Antraks adalah penyakit menular pada hewan yang dapat menjangkiti manusia. Kenali berbagai fakta seputar penyakit ini.
KOMPAS.com - Antraks adalah salah satu penyakit infeksi yang ditularkan dari binatang, terutama hewan ternak seperti sapi, kambing, domba, dan hewan herbivora lainnya.
Penyakit yang menyerang hewan ini juga bisa menginfeksi manusia. Perlu diketahui, antraks disebabkan bakteri Bacillus anthracis.
Normalnya, bakteri menghasilkan spora yang tidak aktif dan dapat hidup di tanah selama bertahun-tahun.
Baca juga: Apa yang Terjadi Jika Kita Mengalami Antraks? Simak Ulasannya...
Ketika spora berhasil masuk ke dalam tubuh binatang atau manusia spora menjadi aktif dan dapat berkembang biak.
Spora aktif akan membelah diri dan menghasilkan racun lalu menyebarkannya ke seluruh tubuh sehingga menimbulkan penyakit.
Infeksi bakteri penyebab antraks dapat menimbulkan gejala yang bervariasi. Penyakit ini dapat menyerang kulit, paru-paru, dan saluran pencernaan.
Dikutip dari Mayo Clinic, gejala antraks dapat bervariasi sesuai dengan jalur masuk bakteri ke dalam tubuh.
Gejala antraks biasanya muncul dalam waktu enam hari setelah paparan bakteri. Namun, bakteri yang terhirup mungkin baru menunjukkan gejala setelah enam minggu.
Berikut beberapa gejala antraks berdasarkan cara penularannya:
Bakteri penyebab antraks dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui luka terbuka pada kulit.
Berikut beberapa gejala infeksi antraks yang menyerang kulit:
Mengonsumsi daging hewan terinfeksi yang kurang matang dapat menyebabkan antraks gastrointestinal.
Antraks gastrointestinal menyerang saluran pencernaan, mulai dari tenggorokan hingga usus besar.
Berikut beberapa gejala antraks gastrointestinal:
Baca juga: Bagaimana Manusia Bisa Tertular Antraks? Berikut Faktanya...
Kondisi ini terjadi ketika spora bakteri Bacillus anthracis terhirup. Antraks inhalasi merupakan jenis antraks yang paling berbahaya dan mematikan.
Gejala antraks inhalasi, di antaranya:
Baca juga: Terlihat Sama, Ini Beda Infeksi Virus dan Bakteri
Baca juga: Apakah Penyakit Antraks Menular? Berikut Faktanya...
Penggunaan jarum suntik ilegal, seperti pada pemakaian obat-obatan terlarang dengan suntikan dapat menyebabkan antraks injeksi yang ditandai dengan gejala:
Melansir WebMD, antraks disebabkan oleh bakteri Bacillus anthracis yang hidup di tanah.
Bakteri menghasilkan spora yang dapat bertahan, bahkan bertahun-tahun lamanya di dalam tanah.
Spora yang masuk ke dalam tubuh akan melepaskan bakteri yang menghasilkan racun yang membahayakan tubuh.
Terdapat beberapa cara yang dapat menyebabkan seseorang terpapar spora atau bakteri Bacillus anthracis, di antaranya:
Baca juga: Memahami Cara Kerja Antibiotik dalam Membasmi Infeksi Bakteri
Menurut Mayo Clinic, terdapat beberapa kondisi yang meningkatkan risiko terserang penyakit ini, yaitu:
Merangkum Healthline dan WebMD, selain melakukan pemeriksaan fisik dan anamnesis mengenai gejala, dokter juga akan melakukan beberapa tes berikut:
Baca juga: Cara Terbaik Cuci Buah dan Sayur untuk Hilangkan Bakteri
Dirangkum dari Mayo Clinic dan Healthline, penanganan antraks akan disesuaikan dengan kondisi kesehatan penderita, apakah mengalami gejala atau tidak.
Penderita antraks tanpa gejala umumnya ditangani dengan pemberian antibiotik, antitoksin, dan vaksin antraks.
Sedangkan penanganan penderita bergejala akan dilakukan dengan pemberian antibiotik, seperti ciprofloxacin atau doxycycline selama 60 hingga 100 hari.
Terapi antitoksin juga dapat menghilangkan racun yang disebabkan oleh infeksi Bacillus anthracis.
Pada kasus serius, penderita antraks mungkin memerlukan perawatan intensif di rumah sakit.
Hal ini bertujuan agar mereka mendapat bantuan pernapasan, seperti ventilator dan obat untuk meningkatkan tekanan darah atau vasopresor.
Menurut Mayo Clinic, antraks dapat menimbulkan beberapa komplikasi berikut:
Merangkum Centers for Disease Control and Prevention dan Cleveland Clinic, berikut beberapa cara untuk mengurangi risiko terkena antraks:
Baca juga: Cara Mengetahui Daging Sapi Giling Tidak Layak Konsumsi
Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.