KOMPAS.com - Rabies adalah penyakit menular yang disebabkan infeksi virus rabies. Penyakit ini dapat menjangkiti manusia maupun hewan berdarah panas seperti anjing, kucing, kera, dll.
Infeksi virus rabies menyerang susunan saraf pusat penderita dan bisa menyebabkan kematian apabila tidak segera ditangani dengan tepat dan cepat.
Baca juga: Rabies: Penyebab, Gejala, Cara Mencegah dan Mengatasinya
Menurut Kementerian Kesehatan, rabies pada hewan kali pertama terdeteksi di Indonesia pada 1884 silam. Esser kala itu melaporkan seekor kuda di Bekasi, Jawa Barat, terkena rabies.
Sedangkan rabies pada manusia kali pertama dilaporkan E.V. de Haan menyerang seorang anak di Cirebon, Jawa Barat, pada 1894 silam. Setelah itu, rabies menyebar ke berbagai wilayah di Indonesia.
Berdasarkan data pada 2016, penyakit rabies masih ditemukan di 24 provinsi Indonesia. Sementara itu, hanya ada sembilan provinsi di Indonesia yang dinyatakan sebagai daerah bebas rabies.
Rabies pada manusia hingga kini menjadi endemi di 150 negara dan menjangkau wilayah di hampir semua benua, kecuali Antartika.
Untuk meningkatkan kewaspadaan pada biang penyakit mematikan ini, kenali virus rabies sampai penularannya.
Baca juga: 7 Gejala Rabies pada Manusia yang Perlu Diwaspadai
Dilansir dari laman resmi Dinas Kesehatan Pemerintah Provinsi Bali, virus rabies adalah virus berbentuk peluru yang memiliki panjang 180 nanometer dan lebar 75 nanometer,
Struktur virus rabies terdiri atas ribo nucleic acid (RNA) rantai tunggal, lipid, karbohidrat, dan protein.
Ada beberapa sifat virus rabies yang khas, yakni:
Baca juga: Bagaimana Infeksi Toksoplasma Bisa Sebabkan Radang Otak?
Infeksi virus rabies bisa menular ke hewan maupun kepada manusia. Virus ini bisa menyebar lewat air liur hewan yang terinfeksi biang penyakit.
Terdapat beberapa cara penularan virus rabies, yakni:
Virus rabies umumnya bisa masuk ke tubuh lewat selaput lendir dan luka terbuka seperti goresan, atau lewat gigitan dan jilatan hewan yang terinfeksi rabies.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, penyakit ini paling sering ditularkan anjing.
Selain itu, kucing, kera, serigala, kelelawar, sigung, dan rakun juga dapat menularkan rabies.
Virus rabies kecil kemungkinan masuk ke tubuh manusia lewat kulit sehat atau dalam kondisi tanpa luka.
Baca juga: Infeksi Toksoplasma: Gejala, Penyebab, Cara Mencegah
Setelah virus rabies masuk ke tubuh, virus akan bertahan di tempat masuk atau sekitar tempat gigitan biang penyakit selama dua minggu.
Setelah itu, virus rabies akan bergeser sampai menjangkau bagian ujung serabut saraf posterior.
Sepanjang perjalanan ke otak, virus rabies akan berkembangbiak atau membelah diri.
Ketika sudah sampai di otak dan jumlah virus berlipat ganda, virus ini bakal menyebar luas ke semua bagian saraf.
Virus rabies juga bakal menyelinap masuk ke sel-sel limbik, hipotalamus, dan batang otak.
Setelah memperbanyak diri di saraf-saraf utama, virus selanjutnya bakal bergerak ke seluruh organ dan jaringan tubuh.
Baca juga: 7 Cara Mencegah Toksoplasma pada Ibu Hamil
Virus rabies lantas berkembang biak di kelenjar adrenal, ginjal, paru-paru, hati dan bakal menyerang jaringan tubuh lainnya.
Perlu diketahui, begitu sampai ke otak, virus ini akan menimbulkan beberapa gejala rabies yang khas.
Setiap kasus digigit anjing atau hewan penyebab rabies harus segera diberikan pertolongan medis di rumah sakit atau pusat layanan medis terdekat.
Apabila terlambat ditangani sampai muncul gejala rabies, penderita bisa meninggal dunia.
Untuk itu, jangan menunggu gejala rabies muncul begitu Anda mendapati gigitan anjing atau hewan rabies. Selain itu, lakukan imunisasi untuk melindungi diri dari virus rabies.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.