KOMPAS.com - Kardiomegali atau pembesaran jantung bukan lah penyakit, melainkan gejala dari penyakit lain.
Istilah kardiomegali mengacu pada pembesaran jantung yang terlihat pada tes pencitraan apa pun, termasuk rontgen dada.
Pembesaran jantung merupakan akibat dari stres jangka pendek pada tubuh atau kondisi medis, seperti kehamilan, melemahnya otot jantung, penyakit arteri koroner, masalah katup jantung, atau irama jantung yang tidak normal.
Baca juga: 7 Makanan yang Baik untuk Kesehatan Jantung
Kondisi jantung yang dialami sejak lahir, kerusakan akibat serangan jantung, atau detak jantung yang tidak normal (aritmia) dapat menyebabkan jantung membesar.
Kondisi lain yang terkait dengan kardiomegali meliputi:
Biasanya, kardiomegali tidak menunjukkan gejala. Kondisi ini terasa hanya ketika situasi memburuk dan efisiensi jantung turun.
Beberapa gejala tersebut di antaranya:
Baca juga: 3 Jenis Olahraga yang Baik untuk Kesehatan Jantung
Kardiomegali lebih mudah diobati bila terdeteksi dini.
Cari perawatan medis darurat jika merasakan gejala berikut:
Jika memiliki tanda atau gejala baru yang mungkin berhubungan dengan jantung, buatlah janji temu dengan dokter.
Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan melakukan tes untuk menentukan diagnosis. Tes atau periksaan yang dimaksud antara lain:
Perawatan untuk kardiomegali fokus pada pengobatan penyebab yang mendasarinya.
Jika kardiomiopati atau jenis kondisi jantung lain yang harus diobati atas kardiomegali, dokter akan merekomendasikan obat-obatan, seperti:
Baca juga: 18 Tips Menjaga Kesehatan Jantung
Apabila obat-obatan tidak cukup untuk mengobati kardiomegali, prosedur medis atau pembedahan mungkin diperlukan, pilihan pembedahan di antaranya:
Risiko komplikasi dari kardiomegali tergantung pada bagian jantung yang membesar dan penyebabnya.
Komplikasi kardiomegali dapat meliputi:
Baca juga: Apakah Covid-19 Dapat Berdampak Buruk pada Kesehatan Jantung?
Tiap orang dapat mencegah terjadinya kardiomegali dengan melakukan gaya hidup sehat, seperti:
Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.