Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 27/12/2021, 08:33 WIB
Xena Olivia,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Hematoma epidural terjadi saat massa darah terbentuk di ruang antara tengkorak dan lapisan pelindung otak (duramater).

Hal ini dapat terjadi saat terjadinya trauma atau cedera lain pada kepala dan menyebabkan otak memantul ke bagian dalam tengkorak.

Kondisi ini dapat merobek lapisan dalam otak, jaringan, dan pembuluh darah dan mengakibatkan pendarahan. Inilah yang menjadi penyebab terbentuknya hematoma.

Baca juga: Hematoma Subdural

Hematoma epidural dapat memberi tekanan pada otak dan menyebabkannya membengkak.

Saat membengkak, otak mungkin akan bergeser di tengkorak.

Tekanan dan kerusakan pada jaringan otak dapat memengaruhi penglihatan, ucapan, mobilitas, dan kesadaran.

Jika tidak diobati, hematoma epidural dapat menyebabkan kerusakan otak yang berkepanjangan dan bahkan kematian.

Gejala

Gejala hematoma epidural dapat berkembang dengan cepat setelah cedera atau perlahan selama beberapa jam.

Waktu yang diperlukan untuk gejala berkembang tergantung pada tingkat keparahan cedera dan seberapa cepat darah mengisi ke dalam lapisan antara otak dan tengkorak.

Beberapa gejala paling umum dari hematoma epidural meliputi:

  • muntah
  • kebingungan
  • kejang
  • kehilangan
  • penglihatan di satu sisi
  • pusing
  • perubahan pernapasan
  • mual
  • sakit kepala parah
  • kelemahan pada salah satu bagian tubuh
  • pupil membesar di satu mata
  • mengantuk atau kehilangan kewaspadaan.

Baca juga: Efek Cedera Kepala yang Tidak Dapat Disepelekan

Sebelum menerima perawatan, seseorang mungkin kehilangan kesadaran. Mungkin juga mengalami koma.

Penyebab

Hematoma epidural biasanya terjadi akibat trauma atau cedera lain pada kepala.

Misalnya, pukulan keras saat jatuh, kecelakaan kendaraan, atau tabrakan dalam olahraga kontak.

Selain itu, kekerasan fisik juga dapat menyebabkan cedera kepala dan menyebabkan hematoma epidural.

Diagnosis

Jika dokter mencurigai seseorang memiliki hematoma epidural, beberapa tes yang akan digunakan untuk mengkonfirmasinya, yaitu:

  • tes neurologis
  • CT scan
  • MRI scan
  • elektroensefalografi (EEG) untuk menilai aktivitas listrik otak.

Perawatan

Perawatan untuk hematoma epidural akan tergantung pada tingkat keparahan kondisi dan gejala pasien.

Memiliki cedera atau kondisi kesehatan lain juga dapat memengaruhi perawatan.

Baca juga: Cedera Kepala, Kapan Perlu Waspada?

Operasi

Dalam kebanyakan kasus, dokter akan merekomendasikan operasi untuk menghilangkan hematoma epidural.

Prosedur yang dilakukan biasanya melibatkan kraniotomi, pembedahan tengkorak secara sebagian agar dapat menghilangkan hematoma dan mengurangi tekanan pada otak.

Pada kasus lain, dokter mungkin akan merekomendasikan aspirasi. Dalam prosedur ini, dokter akan memotong lubang kecil di tengkorak

Namun, prosedur ini hanya efektif untuk hematoma yang sangat kecil dan tidak memberikan tekanan pada otak.

Obat-obatan

Sebelum melakukan operasi, dokter juga mungkin akan meresepkan obat utuk mengurangi peradangan dan tekanan intrakranial. Misalnya, seperti agen hiperosmotik.

Obat-obatan ini dapat membantu mengurangi pembengkakan di otak, seperti manitol, gliserol, dan salin hipertonik.

Setelah hematoma diangkat, dokter juga dapat meresepkan obat antikejang. Seseorang

Dokter juga mungkin akan merujuk ke ahli terapi fisik, bersama dengan mekanisme penanganan lainnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Indeks Penyakit


Terkini Lainnya
Kylian Mbappe Sakit Gangguan Lambung Dilarikan ke RS Amerika Serikat
Kylian Mbappe Sakit Gangguan Lambung Dilarikan ke RS Amerika Serikat
Health
8 Kasus Virus Hanta per 19 Juni di Indonesia, Semuanya Sudah Sembuh
8 Kasus Virus Hanta per 19 Juni di Indonesia, Semuanya Sudah Sembuh
Health
Sering Lemas dan Pucat? Kenali 6 Gejala Anemia Ini Sejak Dini
Sering Lemas dan Pucat? Kenali 6 Gejala Anemia Ini Sejak Dini
Health
Olahraga Rutin Sejak Muda Bantu Tekan Risiko Hipertensi di Usia Paruh Baya
Olahraga Rutin Sejak Muda Bantu Tekan Risiko Hipertensi di Usia Paruh Baya
Health
Pria Bandung Barat Positif Penyakit Virus Hanta, Kenali Ini Gejalanya…
Pria Bandung Barat Positif Penyakit Virus Hanta, Kenali Ini Gejalanya…
Health
Hari Sel Sabit Sedunia: Ini Cara Mencegah Komplikasi Penyakit Sel Sabit
Hari Sel Sabit Sedunia: Ini Cara Mencegah Komplikasi Penyakit Sel Sabit
Health
Virus Hanta Menyerang Buruh Bangunan dalam Proyek Ciwidey Bandung Barat
Virus Hanta Menyerang Buruh Bangunan dalam Proyek Ciwidey Bandung Barat
Health
Minum Air Putih Terlalu Banyak Bisa Berbahaya, Ini Rekomendasi Jumlah Aman Tiap Hari
Minum Air Putih Terlalu Banyak Bisa Berbahaya, Ini Rekomendasi Jumlah Aman Tiap Hari
Health
Pakar Gizi BGN: Menu MBG Wajib Sesuai AKG dan Keanekaragaman Pangan
Pakar Gizi BGN: Menu MBG Wajib Sesuai AKG dan Keanekaragaman Pangan
Health
5 Faktor Risiko Pengapuran Lutut: Bisa Terjadi Sebelum Tua jika Diabaikan
5 Faktor Risiko Pengapuran Lutut: Bisa Terjadi Sebelum Tua jika Diabaikan
Health
1 dari 3 Orang Dewasa di Indonesia Derita Hipertensi Tanpa Disadari
1 dari 3 Orang Dewasa di Indonesia Derita Hipertensi Tanpa Disadari
Health
Studi: Konsumsi Pornografi Berlebihan Bisa Ubah Fungsi Otak dan Ganggu Pikiran
Studi: Konsumsi Pornografi Berlebihan Bisa Ubah Fungsi Otak dan Ganggu Pikiran
Health
Anak 12 Tahun Peserta JKN Meninggal Setelah Ditolak RSUD, Ini Tanggapan BPJS…
Anak 12 Tahun Peserta JKN Meninggal Setelah Ditolak RSUD, Ini Tanggapan BPJS…
Health
Dokter: Cukup Tidur Bisa Jadi Cara untuk Mencegah Stroke
Dokter: Cukup Tidur Bisa Jadi Cara untuk Mencegah Stroke
Health
Sering Pakai Earbuds? Waspadai Risiko Iritasi, Infeksi, hingga Penumpukan Kotoran Telinga
Sering Pakai Earbuds? Waspadai Risiko Iritasi, Infeksi, hingga Penumpukan Kotoran Telinga
Health
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau