Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 13/10/2021, 12:00 WIB
Annisyah Dewi N,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Gigi geraham bungsu merupakan gigi yang tumbuh paling akhir dan berada di bagian paling belakang gigi geraham atau ujung gusi atas dan bawah.

Gigi bungsu biasanya muncul pada akhir masa remaja atau awal masa dewasa, yaitu sekitar usia 17 hingga 25 tahun.

Menjadi gigi yang paling akhir muncul menyebabkan terkadang keberadaan gigi bungsu mengganggu karena kurangnya ruang bagi gigi bungsu untuk tumbuh.

Hal ini menyebabkan gigi bungsu tidak dapat tumbuh dalam posisi yang sempurna atau tidak sejajar dengan garis gigi lainnya.

Baca juga: Kapan Bayi Mulai Tumbuh Gigi?

Dalam istilah medis kondisi ini disebut impaksi gigi bungsu. Impaksi gigi bungsu dapat mengakibatkan rasa sakit, kerusakan pada gigi lain, dan masalah gigi lainnya.

Impaksi gigi bungsu juga dapat menyebabkan gigi menjadi lebih rentan terhadap penyakit karena gigi sulit dibersihkan sehingga meninggalkan sisa-sisa makanan.

Gejala

Merangkum Medical News Today dan Healthline, impaksi gigi bungsu menyebabkan beberapa gejala berikut:

  • Gusi merah atau bengkak
  • Gusi terasa halus dan mudah berdarah
  • Nyeri rahang
  • Bengkak di sekitar rahang
  • Bau mulut
  • Rasa tidak enak pada mulut
  • Kesulitan membuka mulut
  • Rasa sakit ketika membuka mulut atau saat mengunyah dan menggigit

Rasa sakit yang disebabkan oleh infeksi pada gigi bungsu dapat berlangsung selama beberapa hari lalu menghilang.

Akan tetapi, biasanya muncul kembali setelah beberapa minggu atau bulan, sebagai tanda adanya masalah pada gigi.

Berikut beberapa bentuk impaksi gigi bungsu, yaitu:

  • Impaksi mesioangular, gigi miring ke arah depan mulut
  • Impaksi vertikal, gigi tidak menembus garis gusi
  • Impaksi distoangular, gigi miring ke arah belakang mulut
  • Impaksi horizontal, gigi miring ke samping pada 90 derajat penuh, dan tumbuh ke akar geraham di sebelahnya

Baca juga: 8 Masalah Gigi dan Mulut beserta Cara Mengatasinya

Penyebab

Melansir Mayo Clinic, penyebab utama impaksi gigi bungsu adalah karena tidak adanya cukup ruang untuk gigi bungsu tumbuh (erupsi) atau berkembang secara normal.

Beberapa orang mungkin memiliki gigi bungsu yang muncul tanpa menyebabkan masalah dan tumbuh sejajar dengan gigi lain di belakang geraham.

Namun, sebagian lainnya memiliki mulut dan rahang yang terlalu sempit untuk gigi bungsu tumbuh dan berkembang secara normal.

Terdapat dua jenis impaksi gigi bungsu, yaitu:

  1. Impaksi gigi bungsu sebagian, ketika gigi bungsu muncul sebagian sehingga sebagian mahkota terlihat
  2. Impaksi gigi bungsu penuh, ketika gigi tidak pernah menembus gusi

Gigi bungsu yang tidak sejajar dengan garis gigi lainnya menyebabkan gusi meradang, bengkak, bahkan terinfeksi yang memicu rasa sakit yang intens.

Komplikasi

Berikut beberapa masalah pada mulut yang mungkin muncul akibat impaksi gigi bungsu:

  1. Kerusakan pada gigi lainnya
    Gigi bungsu yang berjejal dan menekan gigi lain menyebabkan kerusakan pada gigi dan meningkatkan risiko infeksi pada area tersebut
  2. Kista
    Gigi bungsu dapat tumbuh menjadi kantong di tulang rahang yang berisi cairan dan membentuk kista yang dapat merusak tulang rahang, gigi, dan saraf.
  3. Karies gigi
    Dikarenakan gigi bungsu lebih sulit dibersihkan menyebabkan risiko mengalami karies gigi lebih tinggi
  4. Penyakit gusi
    Impaksi gigi bungsu dapat menyebabkan peradangan pada gusi yang menyakitkan atau perikoronitis

Baca juga: 7 Obat Gigi Ngilu yang Bisa Dijajal di Rumah

Diagnosis

Dikutip dari Healthline, untuk mendiagnosis impaksi gigi bungsu dokter gigi akan melakukan rontgen pada gigi.

Dengan melakukan rontgen dokter dapat melihat adanya impaksi gigi, serta tanda-tanda kerusakan pada gigi atau tulang.

Perawatan

Dilansir dari Medical News Today, impaksi gigi bungsu yang bermasalah dapat diatasi dengan mengangkat gigi bungsu melalui operasi pencabutan gigi.

Metode ini disebut dengan odontektomi, yaitu operasi yang dilakukan untuk mengangkat (ekstraksi) gigi yang mengalami impaksi.

Hal ini dilakukan jika:

  • Terjadi infeksi atau penyakit gusi, seperti perikoronitis yang melibatkan gigi bungsu
  • Terjadi pembusukan (karies) pada gigi bungsu yang tumbuh sebagian
  • Terdapat kista atau tumor pada gigi bungsu
  • Pertumbuhan gigi bungsu mengganggu atau menyebabkan kerusakan pada gigi sebelahnya

Setelah melakukan odontektomi penderita biasanya sulit untuk membuka mulut lebar-lebar karena pembengkakan pada otot rahang.

Dokter akan meresepkan obat pereda nyeri, serta menyarankan penderita untuk mengompres dingin pada bagian rahang untuk meredakan rasa nyeri pascaoperasi.

Baca juga: 7 Cara Mengatasi Gigi Ngilu yang Terasa Mengganggu

Dokter mungkin juga menyarankan obat kumur untuk menjaga kebersihan area gigi yang baru dioperasi.

Selama pemulihan pascaoperasi penderita tidak boleh minum minuman beralkohol dan merokok setidaknya selama 24 jam, agar tidak terjadi perdarahan.

Pencegahan

Mengutip Mayo Clinic, impaksi gigi tidak dapat dicegah tetapi dengan melakukan pemeriksaan gigi rutin enam bulan sekali dapat membantu mengidentifikasi impaksi gigi sejak dini.

Melalui pemeriksaan rutin dokter dapat memantau pertumbuhan dan kemunculan gigi bungsu.

Selain itu, penting untuk selalu menerapkan kebersihan mulut dan gigi yang baik, dengan cara:

  1. Sikat gigi dua kali sehari, pagi dan malam
  2. Sikat gigi secara menyeluruh hingga gigi gerahan ujung
  3. Gunakan pasta gigi yang mengandung fluoride atau baking soda
  4. Gunakan sikat gigi berbulu lembut untuk mencegah iritasi
  5. Rutin mengganti sikat gigi setiap tiga sampai empat bulan
  6. Lakukan flossing setidaknya sekali dalam sehari
  7. Berkumur dengan obat kumur antiseptik yang mengandung cetylpyridinium, chlorhexidine, atau fluoride untuk mencegah karies dan gigi berlubang
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Video rekomendasi
Video lainnya

Indeks Penyakit


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com