KOMPAS.com - Melansir data Cleveland, wanita tentang mengalami fase krisis paruh baya saat usia 40 hingga 65 tahun.
Hal ini tak hanya mempengaruhi kondisi psikis mereka tetapi juga bisa membuat wanita rentan mengalani masalah jantung dan kurang tidur.
Menurut psikolog Susan Albers, fase krisis paruh baya ini menjadi kesempatan untuk mengevaluasi hidup.
"Ini adalah kesempatan untuk mengambil jeda dan menghabiskan waktu untuk mencari tahu apa yang berarti bagi Anda," ucapnya.
Baca juga: Mengapa Penderita Depresi Rentan Tidur Berlebihan?
Meskipun gejala khas depresi, seperti kesedihan atau keputusasaan, mudah dikenali, ada gejala yang mungkin kurang terlihat.
Kiris paruh baya pada pria biasanya terjadi karena mereka merasa "terjebak" dengan gaya hidup mereka.
Namun, wanita kerap mengalaminya selama masa transisi, seperti saat berada dalam hubungan romantis atau saat mengalami perubahan hormon.
"Perubahan hormon adalah salah satu faktor terbesar yang memunculkan fenomena krisis paruh baya," ucap Albers.
Ketika wanita memasuki masa menopause, hormon estrogen dan progesteron menurun sehungga menyebabkan perubahan fisiologis, termasuk fluktuasi tidur, perubahan suasana hati, dan dorongan seksual.
Tanda-tanda krisis paruh baya biasanya bisa berupa hal berikut:
Untuk melalui fase krisis paruh baya dengan baik, Albers menyarankan para wanita untuk melakukan hal berikut ini:
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.