Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 28/01/2022, 15:00 WIB
Annisyah Dewi N,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Anus atau dubur merupakan bagian terakhir dari sistem pencernaan manusia yang berfungsi sebagai tempat keluarnya feses.

Namun, terdapat kelainan yang menyebabkan anus tidak terbentuk secara sempurna. Kondisi ini disebut atresia ani.

Atresia ani (imperforate anus) merupakan kelainan kongenital atau kelainan bawaan di mana anus atau bagian dari saluran pencernaan bayi tidak terbentuk dengan sempurna.

Baca juga: 4 Gejala Fisura Ani, Robekan di Lapisan Anus yang Perlu Diwaspadai

Atresia ani ditandai dengan tidak adanya anus atau anus tidak berada pada posisi seharusnya.

Selama masa perkembangan janin, saluran pencernaan bayi mengalami perkembangan.

Ketika terdapat kesalahan, bagian dari saluran pencernaan bayi mungkin tidak dapat terbentuk dengan normal.

Pada beberapa kasus, kondisi ini dapat menyebabkan atresia ani atau anus imperforata.

Atresia ani merupakan masalah serius karena bayi tidak dapat mengeluarkan feses secara normal dan produk limbah akan terus menumpuk di dalam tubuh penderita.

Bayi perempuan yang menderita atresia ani memiliki rektum, kandung kemih, dan vagina pada satu lubang bukaan besar yang sama yang disebut kloaka.

Atresia ani merupakan kondisi yang lebih sering dialami oleh bayi laki-laki dibandingkan dengan bayi perempuan.

Atresia ani biasanya terbentuk sekitar minggu kelima hingga minggu ketujuh usia kehamilan.

Bayi yang mengalami atresia ani juga juga mengalami kelainan kongenital lainnya pada dubur dalam waktu yang bersamaan.

Dokter biasanya dapat mendiagnosis kondisi ini segera setelah bayi lahir. Kondisi ini memerlukan penanganan secepatnya.

Gejala

Melansir Healthline, berikut beberapa gejala atresia ani:

Baca juga: Anus Gatal

  • Tidak adanya lubang anus
  • Lubang anus berada di tempat yang tidak seharusnya (abnormal), seperti terlalu dekat dengan vagina
  • Tidak mengeluarkan feses (tinja) dalam 24 hingga 48 jam pertama setelah lahir
  • Feses atau tinja keluar dari organ yang salah, seperti uretra, vagina, skrotum, dan penis
  • Perut bengkak
  • Adanya sambungan abnormal atau fistula, yaitu saluran yang terhubung secara abnormal di antara rektum dan sistem reproduksi atau saluran kemih.

Selain beberapa gejala di atas terdapat kelainan tambahan lain yang mungkin dialami oleh bayi dengan atresia ani, di antaranya:

  • Kelainan ginjal atau saluran kemih (urinasi)
  • Kelainan pada tulang belakang
  • Kelainan pada tenggorokan atau trakea
  • Kelainan pada esofagus atau kerongkongan
  • Masalah pada lengan atau paha
  • Mengalami down syndrome
  • Mengalami penyakit Hirschsprung , yaitu hilangnya sel-sel saraf dari usus besar
  • Mengalami duodenal atresia, yaitu perkembangan tidak sempurna pada bagian pertama dari usus kecil
  • Mengalami kelainan jantung bawaan (kongenital).

Penyebab

Dirangkum dari Cedars-Sinai dan National Organization for Rare Disorders, penyebab atresia ani masih belum diketahui secara pasti.

Kondisi ini merupakan gangguan perkembangan anatomi yang terjadi sejak janin sedang berkembang.

Baca juga: Nyeri Anus

Pada sebagian kasus, atresia ani terjadi akibat kelainan atau cacat genetik yang dapat disebabkan oleh perubahan (mutasi) gen.

Perubahan atau mutasi gen ini mungkin dapat dipicu oleh faktor lingkungan, termasuk paparan alkohol.

Meskipun demikian, masih sulit untuk menemukan penyebab pasti dari mutasi gen ataupun gangguan perkembangan anatomi yang menyebabkan atresia ani.

Bentuk

Dikutip dari Mount Sinai, atresia ani dapat terjadi dalam tiga bentuk berikut ini:

  1. Rektum tidak saling terhubung dengan usus besar
  2. Rektum memiliki sambungan atau terhubung ke bagian lain, seperti uretra, kandung kemih, pangkal penis, skrotum pada bayi laki-laki, dan vagina pada bayi perempuan
  3. Terdapat penyempitan (stenosis) anus atau tidak ada anus

Selain itu, atresia ani juga dapat terjadi bersamaan dengan kelainan atau cacat lahir lainnya.

Faktor risiko

Menurut Winchester Hospital, atresia ani merupakan kondisi yang lebih sering terjadi pada bayi laki-laki atau bayi dengan Down syndrome dan cacat lahir lainnya.

Diagnosis

Dirangkum dari situs Healthline dan Cedars-Sinai, beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis atresia ani pada bayi meliputi:

Baca juga: 11 Penyebab Anus Sakit yang Penting Diketahui

  1. Rontgen dan USG perut, untuk memastikan bahwa bayi mengalami atresia ani
  2. Rontgen tulang belakang, untuk mendeteksi adanya kelainan pada tulang belakang
  3. Ekokardiogram, untuk mendeteksi kelainan pada jantung
  4. Rontgen dada, untuk memastikan kelainan atau masalah pada trakea dan kerongkongan
  5. MRI, untuk mendeteksi kelainan pada esofagus atau kerongkongan, seperti pembentukan fistula pada trakea
  6. Colostogram, untuk melihat anatomi usus dan mendeteksi kelainan pada usus
  7. Cystourethrogram, untuk mengetahui kondisi dan mendeteksi kelainan pada saluran kemih.

Perawatan

Mengutip Healthline, atresia ani dapat diatasi melalui prosedur operasi berikut

Kolostomi

Pada prosedur kolostomi, dokter akan membuat dua lubang kecil pada perut pasien.

Kemudian, dokter akan menempelkan usus bagian bawah pada satu lubang dan usus bagian atas akan ditempelkan pada lubang lainnya.

Lubang tersebut merupakan kantong yang menempel di bagian luar tubuh pasien yang berfungsi untuk menampung agar feses atau limbah dapat keluar dari tubuh.

Operasi korektif

Operasi korektif akan disesuaikan dengan tingkat keparahan kondisi pasien, seperti:

  1. Seberapa jauh posisi rektum pasien turun
  2. Apa posisi rektum yang abnormal memengaruhi otot-otot di sekitarnya
  3. Apakah terdapat fistula.

Baca juga: 10 Penyebab Anus Berdarah, Tak Hanya Ambeien

Operasi anoplasti perineum

Pada prosedur ini, dokter akan menutup semua fistula yang melekat atau menghubungkan rektum dengan saluran kemih (uretra) atau vagina.

Selanjutnya, dokter akan membuat anus pasien sesuai dengan posisi yang normal

Operasi pull-through

Pada prosedur ini, dokter akan menarik rektum ke bawah agar terhubung dengan anus bayi yang baru.

Guna mencegah penyempitan (stenosis) anus, dokter mungkin akan menyarankan pasien untuk melakukan peregangan secara berkala.

Prosedur ini dapat dilakukan selama beberapa bulan setelah menjalani prosedur operasi pull-through.

Komplikasi

Dirangkum dari Mount Sinai dan Cedars-Sinai, atresia ani dapat menimbulkan komplikasi berupa sembelit (konstipasi) meskipun pasien telah menjalani prosedur operasi.

Guna mengatasi kondisi ini, dokter mungkin akan memberikan obat pencahar dan perubahan pola makan.

Dokter akan menyarankan pasien untuk lebih banyak mengonsumsi makanan tinggi serat atau memberikan enema untuk melunakkan feses, serta membantu melancarkan proses BAB.

Baca juga: 7 Cara Mengobati Anus Luka Akibat Diare

Pencegahan

Mengutip dari Mount Sinai, tidak ada cara efektif yang dapat mencegah atresia ani.

Seseorang yang memiliki riwayat keluarga dengan kelainan ini mungkin dapat melakukan konseling genetik saat ingin memiliki anak.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Indeks Penyakit


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau