KOMPAS.com – Nyeri dada adalah keluhan yang bisa muncul karena beragam alasan.
Jika terjadi saat menelan makanan atau minuman, nyeri dada tersebut bisa jadi akibat menelan sesuatu yang terlalu panas atau terlalu besar.
Tetapi terkadang, gejala ini memang dapat disebabkan oleh kondisi medis yang mendasarinya.
Baca juga: 15 Penyebab Nyeri Dada dan Sakit Punggung Terjadi Bersamaan
Sejumlah kondisi dapat menyebabkan nyeri terus-menerus di dada setelah menelan, termasuk peradangan di kerongkongan (pipa makanan), refluks asam lambung, atau hernia hiatus.
Berikut ini adalah penjelasan lebih lanjut mengenai beberapa kemungkinan penyebab nyeri dada saat menelan yang baik diantisipasi:
1. Iritasi atau cedera
Terkadang, saluran yang menghubungkan mulut ke lambung, yakni kerongkongan mengalami peradangan iritasi.
Merangkum Medical News Today, kondisi itu pun bisa menyebabkan rasa sakit saat menelan.
Beberapa penyebab radang dan iritasi pada kerongkongan atau esofagus yang bisa terjadi, termasuk:
Iritasi akut pada kerongkongan mungkin dapat membaik dengan sendirinya.
Baca juga: 2 Penyebab Nyeri Dada Saat Membungkuk yang Perlu Diwaspadai
Tetapi, rasa sakit saat manelan bisa juga menjadi efek samping dari konsumsi obat-obatan atau kondisi medis yang sedang dialami.
Jadi, seseorang mungkin membutuhkan pertolongan dari dokter untuk mengatasi penyebab yang mendasari.
Dalam kasus yang jarang terjadi, luka di esofagus bisa jadi lebih serius dan menyebabkan laserasi.
Jika tiba-tiba mengalami gejala parah setelah mengalami nyeri dada saat menelan, seseorang harus mencari pertolongan medis darurat.
2. Esofagitis akibat obat
Beberapa obat dapat menyebabkan esophagitis (esofagitis) atau peradangan pada lapisan kerongkongan.
Kondisi ini dapat terjadi antara beberapa jam hingga 10 hari penggunaan obat tertentu.
Baca juga: 13 Penyebab Nyeri Dada yang Datang dan Pergi
Biasanya, esofagitis yang diinduksi obat ini berkembang tiba-tiba, dengan gejala termasuk:
Minum obat kapsul tanpa dukungan air putih yang cukup saat berbaring atau sebelum tidur dapat meningkatkan kemungkinan iritasi ini.
Jenis esofagitis ini sering membaik dengan sendirinya setelah seseorang berhenti minum obat penyebabnya.
Tetapi, bicarakan dengan dokter tentang hal ini sebelum membuat perubahan apa pun pada dosis obat.
3. Refluks asam lambung
Refluks asam lambung terjadi ketika isi lambung kembali (naik) ke kerongkongan.
Keasaman isi lambung dapat menyebabkan iritasi pada esofagus yang menyebabkan nyeri dada saat menelan.
Orang dapat membeli obat-obatan bebas untuk meredakan refluks asam lambung sesekali dan gangguan pencernaan.
Baca juga: Kenapa Asam Lambung Perlu Diwaspadai?
Refluks asam sesekali sering terjadi dan biasanya tidak perlu dikhawatirkan.
Tetapi jika sering mengalami heartburn atau refluks asam lambung, seseorang mungkin menderita penyakit refluks gastroesofageal (GERD).
GERD adalah kondisi kronis yang menimbulkan gejala seperti:
Mengobati GERD dapat melibatkan perubahan gaya hidup.
Seseorang yang mengalami GERD juga dapat menggunakan obat-obatan yang dijual bebas maupun obat resep.
Baca juga: 5 Penyebab Heartburn dan Mual Sering Terjadi yang Perlu Diwaspadai
Dalam beberapa kasus, menjalani operasi mungkin juga diperlukan penderita GERD untuk mencegah refluks beruang.
Mencari pengobatan itu penting, karena GERD dapat meningkatkan risiko kondisi lain, seperti penyempitan atau kanker esofagus.
4. Hernia hiatus
Hernia hiatal atau herna hiatus terjadi ketika bagian lambung mencuat ke area dada melalui lubang diafragma (hiatus).
Gejala hernia hiatus yang bisa terjadi, antara lain yakni:
Perawatan untuk hernia hiatus dapat bergantung pada penyebab, jenis, dan tingkat keparahan hernia.
Baca juga: 11 Makanan Penyebab Heartburn yang Perlu Diwaspadai
Orang dengan gejala yang lebih ringan mungkin merasa lebih baik setelah melakukan perubahan pada pola makan dan jadwal makan, seperti makan dengan porsi yang lebih kecil.
Sementara, orang lain mungkin memerlukan obat-obatan atau pembedahan.
5. Gangguan motilitas esofagus
Esophageal motility disorders atau gangguan motilitas esofagus terjadi ketika otot-otot di esofagus tidak berfungsi sebagaimana mestinya untuk memindahkan makanan dari mulut ke perut.
Jenis gangguan ini jarang terjadi, tetapi para ahli percaya bahwa gangguan tersebut dapat menyebabkan nyeri dada dan kesulitan menelan pada beberapa orang.
Beberapa contoh gangguan motilitas esofagus meliputi:
Perawatan untuk gangguan ini berbeda-beda tergantung pada penyebab spesifiknya.
Baca juga: 6 Komplikasi Heartburn Tak Terkontrol yang Perlu Diwaspadai
Misalnya, dokter dapat membantu orang yang menggunakan opioid untuk mengurangi dosisnya, sementara jenis gangguan motilitas lainnya mungkin memerlukan perubahan gaya hidup atau obat-obatan.
6. Penyakit Crohn
Penyakit Crohn adalah sejenis penyakit radang usus. Ini biasanya memengaruhi usus.
Tetapi, dalam kasus yang jarang terjadi, penyakit Crohn juga dapat memengaruhi kerongkongan dan perut.
Gejala penyakit Crohn yang bisa terjadi, antara lain yaitu:
Gejala penyakit Crohn esofagus dapat menyerupai GERD dan kondisi lainnya, terkadang menyebabkan kesalahan diagnosis.
Baca juga: 6 Penyebab Nyeri Dada pada Anak yang Perlu Diwaspadai
Untuk mengatasi penyakit Crohn, telah ada beberapa penelitian yang mengungkap tentang pengobatan terbaik.
Banyak penderita merespons obat-obatan, seperti steroid atau imunomodulator dan prosedur untuk memperlebar kerongkongan bagi mereka yang kesulitan menelan.
Pengangkatan bagian esofagus dapat menjadi pilihan untuk kasus yang kompleks.
7. Esofagitis eosinofilik
Eosinophilic esophagitis (EoE) atau esofagitis eosinofilik adalah kondisi kronis langka yang menyebabkan peradangan pada kerongkongan.
Kondisi terjadi karena eosinofil, yaitu sel darah putih yang dapat menumpuk dan merusak jaringan.
Gejala esofagitis eosinofilik yang bisa terjadi, antara lain yakni:
Baca juga: 11 Cara Mengatasi Heartburn Secara Alami dan dengan Bantuan Obat
Dokter tidak yakin apa yang menyebabkan esofagitis eosinofilik, tetapi ini mungkin disebabkan oleh reaksi alergi atau kekebalan.
Misalnya, makanan tertentu, serbuk sari, bulu hewan peliharaan, atau debu dapat memicu gejala.
Tidak ada obat untuk esofagitis eosinofilik, tetapi obat-obatan seperti steroid diyakini dapat mengurangi gejala.
Penderita juga dapat menerima tes alergi untuk menentukan apakah alergen dapat berkontribusi.
Diet eliminasi memungkinkan orang untuk mengecualikan makanan yang bisa memperburuk gejala.
Dalam beberapa kasus, nyeri saat menelan mungkin disebabkan oleh kanker esofagus.
Kesulitan menelan atau disfagia adalah salah satu gejala paling umum dari jenis kanker ini.
Baca juga: Kanker Esofagus (Kerongkongan): Gejala, Penyebab, dan Cara Mengobati
Gejala kanker esofagus lainnya termasuk:
Pendarahan di kerongkongan, yang bisa membuat feses menjadi hitam
Gejala kanker esofagus cenderung memburuk seiring berjalannya waktu.
Deteksi dini sangat diperlukan untuk meningkatkan kemungkinan pengobatan yang berhasil.
Perawatan untuk kanker esofagus lokal mungkin termasuk pembedahan atau prosedur endoskopi untuk menghilangkan pertumbuhan kanker.
Kanker yang telah menyebar ke tempat lain mungkin memerlukan kemoterapi atau imunoterapi.
Baca juga: 5 Makanan Penyebab Kanker yang Harus Diwaspadai
Penderita kanker kerongkongan juga dapat mengembangkan esofagitis karena pengobatan radiasi untuk kanker. Ini dikenal sebagai esofagitis radiasi.
Perawatan untuk kondisi ini termasuk:
Melansir Health Line, saat mendiagnosis mengapa Anda mengalami nyeri ini, dokter dapat memeriksa riwayat kesehatan Anda dan melakukan pemeriksaan fisik.
Karena nyeri dada dapat mengindikasikan kondisi seperti serangan jantung, dokter mungkin ingin juga melakukan tes untuk menyingkirkan kondisi jantung.
Setelah kondisi jantung dikesampingkan, dokter mungkin baru akan melakukan satu atau lebih tes berikut untuk membantu membuat diagnosis:
Dalam prosedur ini, dokter menggunakan tabung fleksibel kecil (endoskopi) dengan kamera terpasang untuk melihat kerongkongan dan perut pasien.
X-ray dapat membantu dokter memvisualisasikan area dada dan tenggorokan pasien untuk memeriksa kerusakan atau kelainan struktural.
Dalam beberapa kasus, dokter mungkin ingin mengambil sampel jaringan untuk diperiksa di labobarorium. Ini dapat dilakukan selama endoskopi.
Tes ini menggunakan tabung kecil untuk mengukur tekanan kontraksi otot esofagus pasien saat menelan. Tes ini dapat menguji berbagai area kerongkongan.
Tes ini mengukur pH di kerongkongan pasien selama periode 24 hingga 48 jam.
Pemantauan pH esofagus dapat membantu dokter menentukan apakah asam lambung mengalir ke kerongkongan pasien.
Baca juga: 15 Cara Mengatasi Asam Lambung Naik Secara Alami
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.