KOMPAS.com - Gangguan stres pascatrauma atau post-traumatic stress disorder (PTSD) adalah kondisi kesehatan mental yang dipicu oleh peristiwa traumatis, baik dengan menyaksikan atau mengalami langsung.
Gejala yang timbul dapat berupa kilas balik, mimpi buruk, kecemasan parah, serta pikiran tak terkendali akan peristiwa tersebut.
Peristiwa yang dimaksud dapat mencakup:
Baca juga: Pandemi Covid-19 Bisa Sebabkan PTSD, Begini Cara Mencegahnya...
Umumnya, orang dengan kondisi ini mengalami kesulitan untuk mengatasi ketakutan tersebut.
Terdapat peningkatan rasa awas terhadap bahaya, seperti respons "lawan-atau-lari" yang menyebabkan rasa stres atau takut, bahkan saat mereka sedang aman.
Kondisi ini dapat berlangsung selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun dan menghambat aktivitas sehari-hari.
Namun, dengan perawatan diri dan waktu, keadaan bisa membaik.
Penting untuk mendapatkan pengobatan efektif jika gejala PTSD berkembang untuk mengurangi gejala yang timbul.
PTSD dapat terjadi pada siapa saja pada usia berapapun. Hal ini terjadi sebagai respons terhadap perubahan kimia dan saraf otak setelah terpapar peristiwa yang mengancam atau traumatis.
Gejala PTSD dapat bermula sekitar sebulan setelah kejadian. Namun, gejala juga bisa jadi baru muncul sampai bertahun-tahun setelah peristiwa terjadi.
Gejala dikelompokkan ke dalam empat bagian:
Baca juga: Sebabkan Trauma Mendalam, Begini Cara Bantu Korban Kekerasan Seksual
Setiap orang dapat memiliki gejala yang berbeda dan bervariasi dari waktu ke waktu.
Gejala ini dapat meliputi:
Gejala penghindaran mencakup:
Gejalanya dapat mencakup:
Baca juga: Mengenal Butterfly Hug untuk Atasi Kecemasan Pada Pasien Trauma
Gejala perubahan reaksi fisik dan emosional (disebut juga sebagai gairah) melibatkan:
PTSD dapat terjadi pada seseorang yang melalui atau menyaksikan peristiwa traumatis, seperti bencana alam, perang atau pertempuran militer, atau kekerasan.
Trauma dapat menyebabkan perubahan pada otak.
Melansir Healthline, sebuah studi pada 2018 menunjukkan penderita PTSD memiliki hipokampus (area otak yang mengatur memori dan emosi) lebih kecil.
Namun, tidak diketahui jika volume hipokampus itu memang lebih kecil atau trauma justru menurunkan volume bagian otak tersebut.
Beberapa penyebab lain dapat merupakan kombinasi dari:
Baca juga: Memahami Trauma Masa Kecil dan Efeknya Bagi Fisik dan Mental
Penyedia layanan kesehatan dapat mendiagnosis PTSD dengan melakukan pemeriksaan kesehatan mental dan mungkin juga pemeriksaan fisik.
Orang dengan diagnosis PTSD memiliki semua gejala yang telah disebutkan selama setidaknya satu bulan:
Umumnya, penanganan PTSD melibatkan terapi bicara (psikoterapi) dan pengobatan.
Salah satu psikoterapi, terapi perilaku kognitif (CBT), dilaporkan sangat efektif.
Beberapa bentuk spesifik CBT yang dapat digunakan untuk mengobati PTSD seperti:
Baca juga: Mengenal Trauma yang Mungkin Dialami Korban Perkosaan Reynhard Sinaga
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.