Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - Diperbarui 09/03/2022, 19:20 WIB
Luthfi Maulana Adhari,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

Prof. Hans Tandra, Sp. PD-KEMD, PhD, FINASIM, FACE, FACP
Divalidasi oleh:
Prof. Hans Tandra, Sp. PD-KEMD, PhD, FINASIM, FACE, FACP

Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Endokrinologi Metabolik dan Diabetes Mayapada Hospital Surabaya. www.mayapadahospital.com

KOMPAS.com - Diabetes melitus tipe 2 adalah gangguan dalam cara tubuh mengatur dan menggunakan gula (glukosa) sebagai bahan bakar.

Kondisi kronis ini menyebabkan terlalu banyak gula yang beredar di aliran darah.

Akhirnya, kadar gula darah yang tinggi dapat menyebabkan gangguan pada sistem peredaran darah, saraf dan kekebalan tubuh.

Baca juga: Kenali Gejala Khusus Diabetes Tipe 2

Diabetes melitus tipe 2 dulu dikenal sebagai diabetes onset dewasa, tetapi diabetes tipe 1 dan tipe 2 dapat dimulai selama masa kanak-kanak dan dewasa.

Tipe 2 lebih sering terjadi pada orang dewasa yang lebih tua, tetapi peningkatan jumlah anak dengan obesitas telah menyebabkan lebih banyak kasus diabetes tipe 2 pada orang yang lebih muda.

Penyebab

Diabetes tipe 2 berkembang ketika kinerja insulin menurun dan sel-sel tubuh kurang mampu merespons insulin.

Ketika sel tidak merespons insulin, hal ini disebut resistensi insulin. Kondisi ini biasanya disebabkan oleh faktor gaya hidup, termasuk:

  • obesitas
  • kurang olahraga
  • merokok
  • stres
  • jam makan dan jam tidur tidak teratur.

Gejala

Gejala diabetes tipe 2 cenderung berkembang perlahan seiring waktu. Gejala dapat mencakup:

  • Penglihatan kabur
  • Kelelahan
  • Merasa sangat lapar atau haus
  • Meningkatnya kebutuhan untuk buang air kecil (biasanya di malam hari)
  • Penyembuhan luka atau luka yang lambat
  • Kesemutan atau mati rasa di tangan atau kaki
  • Penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan.

Baca juga: 12 Cara Mencegah Diabetes Tipe 2 yang Baik Dilakukan

Diagnosis

Temui dokter segera jika melihat tanda atau gejala diabetes tipe 2.

Melansir Cleveland Clinic, tes darah berikut membantu dokter mendiagnosis diabetes:

  • Tes glukosa plasma puasa
  • Tes glukosa plasma acak
  • Tes hemoglobin glikolat (A1c)
  • Tes toleransi glukosa oral.

Perawatan

Tidak ada obat untuk diabetes tipe 2.

Tetapi pasien dapat mengelola kondisi tersebut dengan mempertahankan gaya hidup sehat dan minum obat jika diperlukan.

Dokter akan memerintahkan pasien untuk mengelola:

  • Gula darah
  • Tekanan darah
  • Kolesterol
  • Juga secara berkala memantau kondisi ginjal, jantung, pembuluh darah di otak dan kaki, dan sebagainya.

Beberapa orang minum obat untuk mengelola diabetes bersama dengan diet dan olahraga.

Penyedia layanan kesehatan dapat merekomendasikan obat diabetes oral seperti metformin.

Pasien juga dapat menggunakan insulin untuk membantu tubuh menggunakan gula lebih efisien. Insulin didapat dalam bentuk berikut:

Baca juga: 11 Penyebab Diabetes Tipe 2 yang Perlu Diwaspadai

  • Insulin suntik atau pena insulin
  • Insulin yang dihirup dihirup melalui mulut
  • Pompa insulin.

Komplikasi

Potensi komplikasi kadar gula darah tinggi dari diabetes tipe 2 dapat meliputi:

  • Masalah pencernaan, seperti gastroparesis
  • Masalah mata, seperti retinopati diabetik
  • Masalah kaki, seperti borok kaki
  • Penyakit gusi dan masalah mulut lainnya
  • Kehilangan pendengaran
  • Penyakit jantung
  • Penyakit ginjal
  • Masalah hati, seperti penyakit hati berlemak nonalkohol
  • Neuropati perifer (kerusakan saraf)
  • Disfungsi seksual
  • Kondisi kulit
  • Stroke
  • Infeksi saluran kemih dan infeksi kandung kemih.

Pada kasus yang jarang terjadi, diabetes tipe 2 menyebabkan ketoasidosis diabetik (DKA).

DKA adalah kondisi mengancam jiwa yang menyebabkan darah menjadi asam.

Pencegahan

Semua orang dapat mencegah atau menunda diabetes tipe 2 dengan:

Baca juga: 6 Komplikasi Diabetes Tipe 2 yang Perlu Diwaspadai

  • Makan makanan yang sehat
  • Berolahraga
  • Diet teratur.

Pemeriksaan rutin dengan dokter juga dapat membantu menjaga gula darah tetap terkendali.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Video rekomendasi
Video lainnya

Indeks Penyakit


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com