Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wanita Rentan Alami Krisis Paruh Baya, Begini Baiknya

Kompas.com - 01/07/2020, 21:00 WIB
Ariska Puspita Anggraini

Penulis

KOMPAS.com - Melansir data Cleveland, wanita tentang mengalami fase krisis paruh baya saat usia 40 hingga 65 tahun.

Hal ini tak hanya mempengaruhi kondisi psikis mereka tetapi juga bisa membuat wanita rentan mengalani masalah jantung dan kurang tidur.

Menurut psikolog Susan Albers, fase krisis paruh baya ini menjadi kesempatan untuk mengevaluasi hidup.

"Ini adalah kesempatan untuk mengambil jeda dan menghabiskan waktu untuk mencari tahu apa yang berarti bagi Anda," ucapnya.

Baca juga: Mengapa Penderita Depresi Rentan Tidur Berlebihan?

Kiris paruh baya pada pria biasanya terjadi karena mereka merasa "terjebak" dengan gaya hidup mereka.

Namun, wanita kerap mengalaminya selama masa transisi, seperti saat berada dalam hubungan romantis atau saat mengalami perubahan hormon.

"Perubahan hormon adalah salah satu faktor terbesar yang memunculkan fenomena krisis paruh baya," ucap Albers.

Ketika wanita memasuki masa menopause, hormon estrogen dan progesteron menurun sehungga menyebabkan perubahan fisiologis, termasuk fluktuasi tidur, perubahan suasana hati, dan dorongan seksual.

Gejala krisis paruh baya

Tanda-tanda krisis paruh baya biasanya bisa berupa hal berikut:

  • munculnya depresi dan kecemasa
  • muncul rasa tidak bahagia
  • kurang motivasi atau keinginan untuk meluangkan waktu dalam kegiatan tertentu
  • ketidakpuasan dengan karir dan pilihan hidup.

Cara mengatasi

Untuk melalui fase krisis paruh baya dengan baik, Albers menyarankan para wanita untuk melakukan hal berikut ini:

1. Akui perasaan yang muncul

Jujurlah dengan diri sendiri jika Anda merasa tertekan atau cemas tentang hidup Anda. Akui perasaan yang muncul dan jangan pernah menyangkalnya.

2. Lakukan penilaian sendiri

Coba selami perasaan Anda untuk mencari tahu apa yang berarti bagi Anda. Pikirkan bagaimana selama ini Anda menghabiskan waktu dan energi.

"Cari tahu hal apa yang menyedot energimu. Setelah itu, lakukan evaluasi. Lepaskan hubungan yang menyakitkan dan luangkan waktu lebih banyak untuk hobi atau pengembangan diri," ucap Albers.

Baca juga: 5 Cara untuk Atasi Depresi dalam Hidup

Halaman Berikutnya
Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau