Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 09/01/2022, 11:00 WIB
Xena Olivia,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pneumonia adalah infeksi pada salah satu atau kedua paru-paru yang disebabkan oleh bakteri, virus, atau jamur.

Infeksi menyebabkan peradangan di kantung udara paru-paru yang bernama alveoli. Pada orang dengan pneumonia, alveoli terisi cairan atau nanah sehingga menyebabkan sulit untuk bernapas.

Baik pneumonia virus dan bakteri menular. Hal ini berarti penyakit ini dapat menyebar dari orang ke orang melalui menghirup percikan (droplet) dari bersin atau batuk.

Baca juga: Memiliki Gejala Serupa, Apa Perbedaan Asma dan Pneumonia?

Penyakit ini juga bisa didapat dengan menyentuh permukaan atau benda yang terkontaminasi bakteri atau virus penyebab pneumonia.

Selain itu, seseorang juga dapat terkena pneumonia jamur dari lingkungan yang tidak menyebar dari orang ke orang.

Gejala

Tanda dan gejala pneumonia bervariasi dari ringan hingga berat, tergantung pada faktor-faktor seperti jenis kuman yang menyebabkan infeksi dan usia serta kesehatan penderitanya secara umum.

Tanda dan gejala ringan seringkali mirip dengan pilek atau flu, tetapi berlangsung lebih lama.

Tanda dan gejala pneumonia dapat termasuk:

  • nyeri dada saat bernapas atau batuk
  • kebingungan atau perubahan kesadaran mental (pada orang dewasa berusia 65 tahun ke atas)
  • batuk berdahak
  • kelalahan
  • demam, berkeringat, dan menggigil kedinginan
  • suhu tubuh lebih rendah dari normal (pada orang dewasa yang lebih tua dari 65 tahun dan orang dengan sistem kekebalan lemah)
  • mual, muntah, atau diare
  • sesak napas.

Bayi mungkin tidak menunjukkan adanya infeksi. Namun, dalam beberapa kasus bayi mungkin akan muntah, demam, batuk, tampak gelisah, lelah dan tanpa energi, serta sulit bernapas dan makan.

Baca juga: 8 Gejala Pneumonia yang Perlu Diwaspadai

Penyebab

Pneumonia biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri. Selain pneumonia bakteri, jenis lain termasuk:

  • pneumonia virus: seperti coronavirus
  • pneumonia aspirasi: disebabkan oleh menghirup muntahan, benda asing, seperti kacang, atau zat berbahaya, seperti asap atau bahan kimia
  • pneumonia jamur: rentan terhadap orang dengan sistem kekebalan yang lemah
  • pneumonia yang didapat di rumah sakit: berkembang di rumah sakit karena dirawat akibat kondisi lain atau menjalani operasi.

Orang dalam perawatan intensif dengan mesin pernapasan sangat berisiko mengembangkan pneumonia terkait ventilator.

Diagnosis

Terkadang pneumonia sulit didiagnosis. Hal ini karena penyebabnya sama seperti pilek atau flu.

Mungkin perlu waktu bagi beberapa orang untuk menyadari bahwa dirinya sedang memiliki kondisi yang lebih serius.

Beberapa langkah pertama yang akan dilakukan dokter, yaitu:

  • riwayat medis: bertanyakan gejala yang timbul
  • pemeriksaan fisik: mendengarkan paru-paru dengan stetoskop.

Baca juga: Apakah Mungkin Menderita Pneumonia Tanpa Demam?

Selanjutnya, dokter mungkin akan melakukan beberapa tes, seperti:

  • rontgen dada
  • tes darah seperti (CBC) untuk melihat jika sistem kekebalan tubuh secara aktif melawan infeksi
  • kultur darah untuk mengetahui jika bakteri yang menyerang telah menyebar ke aliran darah.

Jika berada di rumah sakit dan menimbulkan gejala yang serius, berusia tua, atau memiliki masalah kesehatan lainnya, terdapat lebih banyak tes yang mungkin perlu dilakukan, seperti:

  • tes dahak: memeriksa bakteri dalam sampel ludah atau dahak (zat berlendir dari paru-paru)
  • CT Scan dada: untuk melihat seberapa banyak bagian paru-paru yang terpengaruh. Tes ini dapat menunjukkan jika pasien memiliki komplikasi seperti abses paru-paru atau efusi pleura
  • kultur cairan pleura: memeriksa bakteri dalam sampel cairan yang diambil dari rongga pleura
  • oksimetri nadi atau tes kadar oksigen darah: memeriksa beberapa banyak oksigen dalam darah
  • bronkoskopi: prosedur untuk melihat ke dalam saluran udara paru-paru.

Komplikasi

Komplikasi pneumonia umumnya terjadi pada anak kecil, orang lanjut usia, dan emreka yang memiliki kondisi kesehatan yang sudah ada sebelumnya, seperti diabetes

Kemungkinan komplikasi pneumonia meliputi:

Baca juga: Mengenal Pneumonia, Seberapa Bahaya Penyakit Ini?

  • radang selaput dada: lapisan tipis antara paru-paru dan tulang rusuk (pleura) meradang sehingga menyebabkan gagal anpas
  • abses paru-paru: komplikasi langka yang sebagian besar terlihat pada orang dengan penyakit serius yang sudah ada sebelumnya atau dengan riwayat penyalahgunaan alkohol yang parah
  • keracunan darah (sepsis): komplikasi jarang tapi serius.

Penderita diperlukan untuk dirawat di rumah sakit jika mengalami satu dari ketiga komplikasi ini.

Perawatan

Perawatan untuk pneumonia melibatkan penyembuhan infeksi dan pencegahan komplikasi.

Biasanya, orang dengan pneumonia didapat bisa melakukan perawatan di rumah dengan obat-obatan.

Meskipun sebagian besar gejala dapat mereda dalam beberapa hari atau minggu, perasaan lelah dapat bertahan hingga satu bulan atau lebih.

Perawatan khusus juga bergantung pada jenis dan tingkat keparahan pneumonia yang diderita, usia, serta kondisi kesehatan penderita secara keseluruhan.

Pilihan pengobatan meliputi:

  • antibiotik: digunakan untuk mengobati pneumonia bakteri.
  • obat batuk: digunakan untuk meredakan batuk agar penderita dapat beristirahat. Batuk membantu melonggarkan dan memindahkan cairan dari paru-paru, ada baiknya batuk tidak dihilangkan sepenuhnya. Jika ingin menggunakan obat batuk yang dijual bebas, gunakan dosis terendah untuk membantu bersitirahat
  • obat penurun panas atau pereda nyeri: obat ini dapat dikonsumsi sesuai kebutuhan untuk demam dan ketidaknyamanan. Ini termasuk obat seperti aspirin, ibuprofen, dan asetaminofen.

Baca juga: 3 Cara Mendiagnosis Pneumonia yang Penting Diketahui

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Video rekomendasi
Video lainnya

Indeks Penyakit


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com