KOMPAS.com - Anus atau dubur merupakan bagian terakhir dari sistem pencernaan manusia yang berfungsi sebagai tempat keluarnya feses.
Namun, terdapat kelainan yang menyebabkan anus tidak terbentuk secara sempurna. Kondisi ini disebut atresia ani.
Atresia ani (imperforate anus) merupakan kelainan kongenital atau kelainan bawaan di mana anus atau bagian dari saluran pencernaan bayi tidak terbentuk dengan sempurna.
Baca juga: 4 Gejala Fisura Ani, Robekan di Lapisan Anus yang Perlu Diwaspadai
Atresia ani ditandai dengan tidak adanya anus atau anus tidak berada pada posisi seharusnya.
Selama masa perkembangan janin, saluran pencernaan bayi mengalami perkembangan.
Ketika terdapat kesalahan, bagian dari saluran pencernaan bayi mungkin tidak dapat terbentuk dengan normal.
Pada beberapa kasus, kondisi ini dapat menyebabkan atresia ani atau anus imperforata.
Atresia ani merupakan masalah serius karena bayi tidak dapat mengeluarkan feses secara normal dan produk limbah akan terus menumpuk di dalam tubuh penderita.
Bayi perempuan yang menderita atresia ani memiliki rektum, kandung kemih, dan vagina pada satu lubang bukaan besar yang sama yang disebut kloaka.
Atresia ani merupakan kondisi yang lebih sering dialami oleh bayi laki-laki dibandingkan dengan bayi perempuan.
Atresia ani biasanya terbentuk sekitar minggu kelima hingga minggu ketujuh usia kehamilan.
Bayi yang mengalami atresia ani juga juga mengalami kelainan kongenital lainnya pada dubur dalam waktu yang bersamaan.
Dokter biasanya dapat mendiagnosis kondisi ini segera setelah bayi lahir. Kondisi ini memerlukan penanganan secepatnya.
Melansir Healthline, berikut beberapa gejala atresia ani:
Baca juga: Anus Gatal
Selain beberapa gejala di atas terdapat kelainan tambahan lain yang mungkin dialami oleh bayi dengan atresia ani, di antaranya:
Dirangkum dari Cedars-Sinai dan National Organization for Rare Disorders, penyebab atresia ani masih belum diketahui secara pasti.
Kondisi ini merupakan gangguan perkembangan anatomi yang terjadi sejak janin sedang berkembang.
Baca juga: Nyeri Anus
Pada sebagian kasus, atresia ani terjadi akibat kelainan atau cacat genetik yang dapat disebabkan oleh perubahan (mutasi) gen.
Perubahan atau mutasi gen ini mungkin dapat dipicu oleh faktor lingkungan, termasuk paparan alkohol.
Meskipun demikian, masih sulit untuk menemukan penyebab pasti dari mutasi gen ataupun gangguan perkembangan anatomi yang menyebabkan atresia ani.
Dikutip dari Mount Sinai, atresia ani dapat terjadi dalam tiga bentuk berikut ini:
Selain itu, atresia ani juga dapat terjadi bersamaan dengan kelainan atau cacat lahir lainnya.
Menurut Winchester Hospital, atresia ani merupakan kondisi yang lebih sering terjadi pada bayi laki-laki atau bayi dengan Down syndrome dan cacat lahir lainnya.
Dirangkum dari situs Healthline dan Cedars-Sinai, beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis atresia ani pada bayi meliputi:
Baca juga: 11 Penyebab Anus Sakit yang Penting Diketahui
Mengutip Healthline, atresia ani dapat diatasi melalui prosedur operasi berikut
Pada prosedur kolostomi, dokter akan membuat dua lubang kecil pada perut pasien.
Kemudian, dokter akan menempelkan usus bagian bawah pada satu lubang dan usus bagian atas akan ditempelkan pada lubang lainnya.
Lubang tersebut merupakan kantong yang menempel di bagian luar tubuh pasien yang berfungsi untuk menampung agar feses atau limbah dapat keluar dari tubuh.
Operasi korektif akan disesuaikan dengan tingkat keparahan kondisi pasien, seperti:
Baca juga: 10 Penyebab Anus Berdarah, Tak Hanya Ambeien
Pada prosedur ini, dokter akan menutup semua fistula yang melekat atau menghubungkan rektum dengan saluran kemih (uretra) atau vagina.
Selanjutnya, dokter akan membuat anus pasien sesuai dengan posisi yang normal
Pada prosedur ini, dokter akan menarik rektum ke bawah agar terhubung dengan anus bayi yang baru.
Guna mencegah penyempitan (stenosis) anus, dokter mungkin akan menyarankan pasien untuk melakukan peregangan secara berkala.
Prosedur ini dapat dilakukan selama beberapa bulan setelah menjalani prosedur operasi pull-through.
Dirangkum dari Mount Sinai dan Cedars-Sinai, atresia ani dapat menimbulkan komplikasi berupa sembelit (konstipasi) meskipun pasien telah menjalani prosedur operasi.
Guna mengatasi kondisi ini, dokter mungkin akan memberikan obat pencahar dan perubahan pola makan.
Dokter akan menyarankan pasien untuk lebih banyak mengonsumsi makanan tinggi serat atau memberikan enema untuk melunakkan feses, serta membantu melancarkan proses BAB.
Baca juga: 7 Cara Mengobati Anus Luka Akibat Diare
Mengutip dari Mount Sinai, tidak ada cara efektif yang dapat mencegah atresia ani.
Seseorang yang memiliki riwayat keluarga dengan kelainan ini mungkin dapat melakukan konseling genetik saat ingin memiliki anak.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.