Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 28/12/2021, 09:00 WIB
Luthfi Maulana Adhari,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Lagoftalmus adalah suatu kondisi yang mencegah mata untuk menutup sepenuhnya.

Kondisi itu sendiri biasanya tidak berbahaya, tetapi membuat mata rentan terhadap kerusakan.

Meski begitu, lagoftalmus juga bisa menjadi gejala dari kondisi yang lebih serius.

Baca juga: Apakah Tidur dengan Mata Terbuka Itu Berbahaya?

Penyebab

Berbagai hal dapat menyebabkan lagoftalmus, tetapi sebagian besar termasuk dalam dua kategori.

Pertama adalah kerusakan pada saraf kranial ketujuh, yang mengontrol otot-otot di kelopak mata. Ini juga dikenal sebagai saraf wajah.

Banyak hal yang dapat menyebabkan kerusakan saraf wajah, antara lain:

  • Cedera, baik dari trauma tumpul atau luka dalam
  • Stroke
  • Suara yang rendah
  • Tumor, terutama neuroma akustik
  • Sindrom Möbius
  • Kondisi autoimun, seperti sindrom Guillain-Barré.

Kelompok penyebab kedua melibatkan kelopak mata yang rusak, yang dapat diakibatkan oleh hal-hal berikut:

  • Jaringan parut akibat luka bakar, cedera, atau kondisi medis tertentu, seperti sindrom Stevens-Johnson
  • Operasi kelopak mata
  • Floppy eyelid syndrome (FES).

Salah satu penyebab paling umum dari lagoftalmus adalah Bell's palsy.

Selain itu, ata yang menonjol dan cekung juga dapat menyebabkan lagoftalmus.

Gejala

Melansir WEBMd, gejala lagoftalmus meliputi:

  • Merasa seperti ada sesuatu di mata
  • Terbakar atau sakit di satu atau kedua mata
  • Mata berair atau kering
  • Luka terbuka pada permukaan mata yang bening dan protektif (kornea)
  • Infeksi mata
  • Penglihatan kabur
  • Mata merah
  • Sensitivitas cahaya
  • Kualitas tidur yang buruk.

Baca juga: 8 Penyebab Blefaritis (Radang Kelopak Mata) yang Perlu Diwaspadai

Diagnosis

Meskipun kondisi ini biasanya tidak berbahaya, tetapi lagoftalmus membuat mata rentan terhadap kerusakan.

Lagoftalmus juga bisa menjadi gejala dari kondisi yang lebih serius, jadi penting untuk menghubungi dokter jika kesulitan mengedipkan mata atau menutup mata untuk tidur.

Dokter dapat melakukan diagnosis dengan memeriksa riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik. Dokter mungkin juga akan melakukan beberapa tes.

Pasien biasanya diminta untuk melihat ke bawah sambil mencoba memejamkan mata.

Dokter akan mengukur jarak antara kelopak mata dengan penggaris.

Dokter mungkin juga merekam seberapa sering berkedip dan seberapa banyak mata terpejam saat melakukannya.

Lebih lanjut, dokter mungkin juga akan melakukan pemeriksaan lampu celah dan tes noda mata fluorescein.

Perawatan

Dokter akan membantu menemukan cara terbaik untuk mengobati lagoftamus.

Perawatan yang biasanya dilakukan meliputi:

  • Menghindari udara kering
  • Obat tetes mata
  • Perlindungan mata, seperti penutup mata, masker, dan selotip khusus 
  • Operasi, untuk kasus yang parah, dokte mungkin menyarankan operasi untuk mengangkat dan mengencangkan mata atau implan yang membantu menutup kelopak mata.

Baca juga: 7 Nutrisi yang Baik untuk Kesehatan Mata, Bukan Hanya Vitamin A

 

Komplikasi

Lagoftalmus yang tidak diobati membuat mata rentan terhadap goresan dan cedera lainnya karena tidak dilindungi oleh kelopak mata.

Paparan mata yang berkelanjutan juga dapat menyebabkan paparan keratopati.

Paparan keratopati pada akhirnya dapat menyebabkan kornea membengkak atau menipis. Hal ini juga dapat menyebabkan ulkus kornea.

Pembedahan untuk mengobati lagofthalmus mungkin juga memiliki komplikasi. Pembedahan tarsorrhaphy dapat meninggalkan jaringan parut permanen.

Pencegahan

Secara umum, lagoftalmus tidak dapat dicegah, kecuali akibat retraksi kelopak mata setelah operasi blepharoplasty melalui kulit atau bekas luka operasi lainnya.

Pada prinsipnya, penting untuk mendeteksinya sejak dini untuk menentukan apakah itu menimbulkan risiko bagi penglihatan atau mata dan untuk mengambil langkah-langkah untuk mengobatinya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Video rekomendasi
Video lainnya

Indeks Penyakit


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com