atau domba, tukang jagal, serta dokter hewan.

Diagnosis

Dikutip dari Mayo Clinic, brucellosis biasanya dapat didiagnosis dengan mengambil sampel darah atau sampel sumsum tulang penderita.

Pemeriksaan sampel darah atau tulang di laboratorium bertujuan untuk memeriksa adanya antibodi terhadap brucellosis.

Dokter mungkin memerlukan beberapa pemeriksaan penunjang untuk mendeteksi komplikasi akibat brucellosis, seperti:

  1. Rontgen, untuk mengetahui adanya perubahan pada tulang dan sendi
  2. CT scan atau MRI, untuk memeriksa peradangan atau abses (kumpulan nanah) pada otak atau jaringan tubuh yang lain
  3. Kultur cairan serebrospinal, yaitu mengambil sampel cairan otak dan tulang belakang untuk mendeteksi gejala meningitis dan ensefalitis (radang otak)
  4. Ekokardiografi, untuk mendeteksi gejala infeksi atau kerusakan pada jantung

Perawatan

Melansir WebMD, brucellosis dapat diobati dengan pemberian antibiotik, seperti:

  • Streptomisin
  • Siprofloksasin
  • Sulfametoksazol
  • Tetrasiklin.

Baca juga: 5 Susu Alternatif Pengganti Susu Sapi

Dokter biasanya akan meresepkan kombinasi antibiotik jenis doksisiklin dengan rifampisin selama 6 sampai 8 minggu.

Meski telah diobati, tingkat kekambuhan brucellosis sebesar 5 sampai 15 persen dan biasanya infeksi kembali terjadi enam bulan setelah pengobatan.

Pemulihan brucellosis memerlukan waktu selama beberapa minggu hingga beberapa bulan.

Komplikasi

Merangkum Mayo Clinic dan WebMD, brucellosis dapat menimbulkan beberapa komplikasi, seperti:

  1. Infeksi pada sistem saraf pusat, seperti meningitis dan radang otak atau ensefalitis
  2. Endokarditis, yaitu peradangan atau infeksi pada lapisan bagian dalam dinding jantung
  3. Radang sendi atau arthritis, terutama pada lutut, panggul, pergelangan kaki, pergelangan tangan, dan tulang belakang
  4. Peradangan dan infeksi pada saluran kelamin dan testis pria yang disebut epididymo-orchitis
  5. Infeksi dan pembengkakan pada organ limpa dan hati
  6. Wanita hamil yang menderita brucellosis dapat mengalami keguguran dan cacat lahir pada bayi.

Pencegahan

Dikutip dari Healthline, terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah brucellosis, yaitu:

Baca juga: 4 Bahaya Susu Sapi Jika Dikonsumsi Berlebihan

  1. Hindari mengonsumsi daging mentah dan masak daging hingga benar-benar matang
  2. Hindari mengonsumsi produk olahan susu, seperti susu, keju, dan es krim yang tidak dipasteurisasi
  3. Gunakan sarung tangan, pelindung mata, dan pakaian pelindung saat melakukan kontak dengan hewan atau daging hewan
  4. Tutupi luka terbuka pada kulit dengan plester sebelum menyentuh hewan
  5. Lakukan vaksinasi pada hewan ternak dan hewan peliharaan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Video rekomendasi
Video lainnya

Indeks Penyakit


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com