Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 15/09/2021, 14:00 WIB
Xena Olivia,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Nyeri betis dapat muncul jika otot betis terlalu banyak digunakan dalam berbagai kegiatan, seperti olahraga, berjalan, dan masih banyak lagi.

Rasa sakit juga dapat muncul jika menahan otot di posisi yang terlalu lama atau kurang minum air putih.

Bervariasi pada tiap orang, nyeri betis dapat terasa ringan hingga sakit yang menusuk. Bisa juga terasa seperti tertarik, diikuti dengan rasa sakit di bagian belakang bawah kaki.

Baca juga: 13 Penyebab Nyeri Sendi, Bukan Melulu Karena Radang Sendi

Gejala

Beberapa gejala yang mungkin timbul saat betis terasa nyeri, di antaranya:

  • pembengkakan
  • kaki terasa lemas
  • betis terasa dingin atau terlihat pucat
  • betis seperti kesemutan atau bahkan mati rasa
  • betis kemerahan, kehangatan, atau terasa lunak

Penyebab

Terdapat berbagai penyebab dari nyeri betis, termasuk terlalu banyak menggunakan otot betis, kram, dan sebagainya.

Sebagian besar kasus nyeri betis dapat diobati di rumah, tetapi ada penyebab lain yang memerlukan perawatan medis.

Kram otot

Kram otot adalah kontraksi otot yang terjadi secara tiba-tiba dan menyakitkan. Kram dapat berlangsung singkat hingga beberapa menit.

Biasanya terjadi akibat berolahraga atau melakukan aktivitas baru.

Baca juga: Sering Nyeri Pinggang, Waspadai Bursitis

Kram juga dapat dipicu oleh dehidrasi, cedera otot, dan kekurangan mineral.

Saat terjadi, pijat diri sendiri dengan melakukan peregangan atau mengoleskan handuk hangat. Jika tidak membaik, segera hubungi dokter.

Dalam kasus yang lebih serius, kram otot dapat disebabkan oleh:

  • gagal ginjal
  • hipotiroidisme
  • alkoholisme
  • diabetes
  • penyakit pembuluh darah perifer yang parah

Otot tegang

Otot tegang biasanya terjadi akibat kelelahan, penggunaan berlebihan, atau penggunaan yang tidak tepat.

Misalnya, memulai set latihan olahraga yang baru atau meningkatkan aktivitas yang banyak menggunakan kaki, seperti berlari, berenang,bersepeda, dan angkat beban.

Kegiatan tersebut dapat membuat otot betis menjadi tegang.

Otot tegang ringan dapat diobati di rumah dengan kompres dingin atau panas dan obat peradangan.

Perbanyak istirahat dan taruh kaki pada posisi yang lebih tinggi daripada pinggul. Biasanya otot yang tegang membutuhkan waktu sekitar 6 minggu hingga benar-benar sembuh.

Diperlukan perawatan medis jika ketegangan parah atau sampai menimbulkan robekan.

Baca juga: 15 Penyebab Nyeri Dada Saat Bernapas yang Bisa Terjadi

Achilles tendonitis

Tendon Achilles merupakan bagian dari otot betis yang menjadi jembatan antara otot betis ke tulang tumit. Otot ini berperan untuk berjalan, berlari, dan melompat.

Gejala umum termasuk radang tendon, nyeri di bagian belakang kaki, pembengkakan, dan rentang gerak kaki yang terbatas.

Teknik perawatan sederhana seperti R.I. C. E (rest, ice, compress, elevate) atau istirahat, es, kompres, dan angkat dapat membantu penyembuhan kondisi ini.

Jika nyeri terasa semakin parah, segera cari pertolongan dokter.

Luka memar

Luka memar dapat terjadi akibat trauma, seperti terjatuh, teriris, atau terpukul. Trauma dapat menyebabkan kapiler di bawah kulit pecah dan mengakibatkan adanya perubahan warna.

Memar biasanya dapat sembuh dengan sendirinya.

Hubungi dokter jika terdapat memar tanpa sebab atau muncul berulang di area yang sama tanpa cedera.

Kista Baker

Kista popliteal atau kista baker merupakan adanya benjolan berisi cairan yang timbul di bagian belakang lutut.

Kista baker menyebabkan penderitanya tidak dapat meluruskan lutut dengan lancar.

Pembengkakan dan kemerahan akibat kista ini dapat menyebar ke area betis.

Kista baker dapat menghilang dengan sendirinya. Namun, segera cari bantuan dokter jika kista ini tidak kunjung hilang.

Baca juga: Mengenal Blue Balls, Nyeri Testis pada Pria

Neuropati diabetik

Neuropati perifer diabetik (DPN) merupakan kerusakan saraf yang memengaruhi kaki, tungkai, lengan, dan tangan.

Kondisi ini merupakan komplikasi umum akibat paparan gula darah tinggi, faktor genetik, atau peradangan saraf yang berlebihan.

Gejala DPN lainnya, termasuk:

  • rasa sakit yang tajam
  • kram otot
  • kelemahan otot
  • hilangnya keseimbangan dan koordinasi
  • mati rasa
  • berkurangnya kemampuan dalam merasakan nyeri atau perubahan suhu

Trombosis vena dalam

Trombosis vena dalam (DVT) adalah hasil dari pembentukan bekuan darah di vena dalam pada lengan atau kaki, termasuk betis.

Terdapat berbagai faktor yang dapat menyebabkan DVT, seperti duduk untuk waktu yang lama, komplikasi pengobatan, dan merokok.

Baca juga: 6 Penyebab Nyeri Leher

Gejala DVT meliputi:

  • pembuluh darah yang terlihat di daerah yang terkena pembengkakan
  • kelembutan kaki
  • perubahan warna kulit
  • rasa hangat di betis

Segera hubungi dokter saat mengalami gejala DVT.

Perawatan

Perawatan dari nyeri betis tergantung dari penyebabnya. Namun, kebanyakan dapat diobati sendiri di rumah.

  • Teknik R.I. C. E (rest, ice, compress, elevate). Angkat kaki lebih tinggi dari tingkatan jantung untuk mengurangi pembengkakan. Kompres menggunakan es dalam interval 20 menit.
  • Obat bebas. Nyeri betis dapat diredakan dengan penyeri umum seperti ibuprofen atau naproxen.
  • Peregangan. Lakukan peregangan secara perlahan-lahan agar gejala sedikit mereda.

Pencegahan

Berikut beberapa tips untuk mencegah nyeri betis:

  • Peregangan. Salah satu metode paling penting untuk mencegah nyeri betis adalah melakukan peregangan, khususnya sebelum dan sesudah beraktivitas seperti berolahraga.
  • Minum air. Betis dapat terasa nyeri akibat tubuh yang dehidrasi. Tingkat konsumsi air dapat memengaruhi kontraksi otot. Hindari kram otot dengan minum air yang cukup.
  • Tingkatkan olahraga secara bertahap. Jika ingin menambah porsi olahraga, tingkatkan secara bertahap. Jika secara tiba-tiba, potensi betis cedera akan lebih tinggi.

Baca juga: 6 Penyebab Nyeri Dada Saat Olahraga

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Video rekomendasi
Video lainnya

Indeks Penyakit


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com