KOMPAS.com - Pasca libur Lebaran biasanya anak mulai mengeluhkan macam gangguan saluran pencernaan.
Pada dasarnya, saluran pencernaan memang sangat rentan terinfeksi berbagai macam penyakit, karena organ ini paling kompleks.
Berbagai zat dapat masuk dalam saluran pencernaan manusia, seperti makanan, minuman hingga virus, bakteri, dan jamur.
DR Dr Muzal Kadim, Sp.A(K), Ketua UKK Gastro-Hepatologi IDAI mengatakan bahwa selama Lebaran ada pemicu lebih yang membuat gangguan saluran pencernaan mudah terjadi.
Macam gangguan saluran pencernaan yang paling sering terjadi meliputi:
Baca juga: Tips Mencegah Infeksi pada Anak yang Harus Diperhatikan Orang Tua
DR Dr Muzal mengatakan bahwa diare yang sering terjadi setelah Lebaran adalah diare jenis akut.
Diare memiliki beberapa jenis, meliputi:
Setelah Lebaran, seorang anak rentan diare karena kecenderungan lebih banyak makan macam-macam, kebugaran tubuh menurun, banyak melakukan kontak langsung dengan orang lain yang membuatnya lebih berisiko terpapar infeksi.
Ia mengatakan bahwa seorang anak dikatakan mengalami diare jika buang air besar (BAB) tidak seperti biasa, seperti lebih dari 3 kali sehari.
Umumnya, BAB itu maksimal 3 kali sehari, jadi kalau lebih dari itu anak dikatakan mengalami diare.
Selain itu, anak yang mengalami diare memiliki perbedaan pada fesesnya, seperti teksturnya lebih lembek, bau lebih menyengat, dan ada lendir.
"Biasanya padat, tidak ada lendir, tidak berbau seperti ini. Ibunya biasanya mengerti feses anaknya berubah atau tidak. Perubahan feses itu disebut diare," ujar DR Dr Muzal dalam konferensi pers via zoom pada Selasa (10/5/2022).
Baca juga: Mengapa Kafein Berbahaya untuk Anak-anak?
DR Dr Muzal mengatakan bahwa sakit perut akut menjadi masalah pencernaan selanjutnya yang sering terjadi pada anak pasca Lebaran.
Sakit perut akut adalah sakit perut yang timbul mendadak dan membutuhkan diagnosis cepat disertai penanganan segera.
Tanda bahaya sakit perut meliputi:
Selain itu, anak juga banyak yang terkena sakit perut fungsional setelah Lebaran.
Sakit perut fungsional adalah sakit perut berulang setidaknya 3 kali atau lebih selama 3 bulan terakhir disertai gangguan aktivitas.
Biasanya sakit perut berulang ini banyak dipengaruhi karena faktor psikologis.
"Selama pandemi ini banyak sekali penderita sakit perut fungsional karena di rumah saja merupakan stres tersendiri," kata DR Dr Muzal.
Pada orang dengan sakit perut fungsional, organnya tidak mengalami masalah, tetapi ia mengeluhkan sakit perut yang mengganggu aktivitas.
"Pada Lebaran ini sakit perut fungsional ini biasanya juga akan meningkat karena faktor perubahana pola aktivitas, stres," ucapnya.
Baca juga: Ciri-ciri dan Cara Mencegah Hepatitis Akut pada Anak
DR Dr Muzal sebenarnya merupakan refleks atau gejala akibat ada pemicu, yaitu penyakit tertentu.
Pemicu muntah yang sering terjadi meliputi:
Baca juga: Macam Penyebab Hepatitis pada Anak
DR Dr Muzal sembelit kebalikan dari diare, terjadi jika anak BAB kurang dari 2 kali per minggu.
Normalnya, BAB 3 kali sehari sampai 3 hari sekali.
"Hari ke-4 baru keluar BAB itu bisa disebut sembelit," ucapnya.
Namun faktornya tidak hanya itu, orang tua bisa mempertanyakan ke anak, "Apakah BAB keras, besar, dan sakit?"
"Biasanya sembelit ada faktor psikologis juga dan itu bisa berulang," ucapnya.
Pada anak yang sembelit biasanya ia suka menahan BAB dan adanya ketakutan karena pernah nyeri saat BAB.
Selain adanya ketakutan, kondisi toilet baru dan kebiasaan makan yang berubah, menurutnya juga bisa mempengaruhi anak untuk menahan BAB dan sembelit.
Tanda anak menahan BAB dengan ketakutan, meliputi:
Jika semakin lama anak membiasakan menahan BAB, bisa berisiko rektumnya mengalami pelebaran dan tidak sensitif lagi.
Artinya, rektum tidak memberikan sinyal untuk BAB saat feses sudah terkumpul. Ujungnya, itu bisa menyebabkan anak sering cipirit yang berbau.
Kondisi itu tidak baik karena bisa menimbulkan dampak psikososial yang buruk pada anak.
Baca juga: Berbagai Cara Penularan Hepatitis Pada Anak
Saat Lebaran anak kerap juga mengalami intoleransi dan alergi terhadap makanan, di mana gejalanya meliputi:
Penyebab yang palaing sering dari intoleransi dan alergi makanan meliputi:
"Pada kondisi biasa anak tidak makan ini, tetapi saat Lebaran makan segala macam. Ketika sudah tidak bisa terkontrol lagi, itu bisa menimbulkan gejala," ungkap DR Dr Muzal.
Baca juga: 6 Fakta Hepatitis Misterius Akut pada Anak yang Perlu Diketahui
Keracunan makanan pada anak seringnya disebabkan oleh:
"Mungkin kalau di rumah sendiri kita sudah meletakannya di tempat yang aman, tetapi kalau di rumah orang lain kita tidak tahu," ucap DR Dr Muzal.
Gejala utama dari keracunan makanan pada anak meliputi:
Baca juga: 12 Gejala Hepatitis Misterius Akut pada Anak yang Perlu Diwaspadai
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.