KOMPAS.com - Demam kelenjar atau dalam istilah medis disebut mononukleosis, merupakan penyakit yang terjadi karena infeksi kelompok virus herpes, yaitu virus Epstein-Barr (EBV).
Demam kelenjar yang memiliki nama lain glandular fever ini dapat menyebar melalui air liur, termasuk melalui ciuman.
Maka dari itu, kondisi ini juga sering disebut sebagai kissing disease dan lebih sering menyerang remaja dan dewasa muda.
Baca juga: Demam
Demam kelenjar tidak selalu disebabkan oleh infeksi EBV karena virus lain, seperti cytomegalovirus (CMV) dan rubella.
Demam kelenjar menimbulkan gejala, seperti demam, sakit tenggorokan, kelelahan, dan pembengkakan kelenjar getah bening.
Selain itu, gejala demam kelenjar dapat serupa dengan keluhan yang disebabkan oleh infeksi parasit toksoplasma.
Hal ini mengakibatkan demam kelenjar sulit dibedakan dengan kondisi kesehatan yang lain.
Meskipun demikian, penyakit ini sering kali tidak berbahaya dan dapat sembuh dengan sendirinya dalam beberapa minggu.
Seseorang yang telah sembuh dari penyakit ini, nantinya akan kebal terhadap penyakit ini.
Merangkum Southern Cross dan Healthdirect, gejala demam kelenjar sering kali muncul 4 sampai 8 minggu setelah terinfeksi virus penyebab penyakit ini.
Gejala demam kelenjar umumnya cenderung ringan dan akan sembuh dalam waktu tiga minggu, bahkan beberapa penderita tidak merasakan gejala apa pun.
Namun, tingkat keparahan dan durasi gejala yang dirasakan setiap penderita dapat bervariasi.
Gejala awal demam kelenjar cukup mirip dengan penyakit flu, seperti:
Baca juga: Ciri Demam yang Berbahaya Pada Anak
Setelah 2 sampai 3 hari, penyakit ini akan berkembang yang ditandai dengan beberapa gejala lain berikut:
Dirangkum dari Healthline dan Medical News Today, demam kelenjar atau mononukleosis disebabkan oleh virus Epstein-Barr (EBV).
Virus tersebut menyebar ketika seseorang melakukan kontak langsung dengan air liur, darah, dan sperma dari penderita mononukleosis.
Penularan penyakit ini dapat terjadi ketika seseorang secara tidak sengaja menghirup droplet penderita.
Baca juga: Cara Menurunkan Demam pada Bayi
Virus penyebab penyakit ini juga dapat menular ketika seseorang berciuman atau menggunakan alat makan yang sama dengan penderita.
Virus Epstein-Barr (EBV) juga dapat menular melalui hubungan seksual, transfusi darah, dan donor (transplantasi) organ tubuh.
Masa inkubasi virus Epstein-Barr (EBV) adalah 4 hingga 8 minggu sebelum muncul gejala.
Hal ini menyebabkan seseorang yang terinfeksi kerap tidak menyadari bahwa dirinya mengalami mononukleosis dan dapat menularkan virus EBV ke orang lain.
Selain disebabkan oleh infeksi virus Epstein-Barr (EBV), demam kelenjar juga dapat disebabkan oleh mikroorganisme yang lain.
Mikroorganisme lain yang dapat menyebabkan demam kelenjar atau mononukleosis adalah cytomegalovirus (CMV), rubella, dan toxoplasma.
Menurut Very Well Health, beberapa kondisi yang meningkatkan risiko terserang demam kelenjar meliputi:
Baca juga: Alasan Banyak Minum Air Putih Penting Saat Demam
Dikutip dari Mayo Clinic, diagnosis demam kelenjar diawali dengan anamnesis mengenai riwayat kesehatan dan gejala yang dirasakan pasien.
Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik guna melihat tanda-tanda infeksi, seperti pembengkakan kelenjar getah bening, amandel, dan pembesaran limpa.
Untuk memastikan diagnosis, dokter akan melakukan tes darah yang berfungsi untuk mendeteksi keberadaan antibodi virus Epstein-Barr.
Selain itu, tes darah juga dilakukan untuk mengetahui kadar sel darah putih karena peningkatan kadar sel darah putih merupakan cara tubuh untuk melawan infeksi virus.
Melansir dari Medical News Today, hingga saat ini masih belum ditemukan obat spesifik yang dapat mengatasi demam kelenjar.
Meskipun tanpa pengobatan, penyakit ini umumnya akan hilang setelah 2 sampai 4 minggu.
Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan secara mandiri guna membantu meredakan gejala, di antaranya:
Baca juga: Yang Terjadi PadaTubuh saat Demam
Dikutip dari Southern Cross, meskipun demam kelenjar umumnya tidak berbahaya, tetapi pada beberapa kasus kondisi ini dapat menimbulkan beberapa komplikasi berikut:
Menurut National Health Service, demam kelenjar dapat dicegah dengan beberapa cara berikut:
Baca juga: Demam: Penyebab, Gejala, dan Cara Mengatasinya
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.