Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 28/11/2021, 09:00 WIB
Jessica Rosa Nathania,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Mengalami pendarahan pasca melahirkan merupakan hal yang normal akibat perubahan tubuh Anda selama masa kehamilan.

Tubuh membutuhkan waktu untuk pulih, yang berarti Anda mungkin masih memiliki beberapa gejala dalam beberapa saat setelah melahirkan.

Baca juga: 11 Penyebab Pendarahan saat Melahirkan

Penyebab

Umumnya pendarahan pasca melahirkan dapat terjadi karena rahim tidak berkontraksi sebagaimana mestinya untuk menghentikan pendarahan.

Berdasarkan WebMD, berikut faktor atau kondisi lainnya yang dapat menyebabkan pendarahan pasca melahirkan, antara lain:

  • Melahirkan anak kembar
  • Memiliki bayi yang lebih besar
  • Bersalin dalam waktu yang lama
  • Pernah melahirkan beberapa kali sebelumnya
  • Rahim robek selama persalinan
  • Melakukan operasi caesar
  • Mendapatkan anestesi umum saat menjalani operasi caesar
  • Penggunaan obat oksitosin
  • Tekanan darah dan protein yang tinggi dan berkembang dalam urine selama kehamilan
  • Kegemukan
  • Masalah pada plasenta.

Faktor risiko

Mengutip Healthline, pendarahan yang terjadi umumnya akan melambat dan berkurang dalam beberapa hari atau minggu setelah melahirkan.

Akan tetapi, beberapa hal dapat meningkatkan aliran darah untuk sementara, termasuk:

  • Bangun dari tempat tidur di pagi hari
  • Menyusui karena tubuh menghasilkan hormon oksitosin yang merangsang kontraksi rahim
  • Berolahraga
  • Mengejan saat buang air kecil atau besar.

Baca juga: Tanda-Tanda Gangguan Kesehatan Usai Melahirkan

Gejala

Jika pendarahan menjadi cukup berat dan tidak berkurang setelah beberapa hari, segera hubungi dokter Anda.

Melansir Healthline, berikut juga adalah gejala yang perlu Anda waspadai, yaitu:

  • Tanda-tanda infeksi, seperti keputihan yang berbau busuk
  • Demam tinggi atau kedinginan
  • Darah yang tetap merah cerah dan berat pada minggu kedua
  • Perasaan lembut di satu atau kedua sisi perut Anda
  • Pusing atau merasa ingin pingsan
  • Detak jantung tidak teratur yang mulai berpacu
  • Memiliki gumpalan darah yang besar atau dengan jumlah yang tinggi.

Diagnosis

Jika gejala di atas terjadi, maka pendarahan pasca melahirkan menjadi keadaan gawat darurat.

Itu karena kondisi ini jika tidak ditangani dengan cermat dan cepat dapat mengakibatkan kematian.

Untuk dapat menegakkan diagnosis pendarahan pasca melahirkan yang tidak biasa, dokter akan melihat gejala klinis pasien.

Salah satu gejala yang perlu diwaspadai adalah jika menemukan pendarahan lebih dari 500 cc dalam 24 jam pasca persalinan.

Dikutip dari chop.edu, estimasi kehilangan darah ini dapat dilakukan dengan menghitung jumlah pembalut yang telah digunakan pasca persalinan.

Baca juga: Pendarahan Usai Melahirkan, Normalkah?

Selain itu, dokter mungkin akan melalukan beberapa pemeriksaan seperti:

  • USG untuk melihat apakah ada plasenta yang tertinggal
  • Pemeriksaan faktor pembekuan dalam darah
  • Pengukuran tekanan darah dan denyut nadi
  • Hematokrit atau pemeriksaan jumlah sel darah merah.

Perawatan

Melansir WebMD, terdapat berbagai jenis perawatan berbeda untuk menangani perdarahan pasca melahirkan tergantung dengan penyebabnya, meliputi:

  • Resep obat, membantu rahim berkontraksi
  • Pijat rahim
  • Melepaskan potongan-potongan plasenta yang masih ada di rahim
  • Operasi, membuka perut Anda untuk mengetahui penyebab pendarahan dan menghentikannya
  • Transfusi darah
  • Operasi pengangkatan rahim
  • Suntikan obat khusus untuk menghentikan pendarahan
  • Embolisasi arteri uterina untuk membatasi aliran darah ke rahim
  • Penggunaan Bakri balloon yang mengembang di dalam rahim dan menambah tekanan untuk membantu memperlambat pendarahan.

Baca juga: Tanda dan Penyebab Pendarahan Setelah Melahirkan yang Wajib Diwaspadai

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Video rekomendasi
Video lainnya

Indeks Penyakit


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com