Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 22/12/2021, 15:00 WIB
Luthfi Maulana Adhari,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Clubfoot atau kaki pekuk mengacu pada suatu kondisi ketika kaki bayi yang baru lahir tampak memutar secara internal di pergelangan kaki.

Kaki menunjuk ke bawah dan ke dalam dan telapak kaki saling berhadapan.

Kaki pekuk sendiri merupakan kelainan bawaan yang paling umum pada kaki.

Baca juga: Club Foot: Penyebab dan Cara Mengatasinya

Kondisinya dapat berkisar dari ringan dan fleksibel hingga parah dan kaku.

Penyebab

Melansir Medical News Today, penyebab kaki pekuk tidak diketahui. Biasanya kondisi ini terjadi dengan sendirinya.

Tetapi kondisi ini juga dapat diturunkan melalui keluarga dalam beberapa kasus.

Kaki pekuk juga dapat terjadi sebagai bagian dari sindrom genetik yang mendasari, seperti trisomi 18.

Masalah terkait, yang disebut kaki pengkor posisional, bukanlah kaki pengkor yang sebenarnya.

Kondisi di atas adalah hasil dari posisi kaki normal yang tidak normal saat bayi dalam kandungan. Masalah tersebut mudah diperbaiki setelah lahir.

Gejala

Penampilan fisik kaki dapat bervariasi. Satu atau kedua kaki mungkin terpengaruh.

Kaki berputar ke dalam dan ke bawah saat lahir dan sulit untuk ditempatkan pada posisi yang benar.

Otot betis dan kaki umumnya menjadi sedikit lebih kecil dari biasanya.

Diagnosis

Gangguan ini diidentifikasi selama pemeriksaan fisik. Salah satu jenis pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah X-ray kaki.

Ultrasonografi selama 6 bulan pertama kehamilan juga dapat membantu mengidentifikasi gangguan tersebut.

Baca juga: 8 Macam Kelainan pada Tulang Manusia yang Perlu Diwaspadai

Perawatan

Menyadur Medline Plus, perawatan umumnya dengan dilakukan menggerakkan kaki ke posisi yang benar dan menggunakan gips untuk menahannya.

Perawatan harus dimulai sedini mungkin. Idealnya, segera setelah lahir.

Peregangan dan recasting yang lembut akan dilakukan setiap minggu untuk memperbaiki posisi kaki.

Umumnya, dibutuhkan lima hingga 10 gips.

Setelah kaki berada pada posisi yang benar, anak akan memakai penyangga khusus hampir sepanjang waktu selama 3 bulan.

Kemudian, anak akan memakai brace di malam hari dan saat tidur siang hingga 3 tahun.

Seringkali, masalahnya adalah tendon Achilles yang mengencang dan diperlukan prosedur sederhana untuk melepaskannya.

Beberapa kasus kaki pekuk yang parah memerlukan pembedahan jika perawatan lain tidak berhasil atau jika masalahnya kembali.

Anak harus dipantau oleh penyedia layanan kesehatan sampai kaki normal sepenuhnya.

Jika anak dirawat karena kaki pekuk, hubungi dokter segera jika:

  • Jari kaki membengkak, berdarah, atau berubah warna di bawah gips
  • Pembalut gips menyebabkan rasa sakit yang signifikan
  • Jari-jari kaki menghilang ke dalam gips
  • Kaki mulai berputar lagi setelah perawatan
  • Pembalut gips melorot.

Baca juga: Clubfoot

Beberapa cacat mungkin tidak sepenuhnya diperbaiki. Namun, perawatan dapat memperbaiki penampilan dan fungsi kaki.

Perawatan mungkin kurang berhasil jika kaki pekuk dikaitkan dengan gangguan kelahiran lainnya.

Pencegahan

Mengutip dari Healthline, karena penyebab kaki pekuk tidak diketahui, tidak ada cara pasti untuk mencegahnya terjadi.

Namun, orang tua dapat meminimalkan risiko anak akan lahir dengan kaki pekuk dengan tidak merokok atau minum alkohol selama kehamilan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Indeks Penyakit


Terkini Lainnya
Studi: Ingatan yang Kurang Spesifik Bisa Picu Gangguan Kejiwaan Lebih Dini
Studi: Ingatan yang Kurang Spesifik Bisa Picu Gangguan Kejiwaan Lebih Dini
Health
Kemenkes Prioritaskan Eliminasi Malaria di Papua yang Masih Tinggi Kasusnya
Kemenkes Prioritaskan Eliminasi Malaria di Papua yang Masih Tinggi Kasusnya
Health
Haruskah Orang Dewasa Tidur 7 Jam Setiap Hari untuk Kurangi Risiko Stroke? Ini Kata Dokter…
Haruskah Orang Dewasa Tidur 7 Jam Setiap Hari untuk Kurangi Risiko Stroke? Ini Kata Dokter…
Health
Penyebaran Mpox Meningkat: Kenali Gejalanya dan Lakukan Pencegahan Berikut...
Penyebaran Mpox Meningkat: Kenali Gejalanya dan Lakukan Pencegahan Berikut...
Health
Studi: Kerja Lembur Terlalu Sering Bisa Ubah Struktur Otak
Studi: Kerja Lembur Terlalu Sering Bisa Ubah Struktur Otak
Health
Status Darurat Mpox Diperpanjang WHO: Penyebaran Meningkat, Gejala dan Pencegahan Diperketat
Status Darurat Mpox Diperpanjang WHO: Penyebaran Meningkat, Gejala dan Pencegahan Diperketat
Health
Gejala Mirip Covid-19, Virus HKU5 Jadi Ancaman Pandemi Baru
Gejala Mirip Covid-19, Virus HKU5 Jadi Ancaman Pandemi Baru
Health
Efektifkah Makan Sayur dan Buah untuk Menurunkan Kolesterol? Ini Kata Dokter…
Efektifkah Makan Sayur dan Buah untuk Menurunkan Kolesterol? Ini Kata Dokter…
Health
Sering Dianggap Sepele, Lewatkan Biopsi Bisa Buat Kanker Tak Terdeteksi
Sering Dianggap Sepele, Lewatkan Biopsi Bisa Buat Kanker Tak Terdeteksi
Health
Punya Orangtua Narsis, Apa yang Harus Dilakukan? 
Punya Orangtua Narsis, Apa yang Harus Dilakukan? 
Health
Waspadai Uap Rokok Obat, Ini Kata Dokter soal Dampaknya bagi Paru-paru
Waspadai Uap Rokok Obat, Ini Kata Dokter soal Dampaknya bagi Paru-paru
Health
Tanda-tanda Anak yang Dibesarkan oleh Orangtua Narsis
Tanda-tanda Anak yang Dibesarkan oleh Orangtua Narsis
Health
Bisakah Mengandalkan ChatGPT Membaca Hasil Pemeriksaan Medis?
Bisakah Mengandalkan ChatGPT Membaca Hasil Pemeriksaan Medis?
Health
Ada Black Mold di Ruangan, Seberapa Berbahaya untuk Kesehatan?
Ada Black Mold di Ruangan, Seberapa Berbahaya untuk Kesehatan?
Health
Menu Makanan di Sekolah Bisa Jadi Kunci Anak Makan Sehat, Ini Kata Ahli Gizi
Menu Makanan di Sekolah Bisa Jadi Kunci Anak Makan Sehat, Ini Kata Ahli Gizi
Health
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau