KOMPAS.com - Sindrom Brugada adalah kelainan irama jantung genetik yang langka dan memiliki risiko mengancam nyawa.
Penderita sindrom Brugada memiliki peningkatan risiko irama jantung yang tidak teratur, dimulai pada bilik bawah jantung (ventrikel).
Sindrom ini menyebabkan darah tidak bisa beredar dengan maksimal di area tubuh.
Baca juga: Aritmia
Kondisi ini berbahaya dan dapat menyebabkan penderitanya pingsan, hingga meninggal dunia, khususnya saat tidur atau beristirahat.
Sindrom Brugada juga disebut sebagai sindrom kematian nokturnal yang dapat terjadi secara tiba-tiba karena penderitanya seringkali meninggal saat tidur.
Banyak orang dengan sindrom Brugada tidak memiliki gejala apapun. Bahkan penderitanya tidak menyadari mereka memiliki sindrom tersebut.
Beberapa penderita sindrom Brugada mengalami:
Gejala dapat muncul kapan saja. Namun, terkadang dapat dipicu oleh sesuatu seperti:
Gejala umumnya muncul saat dewasa, tetapi sindrom ini dapat menyerang segala usia. Biasanya lebih sering terjadi pada pria ketimbang wanita atau anak-anak.
Gangguan pada irama jantung dapat dipicu oleh impuls listrik yang dihasilkan oleh sel-sel khusus di bilik kanan atas jantung.
Baca juga: Aritmia (Gangguan Irama Jantung): Jenis, Gejala, Penyebab
Terdapat saluran berupa pori-pori kecil yang mengarahkan aktivitas listrik ini dan membuat jantung berdetak.
Penderita sindrom Brugada memiliki cacat pada saluran ini dan menyebabkan jantung berdetak dengan sangat cepat.
Akibatnya, irama jantung pun terganggu dan bersifat berbahaya (fibrilasi ventrikel).
Kondisi tersebut menyebabkan jantung tidak dapat memompa cukup darah ke seluruh tubuh.
Ritme abnormal yang berlangsung dalam waktu singkat dapat menyebabkan penderitanya pingsan.
Jika detak jantung abnormal tidak berhenti, jantung dapat berhenti secara mendadak dan menyebabkan kematian.
Sindrom Brugada dapat disebabkan oleh:
Penyedia layanan kesehatan dapat menduga seseorang memiliki sindrom Brugada jika mengalami satu atau beberapa gejala di atas tanpa ada kondisi lain yang mendasari.
Sindrom ini juga dapat dicurigai jika seseorang memiliki riwayat penyakit terkait dalam keluarga atau terdapat kematian mendadak yang tidak dapat dijelaskan dalam keluarga.
Baca juga: 5 Gejala Aritmia Jantung yang Perlu Diwaspadai
Penyakit ini dapat dibuat diagnosisnya dengan bantuan elektrokardiogram (EKG).
Dengan hasil EKG yang khas dapat didiagnosis dengan sindrom Brugada jika;
Selain itu, tes genetik juga dapat dilakukan untuk mendiagnosis sindrom ini.
Jika diagnosis tidak jelas atau pola EKG menunjukkan Brugada, tapi tidak ada gejala, dokter akan menyarankan drug challenge.
Tes tersebut dilakukan di rumah sakit dengan pengawasan tenaga medis.
Pasien akan diberi obat yang menghambat saluran Natrium. Setelah itu, EKG akan dilakukan kembali untuk mencari jika ada perubahan.
Penanganan untuk sindrom Brugada tergantung pada risiko detak jantung abnormal yang serius.
Seseorang berisiko tinggi terhadap kondisi tersebut jika:
Melansir nhs, saat ini belum ada obat untuk sindrom Brugada. Namun, terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko terjadinya masalah serius.
Baca juga: 7 Tanda Penyakit Jantung Aritmia yang Perlu Diwaspadai
Beberapa perawatan yang dapat dilakukan dokter, yaitu sebagai berikut:
Selain itu, jika penderita berisiko tinggi mengalami detak jantung yang sangat cepat, dokter mungkin akan merekomendasikan untuk memasag implan defibrilator jantung (ICD).
ICD merupakan perangkat kecil yang ditempatkan di dada, mirip dengan alat pacu jantung.
Alat tersebut akan mengirimkan kejut listrik jika jantung berdetak secara abnormal agar kembali seperti semula.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.