KOMPAS.com - Psikosis merupakan kondisi sensorik saat seseorang hilang kontak dengan kenyataan. Kondisi ini mengindikasikan gangguan mental yang serius.
Orang yang mengalami psikosis mungkin mengalami halusinasi atau delusi.
Sebagai contoh, orang yang sedang mengalami halusinasi melihat seseorang atau mendengar sesuatu yang sebenarnya tidak ada.
Baca juga: Halusinasi: Penyebab, Jenis, hingga Cara Mengatasinya
Episode psikosis juga dapat melibatkan penderitanya memiliki pikiran yang bertentangan dengan fakta yang ada. Pikiran ini disebut sebagai delusi.
Orang dengan psikosis mungkin juga mengalami kehilangan motivasi dan penarikan sosial.
Selain itu, orang yang mengalami psikosis juga rentan dalam melukai diri sendiri atau orang lain.
Seseorang dapat mengalami kondisi ini bahkan saat tidak memiliki penyakit psikotik primer seperti skizofrenia atau gangguan bipolar.
Saat ini terjadi, kondisi ini disebut psikosis sekunder.
Jenis
Terdapat beberapa gangguan dan faktor yang dapat menyebabkan psikosis, seperti
- gangguan skizoafektif: mirip dengan skizorenia, tetapi masuk ke dalam periode gangguan suasana hati (mood).
- gangguan psikotik singkat: terjadi sebagai respons terhadap peristiwa kehidupan yang penuh tekanan, berlangsung kurang dari sebulan, dan tidak kembali
- gangguan delusi: orang dengan gangguan memiliki keyakinan yang kuat pada sesuatu yang irasional dan seringkali tidak masuk akal
- psikosis bipolar: beberapa orangdengan gangguan bipolar mengalami psikosis, baik selama suasana hati yang sangat tinggi atau sangat rendah
- depresi berat: juga dikenal sebagai gangguan depresi mayor dengan ciri psikotik
- psikosis pascamelahirkan (postnatal): jenis psikosis ini dapat muncul setelah melahirkan
- psikosis induksi zat: penyalahgunaan alkohol, beberapa obat rekreasional, dan obat resep tertentu dapat menyebabkan hal ini
Baca juga: Skizofrenia
Gejala
Psikosis terjadi tidak secara tiba-tiba. Tahapannya adalah sebagai berikut.
Tanda-tanda yang perlu diwaspadai sebelum psikosis
Penderita dapat mengalami perubahan persepsi tentang dunia. Penderita atau orang sekitar mungkin akan menyadari perubahan berikut:
- penurunan nilai atau prestasi kerja
- kesulitan berpikir jernih atau berkonsentrasi
- kecurigaan atau kegelisahan di sekitar orang lain
- kurangnya perawatan diri atau kebersihan
- menghabiskan lebih banyak waktu sendirian dari biasanya
- pengelolaan emosi yang kurang baik
- tidak menunjukkan emosi sama sekali
Tanda-tanda psikosis awal
Penderita mungkin akan:
- mendengar, melihat, atau merasakan hal-hal yang tidak dimiliki orang lain
- berpegang pada keyakinan atau pemikiran yang tidak biasa, tidak peduli apa yang orang lain katakan
- menarik diri dari keluarga dan teman
- tidak menjaga diri sendiri
- tidak dapat berpikir jernih atau fokus
Baca juga: Gejala Skizofrenia pada Anak, Berbeda dari Orang Dewasa
Gejala episode psikotik
Selain gejala-gejala yang telah disebutkan di atas, penderita akan mengalami hal berikut.
Halusinasi
- Auditori. Penderita akan mendengar suara-suara di kepala mereka. Suara tersebut seolah berbicara kepada mereka atau bahkan menanggapi kegiatan sang penderita. Baik satu atau banyak, suara ini dapat berupa seperti bisikan, gumaman, atau marah dan menuntut.
- Visual. Penderita dapat melihat cahaya, objek, orang, atau pola yang terbentuk secara abstrak.
- Olfaktori. Halusinasi olfaktori atau penciuman dapat mengakibatkan penderitanya mencium sesuatu yang sebenarnya tidak nyata.
- Gustatori. Halusinasi jenis ini memengaruhi indra pengecap penderitanya. Mereka mungkin akan merasa seolah sedang diracuni dan menolak untuk makan.
- Taktil atau somatik. Timbulnya perasaan sesuatu sedang bergerak di dalam tubuh, seperti tangan atau serangga.
Delusi
Contoh delusi dapat meliputi:
- kepercayaan bahwa ada kekuatan luar yang mengendalikan perasaan atau tindakan penderitanya
- peristiwa atau komentar kecil yang berarti sangat besar
- kepercayaaan bahwa penderitanya memiliki kekuatan khusus, seperti sedang dalam misi khusus, atau memiliki kekuatan super
Baca juga: Gejala Bipolar pada Wanita yang Harus Diwaspadai
Penyebab
Belum diketahui secara pasti penyebab psikosis, tapi berkaitan dengan hal di bawah ini.
- Faktor genetik. Penelitian menunjukkan bahwa skizofrenia dan gangguan bipolar mungkin memiliki penyebab genetik yang sama.
- Hormon. Beberapa orang mengalami psikosis pascamelahirkan.Tanda-tanda awal psikosis juga seringkali terjadi pada remaja. Para ahli berasumsi bahwa terdapat faktor hormonal yang berperan pada orang dengan kerentanan genetik.
- Perubahan otak. Tes telah menemukan perbedaan bahan kimia otak, khususnya aktivitas neurotransmitter dopamin pada orang yang mengalami psikosis.
Selain itu, kurang tidur juga dapat memicu psikosis.
Diagnosis
Segera berkonsultasi ke psikolog atau psikiater jika mengalami beberapa gejala di atas.
Dokter dapat mendiagnosis penyakit mental setelah mengesampingkan hal-hal lain yang dapat menyebabkan gejala psikotik.
Dokter ahli kesehatan mental mungkin akan bertanya soal:
- pengalaman, pikiran, dan aktivitas orang-orang sehari-hari
- riwayat kesehatan keluarga
- penyakit psikiatri yang dialami
- penggunaaan obat dan rekreasional apapun
- jika timbul adanya gejala lain
Baca juga: Halusinasi
Dokter juga mungkin akan merujuk pada kriteria American Psychiatric Association's Diagnostic and Manual of Mental Disorders Edisi 5 (DSM-5) dalam membuat diagnosis.
Perawatan
Dibutuhkan pengobatan dini untuk kondisi psikotik, khususnya selama episode pertama, agar penanganannya dapat menghasilkan kondisi yang terbaik.
Beberapa psikoterapi yang dapat membantu psikosis, antara lain:
Terapi perilaku kognitif (CBT)
Terapi CBT dapat membantu penderita mengenali kapan penderita memiliki episode psikotik.
Konseling tersebut juga dapat membantu penderitanya mengetahui apa yang dilihat itu nyata atau imajinasi.
CBT juga menekankan pentingnya obat antipsikotik dan tetap berpegang pada perawatan yang sedang dilakukan.
Psikoterapi suportif
Membantu penderitanya untuk belajar hidup dengan mengelola psikosis. Terapi ini juga mengajarkan cara berpikir yang sehat.
Psikoedukasi dan dukungan keluarga
Melibatkan orang terdekat penderita. Terapi ini bertujuan untuk mengikat dan meningkatkan cara memecahkan cara memecahkan masalah bersama.
Baca juga: Mungkinkah Anak-anak Alami Gangguan Bipolar?
Terapi peningkatan kognitif (CET)
Terapi ini menggunakan latihan komputer dan kerja kelompok untuk membantu penderita
Coordinated Specialty Care (CSC)
CSC atau perawatan khusus terkoordinasi melibatkan tim kesehatan dan spesialis profesional yang bekerja dengan seseorang untuk membuat rencana perawatan pribadi berdasarkan tujuan hidup dengan bantuan anggota keluarga sebanyak mungkin.
CSC memiliki komponen kunci berikut:
- manajemen kasus
- dukungan keluarga dan pendidikan
- psikoterapi
- manajemen obat
- mendukung pendidikan dan pekerjaan
- dukungan rekan dan orang terdekat
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.