KOMPAS.com - Antibiotik adalah obat yang digunakan untuk membunuh langsung bakteri atau menghambat pertumbuhan bakteri yang menginfeksi tubuh.
Namun, seiring waktu beberapa jenis dari bakteri dapat beradaptasi dengan obat-obatan ini.
Penggunaan antibiotik yang terlalu sering menciptakan bakteri lebih kuat, bahkan beberapa bakteri sudah "kebal" terhadap antibiotik umum.
Ketika menjadi resisten terhadap antibiotik maka bakteri tidak terbunuh dan terus berkembang biak dalam tubuh manusia yang menyebabkan lebih banyak kerusakan.
Baca juga: Mengenal Resistensi Antibiotik dan Cara Mencegahnya
Kondisi ini disebut dengan resistensi antibiotik yang juga disebut sebagai resistensi antimikroba atau resistensi obat.
Resistensi antibiotik menjadi masalah kesehatan serius karena menyebabkan penyakit menjadi lebih sulit, bahkan tidak dapat disembuhkan.
Mengutip Cedars-Sinai, resistensi antibiotik dapat terjadi ketika bakteri diobati dengan antibiotik.
Antibiotik membunuh sebagian besar bakteri tetapi sebagian kecil di antaranya mungkin bertahan dalam tubuh.
Hal ini dapat terjadi dalam beberapa cara, di antaranya:
Baca juga: 5 Bahaya Konsumsi Antibiotik Tanpa Indikasi
Ketika bakteri menjadi resisten maka antibiotik asli tidak dapat lagi membunuh mereka dan bakteri dapat terus berkembang biak dan menyebar.
Hal ini dapat menyebabkan infeksi sulit untuk diobati sebab terkadang bakteri dapat menyebarkan resistensi terhadap bakteri lain dalam tubuh.
Maka dari itu, penggunaan obat-obatan antibiotik hanya digunakan jika diperlukan dan dikonsumsi di bawah pengawasan dokter.
Semakin banyak orang yang menggunakan antibiotik, maka semakin besar kemungkinan terjadinya resistensi.
Terkadang orang menggunakan antibiotik di saat tidak benar-benar membutuhkannya, misalnya ketika menggunakan antibiotik untuk melawan virus.
Bakteri dan virus sama-sama mikroorganisme yang dapat menyerang tubuh manusia dan menyebabkan infeksi. Tetapi, virus tidak dapat diobati dengan antibiotik.
Maka dari itu, menggunakan antibiotik untuk mengobati flu atau pilek adalah hal yang kurang tepat dan dapat meningkatkan risiko resistensi antibiotik.
Di samping itu, tidak menggunakan semua antibiotik juga meningkatkan risiko.
Ketika menghentikan antibiotik terlalu dini belum tentu berhasil membunuh bakteri seluruhnya, sedangkan bakteri yang tersisa mungkin menjadi resisten.
Dikutip dari Cedars-Sinai, infeksi dari bakteri resisten dapat mempengaruhi hampir setiap sistem tubuh dan dapat menyebabkan berbagai gejala.
Baca juga: Tak Bisa Sembarangan, Kapan Waktu Tepat Konsumsi Antibiotik?
Akan tetapi, gejala saja tidak dapat dijadikan dasar apakah infeksi berasal dari bakteri yang resisten terhadap antibiotik.
Gejala yang paling terasa ketika tubuh kebal antibiotik adalah proses penyembuhan penyakit memerlukan waktu yang lebih lama.
Penyakit ini dapat didiagnosis dengan melakukan pemeriksaan fisik dan melakukan uji sampel jaringan yang terinfeksi untuk mengetahui jenis infeksi.
Melalui tes laboratorium tersebut juga dapat menentukan antibiotik apa yang dapat membunuh bakteri.
Jika kondisi penderita tidak kunjung membaik setelah pengobatan dengan antibiotik standar, maka penderita didiagnosis mengalami infeksi yang resisten terhadap antibiotik.
Resistensi antibiotik adalah penyakit yang tidak dapat disembuhkan sehingga tidak ada obat-obatan yang efektif untuk mengatasinya.
Dokter mungkin akan memberikan antibiotik lain yang dapat melawan infeksi, tetapi ini juga memiliki kelemahan tertentu.
Hal ini dikarenakan pemberian antibiotik jenis lain mungkin memiliki lebih banyak efek samping atau lebih berisiko menyebarkan lebih banyak resistensi.
Dalam beberapa kasus yang menyebabkan dokter tidak memiliki opsi lain, mungkin penderita akan mendapatkan perawatan pendukung.
Baca juga: Ada Apa di Balik Alasan Pembatasan Penggunaan Antibiotik?
Merangkum Web MD dan Cedars-Sinai, cara terbaik untuk mencegah resistensi antibiotik adalah dengan menggunakan antibiotik dalam dosis yang tepat.
Gunakan antibiotik hanya bila diperlukan atau disarankan oleh dokter.
Berikut beberapa cara yang dapat dilakukan untuk melawan penyakit ini:
Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.