Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 05/02/2022, 19:00 WIB
Xena Olivia,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sindrom Reye adalah penyakit langka serius yang dapat memengaruhi otak dan hati. Sindrom ini paling sering terjadi pada anak-anak yang baru pulih dari infeksi virus.

Belum dipahami sepenuhnya, tapi terdapat kaitan antara sindrom ini dan penggunaan aspirin (salisilat) selama penyakit akibat virus tersebut.

Dalam beberapa kasus langka, sindrom Reye dapat menyebabkan kematian dalam beberapa jam.

Baca juga: Sindrom Reye: Penyebab, Gejala, Cara Menangani, dan Cara Mencegah

Kondisi ini bersifat mengancam gangguan jiwa dan membutuhkan pertolongan medis segera.

Gejala

Gejala pada sindrom Reye umumnya muncul 3 hingga 5 hari setelah dimulainya infeksi virus.

Pada anak-anak di bawah usia 2 tahun, gejala awal dapat termasuk diare dan pernapasan cepat.

Sementara itu, pada anak dan remaja yang lebih besar gejala dapat meliputi muntah berkelanjutan dan kantuk yang tidak biasa.

Saat sindrom berlanjut, gejala bisa menjadi lebih parah, termasuk:

  • perubahan kepribadian (lebih mudah tersinggung atau agresif)
  • kebingungan dan halusinasi
  • kelemahan atau ketidakmampuan untuk menggerakkan lengan atau kaki
  • kejang
  • kelelahan yang luar biasa
  • hilang kesadaran.

Dibutuhkan diagnosis dan pengobatan dini. Segera bawa ke dokter jika memiliki kerabat dengan gejala di atas setelah sembuh dari infeksi virus.

SIndrom ini dapat disalahartikan sebagai kondisi lain, termasuk meningitis (pembengkakan selaput yang menutupi otak dan sumsum tulang belakang), reaksi diabetes, atau keracunan.

Penyebab

Belum diketahui pasti penyebab dari sindrom Reye.

Baca juga: 3 Makanan yang Tidak Boleh Dimakan Saat Demam

Beberapa bukti kuat menunjukkan bahwa sindrom ini dapat dipicu saat mengobati infeksi virus dengan aspirin.

Sindrom ini dapat terjadi pada anak-anak dan remaja yang memiliki gangguan oksidasi asam lemak yang mendasarinya.

Kondisi ini adalah jenis gangguan metabolisme yang menyebabkan tubuh tidak dapat memecah asam lemak.

Obat bebas lainnya juga mungkin dapat mengandung salisilat yang serupa dalam kandungan aspirin, seperti:

  • bismut subsalisilat (pepto-bismol, kaopectate)
  • produk yang mengandung minyak wintergreen (umumnya obat topikal).

Produk-produk tersebut tidak boleh diberikan pada ank-anak yang mungkin memiliki, atau pernah mengalami, infeksi virus.

Hindari juga selama beberapa minggu setelah anak menerima vaksin cacar air.

Selain itu, diperkirakan bahwa paparan bahan kimia tertentu seperti pengencer cat atau herbisida dapat berkontribusi pada perkembangan sindrom Reye.

Diagnosis

Tidak ada tes khusus untuk sindrom Reye. Tes yang umum digunakan dapat meliputi tes darah dan tes urin.

Dokter juga akan menyingkirkan kemungkinan gangguan yang terkait dengan asam lemak

Baca juga: Apakah Air Kelapa Bisa Menurunkan Demam?

Tes lain termasuk:

  • pungsi lumbal untuk mengumpulkan cairan pada sumsum tulang belakang agar dapat dibawa ke laboratorium
  • biopsi hati, pengambilan jaringan hati untuk dibawa ke laboratorium
  • biopsi kulit
  • CT atau MRI untuk menyingkirkan kemungkinan gangguan lain.

Perawatan

Umumnya, anak dengan sindrom Reye dirawat di rumah sakit. Jika tergolong parah, dapat dirawat di unit perawatan intensif (ICU).

Perawatan khusus dapat termasuk:

  • cairan intravena untuk mengalirkan glukosa dan larutan elektrolit ke dalam tubuh
  • Diuretik untuk menurunkan tekanan intrakranial dan meningkatkan kehilangan cairan melalui buang air kecil
  • obat pencegah pendarahan akibat kelainan hati dengan vitamin K, plasma, dan trombosit
  • selimut pendingin, digunakan untuk menjaga suhu tubuh internal pada tingkat ideal.

Anak yang mengalami kesulitan bernapas mungkin akan memerlukan bantuan dari mesin pernapasan atau ventilator.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Video rekomendasi
Video lainnya

Indeks Penyakit


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com