Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 03/02/2022, 11:00 WIB
Luthfi Maulana Adhari,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Nefrokalsinosis adalah kelainan yang terjadi ketika terlalu banyak kalsium dalam ginjal.

Kondisi ini biasanya terjadi pada bayi prematur.

Jika terdapat batu ginjal, pengidapnya bisa berisiko mengalami gagal ginjal kronis.

Baca juga: 5 Gejala Kelebihan Kalsium yang Perlu Diwaspadai

Penyebab

Nefrokalsinosis dapat disebabkan oleh berbagai hal, termasuk kelainan, obat-obatan atau suplemen, dan infeksi.

Penyebab lainnya antara lain:

  • Hiperparatiroidisme primer
  • Asidosis tubulus ginjal distal (RTA)
  • keadaan hypervitaminosis-D (sangat kadar vitamin D)
  • Penyebab lain dari hiperkalsemia (peningkatan kalsium dalam darah)
  • Sarkoidosis
  • Suplementasi fosfat
  • Ginjal spons meduler
  • Osteoporosis karena imobilisasi, menopause, penuaan, atau steroid
  • Hiperoksaluria primer atau hiperoksaluria sekunder
  • Gangguan kronis seperti sindrom Bartter, hiperaldosteronisme primer, sindrom Liddle, dan defisiensi 11-beta hidroksilase
  • Rakhitis hipofosfatemia dominan autosomal
  • Lahir prematur.

Penggunaan obat-obatan tertentu seperti acetazolamide, tuberkulosis ginjal, dan infeksi terkait AIDS juga bisa menyebabkan nefrokalsinosis.

Gejala

Secara umum, tidak ada gejala awal nefrokalsinosis di luar kondisi yang menyebabkan penyakit ini.

Orang yang juga memiliki batu ginjal biasanya mengalami gejala berikut:

Baca juga: Penyebab dan Faktor Risiko Batu Ginjal yang Perlu Diwaspadai

  • Darah dalam urine
  • Demam dan kedinginan
  • Mual dan muntah
  • Sakit parah di daerah perut, sisi punggung (pinggul), selangkangan, atau testis.

Gejala selanjutnya yang terkait dengan nefrokalsinosis dapat menyebabkan gagal ginjal jangka panjang (kronis).

Diagnosis

Nefrokalsinosis dapat ditemukan ketika gejala insufisiensi ginjal, gagal ginjal, uropati obstruktif, atau batu saluran kemih berkembang.

Tes pencitraan dapat membantu mendiagnosis kondisi ini.

Tes yang umum dilakukan antara lain:

  • CT scan perut
  • USG ginjal.

Tes lain yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis dan menentukan tingkat keparahan gangguan meliputi:

  • Tes darah untuk memeriksa kadar kalsium, fosfat, asam urat, dan hormon paratiroid
  • Urinalisis untuk melihat kristal dan memeriksa sel darah merah
  • Pengumpulan urin 24 jam untuk mengukur keasaman dan kadar kalsium, natrium, asam urat, oksalat, dan sitrat.

Perawatan

Tujuan pengobatan adalah untuk mengurangi gejala dan mencegah lebih banyak kalsium menumpuk di ginjal.

Baca juga: Mengenal Kaitan Pencernaan dan Pembentukan Batu Ginjal

Perawatan yang biasa dilakukan adalah metode untuk mengurangi kadar kalsium, fosfat, dan oksalat yang tidak normal dalam darah dan urin.

Pilihan perawatan ialah membuat perubahan dalam diet dan konsumsi obat-obatan serta suplemen.

Jika pasien sedang minum obat yang menyebabkan kehilangan kalsium, penyedia layanan kesehatan akan meminta untuk berhenti meminumnya.

Jangan pernah berhenti minum obat apa pun sebelum berbicara dengan penyedia layanan kesehatan.

Gejala lain, termasuk batu ginjal, harus ditangani dengan tepat.

Hubungi jika memiliki kelainan yang menyebabkan tingginya kadar kalsium dalam darah dan urine.

Hubungi dokter juga jika mengalami gejala nefrokalsinosis.

Komplikasi

Kemungkinan komplikasi nefrokalsinosis meliputi:

  • Gagal ginjal akut
  • Gagal ginjal jangka panjang (kronis)
  • Batu ginjal
  • Uropati obstruktif (akut atau kronis, unilateral atau bilateral).

Pencegahan

Perawatan segera untuk gangguan yang menyebabkan nefrokalsinosis, seperti RTA, dapat membantu mencegahnya berkembang.

Baca juga: Dampak Negatif Tekanan Darah Tinggi Pada Otak dan Ginjal

Minum banyak air untuk menjaga kesehatan ginjal akan membantu mencegah atau mengurangi pembentukan batu juga.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Video rekomendasi
Video lainnya

Indeks Penyakit


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com