KOMPAS.com - Antraks adalah salah satu masalah kesehatan pada hewan yang bisa menular pada manusia atau termasuk penyakit zoonosis.
Penyakit yang bisa mematikan ini sebenarnya bisa dicegah dan diobati dengan vaksin serta antibiotik.
Tapi, diperlukan penanganan khusus pada inang biang penyakit. Dengan begitu, penularan antraks dapat dikendalikan dan dicegah.
Untuk mengenal lebih jauh masalah kesehatan ini, kenali apa itu antraks, sejarah, penularan, dan gejalanya.
Baca juga: Antraks
Dinukil dari World Organisation for Animal Health, antraks adalah penyakit menular yang disebabkan bakteri Bacillus anthracis.
Nama penyakit ini diambil dari bahasa Yunani batu bara. Penamaan ini dilatari gejala penyakit antraks yang dapat meninggalkan bekas luka kehitaman mirip batu bara.
Masalah kesehatan ini bisa menyerang segala jenis herbivora seperti sapi, kambing, domba, kuda, serta beberapa jenis burung. Penyakit zoonosis ini juga bisa menular dari hewan ke manusia.
Bakteri penyebab antraks bisa menghasilkan spora yang sangat kuat dan tahan hidup di suatu lingkungan selama puluhan tahun. Sehingga, pemberantasan penyakit ini relatif sulit.
Baca juga: Hati-Hati, Spora Antraks Bisa Bertahan di Tanah Hingga 60 Tahun
Dikutip dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC), sejarah antraks diperkirakan berasal dari Mesir dan Mesopotamia pada tahun 700 sebelum Masehi.
Selain itu, Yunani dan Romawi kuno juga mencatat antraks lewat sejumlah tulisan yakni The Iliad oleh Homer (sekitar 700 sebelum Masehi) dan lewat puisi oleh Virgil (yang hidup antara 70-19 sebelum Masehi).
Baru selang beberapa abad kemudian, gejala penyakit antraks yang menyerang kulit secara klinis kali pertama disebutkan pada Maret 1752 dan pada 1769.
Sumbangsih pakar bakteri Robert Koch yang menemukan postulat Koch pada 1877 silam juga tak boleh dilupakan.
Ia mempelajari bakteri penyebab antraks Bacillus anthracis dan menemukan teori bahwa bakteri pembentuk spora ini bisa bertahan dalam waktu yang sangat lama dan bisa tahan di beberapa jenis lingkungan yang berbeda.
Baca juga: Apakah Penyakit Antraks Menular? Berikut Faktanya...
Antraks sebenarnya tidak terlalu gampang menular dari hewan ke hewan atau ke manusia.
Untuk diketahui, bakteri Bacillus anthracis dapat menghasilkan spora saat terkena oksigen.
Bakteri penghasil spora ini bisa tahan puluhan tahun di tanah, rumput, bulu, atau hewan yang terinfeksi antraks.
Jika spora ini tertelan, terhirup, atau masuk ke tubuh lewat celah luka kecil di kulit, hewan atau manusia bisa tertular antraks.
Hewan karnivora dan manusia juga bisa tertular antraks dengan makan daging dari hewan yang terinfeksi antraks.
Antraks yang menyerang manusia rentan dialami dokter hewan, petani, peternak, jagal hewan, atau orang yang banyak berinteraksi dengan ternak atau hewan herbivora.
Baca juga: Bagaimana Manusia Bisa Tertular Antraks? Berikut Faktanya...
Sayangnya, gejala penyakit antraks terkadang tidak terlihat jelas, terutama pada hewan. Hewan yang tertular penyakit ini biasanya mati secara mendadak.
Sebelum mati, hewan biasanya demam tinggi, ototnya kejang, dan kesulitan bernapas. Saat mati, tubuh hewan yang terkena antraks tidak kaku dan darahnya tidak bisa menggumpal dan ke luar lewat beberapa lubang di tubuh.
Sedangkan gejala penyakit antraks pada manusia tergantung jenis infeksinya, antara lain:
Baca juga: Apa yang Terjadi Jika Kita Mengalami Antraks? Simak Ulasannya...
Perlu diketahui, gejala antraks pada manusia bisa muncul antara 1 hari sampai 2 bulan. Namun perlu diingat, semua jenis penyakit ini bisa menyebabkan infeksi parah sampai memicu kematian jika tidak diobati.
Selain terapi antibiotik dan pemberian vaksin pada penderita, pencegahan antraks dan pengendalian penyakit ini memerlukan penanganan khusus dari ahli, terutama untuk pembuangan bangkai hewan.
Setelah menyimak apa itu antraks, sejarah, penularan, dan gejalanya, jangan lagi menyepelekan masalah kesehatan ini.
Baca juga: 4 Gejala Rabies pada Manusia sesuai Stadium Penyakit
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.