KOMPAS.com - Cacing merupakan parasit yang dapat masuk ke dalam tubuh manusia dan menyebabkan penyakit.
Salah satu jenis cacing yang menyebabkan infeksi dan penyakit pada manusia adalah Ascaris lumbricoides atau yang biasa disebut dengan cacing gelang.
Cacing gelang berbentuk seperti cacing tanah pada umumnya dan memiliki panjang sekitar 15 hingga lebih dari 30 sentimeter.
Baca juga: Benarkah Obat Cacing Ivermectin Bisa Mengobati Covid-19?
Cacing gelang dapat hidup dan berkembang biak di dalam usus manusia, serta menimbulkan penyakit yang dapat menyebabkan komplikasi.
Penyakit yang disebabkan oleh infeksi cacing gelang disebut dengan penyakit ascariasis atau askariasis.
Ascariasis menjadi salah satu jenis infeksi cacing yang paling umum ditemui dan sering terjadi pada anak-anak usia 3 hingga 8 tahun.
Selain itu, penyakit ini juga sering ditemui di negara tropis dan subtropis, terutama area dengan sanitasi dan tingkat kebersihan yang buruk.
Jika tidak diobati, ascariasis akan terus berkembang biak di dalam usus, bahkan menginfeksi organ lain, seperti hati dan pankreas yang akan menyebabkan gejala serius.
Merangkum Kids Health dan Mayo Clinic, ascariasis biasanya tidak menimbulkan gejala, tetapi gejala akan muncul setelah cacing di dalam tubuh semakin banyak.
Gejala yang muncul pun tergantung pada bagian tubuh yang terinfeksi. Telur cacing gelang yang tertelan akan menetas menjadi larva di dalam usus halus.
Kemudian, larva akan berpindah ke paru-paru melalui peredaran darah dan menetap selama 10 sampai 14 hari.
Pada kondisi ini, gejala yang muncul menyerupai gejala asma atau pneumonia, seperti:
Baca juga: Infeksi Cacing Tambang
Setelah berada di paru-paru, larva akan berjalan ke tenggorokan yang memicu batuk dan tertelan kembali sehingga masuk ke dalam usus.
Ketika berada di usus, larva akan berkembang menjadi cacing dewasa dan dapat menghasilkan lebih dari 200.000 telur cacing per hari.
Cacing-cacing tersebut akan hidup di usus sampai akhirnya mati dan akan menimbulkan beberapa gejala berikut:
Mengutip Cleveland Clinic, ascariasis disebabkan oleh cacing gelang, yaitu Ascaris lumbricoides.
Penyakit ini tidak ditularkan secara langsung dari satu orang ke orang lainnya, tetapi melalui kontak langsung atau tidak sengaja menelan telur Ascaris lumbricoides.
Telur Ascaris lumbricoides dapat ditemukan di tanah yang terkontaminasi oleh feses manusia yang terinfeksi cacing gelang.
Di beberapa daerah, feses manusia digunakan sebagai pupuk sehingga feses yang terkontaminasi cacing gelang dapat bercampur dan tersebar dengan tanah di ladang, jalan, atau pekarangan.
Baca juga: Hookworm Infection
Berikut beberapa tindakan yang menyebabkan seseorang terserang ascariasis:
Telur yang masuk ke dalam tubuh akan menuju ke usus dan menetas menjadi larva lalu menyebar ke paru-paru melalui aliran darah atau aliran getah bening (sistem limfatik).
Setelah berada di paru-paru, larva akan menuju tenggorokan yang menyebabkan penderita batuk dan larva akan keluar dari tubuh atau kembali tertelan dan menuju ke usus.
Setelah kembali ke usus, larva akan tumbuh menjadi cacing dewasa, baik jantan atau betina, dan akan berkembang biak.
Sebagian telur cacing akan keluar dari tubuh melalui feses dan dengan tujuan menginfeksi inang lain, seperti tanah.
Seluruh siklus tersebut dapat menghabiskan waktu sekitar dua sampai tiga bulan dan cacing dewasa dapat bertahan hidup di dalam tubuh manusia hingga dua tahun.
Menurut Healthline, terdapat beberapa kondisi yang meningkatkan risiko terserang penyakit ini, yaitu:
Baca juga: Enterobiasis
Merangkum dari Mayo Clinic dan WebMD, berikut beberapa pemeriksaan untuk mendiagnosis ascariasis:
Mengutip Mayo Clinic, dalam beberapa kasus, infeksi ascariasis dapat sembuh dengan sendirinya.
Baca juga: Cacingan: Gejala, Bahaya, dan Cara Mengobati
Namun, infeksi yang menimbulkan gejala memerlukan penanganan. Berikut beberapa penanganan untuk mengobati ascariasis:
Dilansir dari WebMD, ascariasis dapat menimbulkan beberapa komplikasi berikut:
Merangkum dari WebMD dan Cleveland Clinic, berikut beberapa cara untuk mencegah ascariasis:
Baca juga: 8 Penyebab Anus Gatal, Tak Hanya Cacingan
Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.