KOMPAS.com - Gangguan obsesif kompulsif atau obsessive compulsive disorder (OCD) adalah kondisi kesehatan mental umum untuk menggambarkan seseorang yang memiliki pikiran obsesif dan perilaku kompulsif.
OCD dapat menyerang siapa saja; pria, wanita, ataupun anak-anak.
Seringkali, gejala OCD berawal sekitar pubertas. Namun, dimulai pada awal masa dewasa.
Baca juga: Mengenal Gejala OCD yang Harus Diketahui
Memiliki OCD dapat cukup merepotkan dan berdampak pada keseharian secara signifikan. Namun, pengobatan dapat membantu mengendalikannya.
Gangguan obsesif-kompulsif dapat mencakup obsesi dan kompulsi, tapi mungkin juga seseorang hanya memiliki gejala obsesi atau kompulsi.
Seseorang dengan gejala ini mungkin tidak menyadari bahwa tingkat obsesi dan kompulsi yang dilakukannya berlebihan atau masuk akal.
Sikap obsesi dan kompulsi ini dapat menghabiskan banyak waktu hingga menggangu rutinitas keseharian.
Obsesi dalam OCD adalah pikiran, desakan, atau gambaran yang berulang terus-menerus dan tidak diinginkan yang mengganggu dan menyebabkan keresahan dan kecemasan.
Seseorang dengan gejala obsesi akan mencoba untuk mengabaikan atau menyingkirkan pikiran tersebut dengan perilaku atau "ritual" kompulsif.
Umumnya, obsesi akan mengganggu saat penderitanya sedang mencoba memikirkan atau melakukan hal lain.
Melansir Mayo Clinic, obsesi biasanya memiliki tema, seperti:
Baca juga: Waspadai, Obsesi dengan Pola Makan Sehat Bisa Sebabkan Orthorexia
Contoh tanda dan gejala obsesi meliputi:
Kompulsi pada OCD adalah perilaku berulang yang membuat seseorang merasa terdorong untuk melakukannya.
Tingkah ini dilakukan berdasarkan kecemasan terkait obsesi yang dirasakan.
Namun, kompulsi tidak membawa kesenangan dan hanya menawarkan bantuan sementara dari kecemasan yang timbul.
Sama seperti obsesi, kompulsi memiliki tema, seperti:
Baca juga: Gangguan Kepribadian Ganda (DID)
Contoh tanda dan gejala kompulsi meliputi:
Belum diketahui secara pasti penyebab OCD. Stres dapat memperburuk gejala yang timbul.
Selain itu, OCD umumnya lebih sering terjadi pada wanita ketimbang pria dan sering muncul pada remaja atau dewasa muda.
Faktor risiko OCD, meliputi:
Seorang anak terkadang mengalami OCD setelah terserang infeksi streptokokus.
Kondisi ini merupakan gangguan neuropsikiatri autoimun pediatrik yang terkait dengan infeksi streptokokus atau PANDAS.
Baca juga: Gangguan Stress Pascatrauma (PTSD)
Orang dengan OCD umumnya enggan mencari bantuan karena merasa malu.
Jika Anda mengalami gejala OCD, tidak perlu malu untuk mendapatkan bantuan. OCD adalah kondisi kesehatan yang sama seperti kondisi lainnya.
Terdapat dua cara utama untuk mendapatkan bantuan:
Dengan penanganan, OCD dapat berangsur membaik gejalanya.
Orang dengan OCD menerima pengobatan untuk memperbaiki kualitas hidup dan peningkatan fungsi.
Pilihan penanganan yang dapat dilakukan adalah dengan obat-obatan atau terapi.
Baca juga: Sering Tidak Disadari, Perhatikan Gejala Gangguan Delusi
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.