Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 24/11/2021, 07:00 WIB
Luthfi Maulana Adhari,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Ensefalitis virus adalah peradangan otak yang disebabkan oleh virus.

Komplikasi potensial yang paling serius adalah kerusakan otak permanen.

Anak-anak berusia di bawah satu tahun dan orang dewasa berusia di atas 55 tahun berada pada peningkatan risiko komplikasi yang mengancam jiwa.

Baca juga: Mengenal Gejala Ensefalitis, Peradangan Akut pada Otak

Pilihan pengobatan termasuk obat untuk meredakan gejala dan obat antivirus jika sesuai.

Penyebab

Beberapa virus yang dapat menyebabkan ensefalitis antara lain:

  • Enterovirus, seperti coxsackievirus, poliovirus, dan echovirus
  • Virus herpes simpleks
  • Virus varisela zoster
  • Virus Epstein-Barr
  • Sitomegalovirus
  • Adenovirus
  • Rubella
  • Campak
  • Virus ensefalitis Lembah Murray (MVE) dan virus Kunjin
  • Virus ensefalitis Jepang.

Paparan virus-virus di atas dapat terjadi melalui:

  • Menghirup droplet dari hidung, mulut, atau tenggorokan dari orang yang terinfeksi
  • Makanan atau minuman yang terkontaminasi
  • Nyamuk, kutu, dan gigitan serangga lainnya
  • Kontak kulit.

Gejala

Gejala ensefalitis virus meliputi:

Baca juga: 4 Jenis Makanan yang Bisa Memicu Peradangan

  • Suhu tinggi
  • Sakit kepala
  • Sensitif terhadap cahaya (fotofobia)
  • Malaise umum
  • Leher kaku
  • Punggung kaku
  • Muntah
  • Perubahan kepribadian
  • Kebingungan
  • Hilang ingatan (amnesia)
  • Kejang
  • Kelumpuhan
  • Koma.

Diagnosis

Segera periksakan diri ke unit gawat darurat atau dokter jika memiliki gejala berikut:

  • Demam mendadak
  • Gejala ensefalitis lainnya.

Penyedia layanan kesehatan akan melakukan pemeriksaan fisik dan menanyakan gejala pada pasien.

Tes yang umum dilakukan untuk diagnosis antara lain:

  • MRI otak
  • CT scan kepala
  • Tomografi komputer emisi foton tunggal (SPECT)
  • Kultur cairan serebrospinal (CSF), darah, atau urin
  • Elektroensefalogram (EEG)
  • Lumbal pungsi dan pemeriksaan CSF
  • Tes serologi
  • Tes PCR.

Baca juga: 5 Gejala Peradangan Kronis yang Perlu Diwaspadai

Perawatan

Tidak seperti bakteri, virus sulit diobati. Obat antivirus hanya bekerja pada sejumlah virus yang terbatas.

Perawatan akan bertujuan untuk mengurangi keparahan gejala, di antaranya:

  • Rawat inap
  • Obat antivirus, diberikan melalui intravena jika virus diketahui rentan terhadap pengobatan dengan obat antivirus (seperti virus herpes simpleks)
  • Pemberian obat intravena untuk membantu mengurangi pembengkakan otak
  • Obat pereda nyeri
  • Obat untuk mencegah muntah
  • Obat untuk mencegah kejang (antikonvulsan)
  • Obat penurun panas seperti parasetamol
  • Cairan untuk mencegah dehidrasi, tetapi dengan dosis yang tidak terlalu banyak karena dapat memperburuk edema serebral (pembengkakan otak).

Komplikasi

Bayi, orang tua, dan orang-orang dengan kekebalan tubuh rendah berada pada kelompok risiko komplikasi ensefalitis virus.

Beberapa komplikasi tersebut antara lain:

  • Tekanan darah rendah (hipotensi)
  • Kadar oksigen rendah dalam darah (hipoksemia)
  • Pendarahan di dalam otak (perdarahan intraserebral)
  • Kerusakan otak permanen
  • Kematian.

Baca juga: Apa itu Peradangan?

Pencegahan

Terdapat beberapa kiat pencegahan ensefalitis virus yang dirangkum dari Medlineplus sebagai berikut:

  • Anak-anak dan orang dewasa harus menghindari kontak dengan siapa pun yang menderita ensefalitis
  • Mengontrol nyamuk dapat mengurangi kemungkinan beberapa infeksi yang dapat menyebabkan ensefalitis
  • Kenakan kemeja lengan panjang dan celana saat berada di luar, terutama saat senja
  • Vaksinasi rutin untuk virus yang dapat menyebabkan ensefalitis
  • Orang harus menerima vaksin khusus jika mereka bepergian ke tempat-tempat seperti bagian Asia, tempat ensefalitis virus Jepang ditemukan
  • Vaksinasi hewan untuk mencegah ensefalitis yang disebabkan oleh virus rabies.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Video rekomendasi
Video lainnya

Indeks Penyakit


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com