KOMPAS.com - Infeksi jamur atau mikosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh jamur. Infeksi jamur seringkali dapat menyebabkan masalah kulit seperti ruam atau benjolan yang terasa gatal.
Untuk diketahui, jamur berkembang biak dengan melepaskan spora yang dapat terpapar pada manusia melalui kontak langsung atau bahkan dihirup.
Hal ini menyebabkan infeksi jamur paling mungkin menyerang kulit, kuku, atau paru-paru.
Baca juga: 10 Cara Mencegah Penyakit Jamur Hitam Pasca-Covid-19
Jamur juga dapat menembus kulit, memengaruhi organ, dan menyebabkan infeksi sistemik di seluruh tubuh.
Jenis
Beberapa infeksi jamur yang umum, di antaranya:
- Kaki atlet (athlete’s foot): disebut juga tinea pedis, biasanya menyebar saat orang berjalan tanpa alas kaki di kamar mandi umum atau ruang ganti. Kulit menjadi putih dan mudah mengelupas. Selain itu juga dapat memengaruhi telapak kaki bagian bawah.
- Onikomikosis: infeksi jamur yang menyerang jari tangan atau kaki. Kuku menjadi kuning, tebal, dan mudah patah.
- Jock itch (tinea cruris): ruam dan gatal di area selangkangan. Umumnya menyerang pria ketimbang wanita.
- Kurap kulit kepala (tinea capitis): kebanyakan terjadi pada anak-anak. Infeksi ini menyebabkan rambut rontok, tapi dapat sembuh dengan penanganan tepat.
- Kandiasis vagina: diakibatkan jamur Candida, umum disebut infeksi jamur vagina.
- Kandiasis mulut: tenggorokan, dan esofagus (oral): diakibatkan jamur Candida.
- Ringworm: ditandai dengan ruam yang berbentuk melingkar seperti cincin.
Gejala
Ruam akibat infeksi jamur seringkali memiliki beberapa di antara gejala di bawah ini:
- kemerahan di area infeksi
- terasa gatal
- sensasi terbakar
- benjolan merah dan bengkak seperti jerawat
- bercak bersisik
- kulit mengelupas atau melepuh
Baca juga: Infeksi Jamur Penis: Gejala, Penyebab, dan Cara Mengobati
Selain itu, infeksi jamur juga dapat menimbulkan gejala yang lebih serius seperti:
- demam
- nyeri otot
- sakit kepala
- kedinginan
- mual
- Jantung berdebar lebih cepat
Diagnosis
Jika terduga memiliki infeksi jamur, dokter akan melakukan tes kultur. Beberapa tes kultur yang dilakukan biasanya adalah sebagai berikut.
- Mengambil sampel kulit atau kuku
Sampel akan digunakan untuk mendiagnosis infeksi kulit atau kuku.
Prosedurnya meliputi tenaga medis yang menggunakan alat khusus untuk mengambil sampel kecil dari kulit atau kuku.
- Tes swab
Tes swab biasanya digunakan untuk mendiagnosis infeksi jamur di mulut atau area vagina. Selain itu, juga untuk mendiagnosis infeksi kulit tertentu.
Prosedur tes swab meliputi penggunaan swab khusus untuk mengumpulkan jaringan atau cairan pada mulut, vagina, atau luka yang terbuka.
- Tes darah
Digunakan untuk mendeteksi adanya jamur dalam saluran darah. Tes darah umum digunakan mendiagnosis infeksi jamur yang lebih serius.
Sampel biasanya diambil dari pembuluh darah pada lengan.
- Tes urin
Biasanya digunakan untuk mendiagnosis infeksi jamur yang lebih serius. Tes ini juga menjadi opsi untuk mendiagnosis infeksi jamur vagina.
Prosedurnya meliputi menyerahkan sampel urin steril dalam wadah khusus seperti yang diinstruksikan tenaga medis.
- Kultur dahak (sputum)
Sputum adalah lendir kental yang dikeluarkan dari paru-paru. Sputum berbeda dengan ludah atau air liur.
Kultur dahak digunakan untuk membantu diagnosis akan adanya infeksi jamur di paru-paru.
Prosedur meliputi mengeluarkan dahak ke dalam wadah khusus yang sudah disediakan penyedia jasa. Sampel kemudian akan dikirim ke lab untuk dianalisis.
Baca juga: 5 Jenis Jamur Kulit dan Gejalanya
Hasil dari tes-tes di atas membutuhkan waktu. Dibutuhkan jamur yang cukup agar dapat dianalisis oleh tenaga medis. Jumlah waktu yang dibutuhkan tergantung pada jenis infeksi yang dimiliki.
Faktor Risiko
Terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami infeksi jamur, di antaranya:
Kelembapan suhu dan ruangan
Berkeringat banyak atau bekerja di lingkungan yang hangat dan lembap dapat meningkatkan risiko infeksi jamur.
Jamur dapat mudah tumbuh di area yang hangat dan lembap.
Berjalan tanpa alas kaki di tempat yang lembap seperti gym, ruang ganti, dan kamar mandi juga dapat meningkatkan risiko.
Tempat-tempat umum seperti itu biasanya kaya akan spora jamur.
Sirkulasi darah yang buruk
Setiap kondisi yang dapat memengaruhi sirkulasi peredaran darah yang buruk dapat meningkatkan risiko infeksi.
Sirkulasi darah yang buruk juga dapat menghambat respons imun tubuh dan menurunkan kemampuan untuk melawan infeksi.
Menopause
Jika wanita sedang mengalami fase pascamenopause, perubahan hormonal dapat mengurangi tingkat keasaman vagina.
Baca juga: 5 Cara Menghilangkan Jamur Kuku
Hal ini menyebabkan wanita lebih rentan terhadap infeksi jamur vagina.
Sistem kekebalan yang tertekan
Sistem kekebalan tubuh yang lemah dapat membuat seseorang lebih rentan terhadap infeksi jamur.
Ada banyak hal yang dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh, seperti:
- kekurangan nutrisi
- gangguan imunodefisiensi
- merokok
- stres
Cedera atau infeksi pada kuku dan kulit
Cedera atau adanya infeksi pada kuku dan kulit dapat memungkinkan jamur masuk ke bawah kulit dan memengaruhi jaringan yang lebih dalam.
Hal ini menjadi alasan mengapa penting untuk mencuci luka dan membalutnya dengan perban steril.
Perawatan
Pengobatan untuk infeksi jamur dapat meliputi:
- krim antijamur yang dapat dibeli secara bebas
- obat resep dokter, biasanya dapat bekerja lebih cepat
- obat-obatan oral jika infeksi jamur tergolong parah
Baca juga: Gejala Infeksi Jamur Vagina dan Penyebabnya
Pencegahan
Berikut beberapa cara untuk mencegah terkena infeksi jamur:
- cuci tangan dan kaki secara teratur
- ganti kaus kaki secara teratur
- hindari sepatu yang terbuat dari plastik
- jangan berjalan tanpa alas kaki, terutama di tempat yang basah, seperti pancuran gym dan ruang ganti
- potong kuku kaki atau tangan secara lurus
- jangan berbagi gunting kuku dengan seseorang yang memiliki infeksi jamur
- gunakan obat yang sesuai
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.