KOMPAS.com - Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan salah satu penyakit menular yang paling banyak diderita di seluruh dunia.
ISPA adalah penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran pernapasan atas atau bawah.
Mengutip buku "Penyakit Menular" (2001) oleh Agnestya Widyarati, hampir 4 juta orang di dunia meninggal akibat ISPA setiap tahunnya, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Baca juga: Apakah Penyakit ISPA Menular? Ini Penjelasannya...
Di Indonesia, penyakit ISPA identik dengan kondisi udara yang kotor karena polusi yang meningkat.
Misalnya di Jakarta, penderita ISPA dilaporkan terus meningkat sejak 2016.
Pada 2016, penderita ISPA mencapai 1.801.968 kasus, meningkat menjadi 1.817.579 kasus pada 2018.
Sementara berdasarkan data dua bulan terakhir pada 2023 ini, penderita ISPA meningkat dari 99.130 kasus pada Mei 2023 menjadi 102.475 kasus pada Juni, seperti yang dilansir dari Antara pada Jumat (11/8/2023).
Baca juga: 14 Ciri-ciri ISPA yang Diperlu Diwaspadai
Hubungan polusi udara dengan ISPA cukup kompleks dan sulit untuk dijabarkan secara lebih mendalam.
Namun, berdasarkan penelitian, polusi udara memang memainkan faktor penting terhadap banyaknya penderita penyakit ISPA.
Polusi udara juga dapat menimbulkan berbagai masalah pernapasan yang lebih serius, seperti asma, penyakit paru-paru obstruktif kronis (PPOK), dan pneumonia.
Baca juga: Kenali Apa Itu ISPA, Penyebab, dan Tanda-tanda
Menurut Dinas Kesehatan DKI Jakarta pada 2019, kualitas udara yang buruk menjadi penyumbang terbesar terhadap jumlah penderita ISPA di ibukota. Angkanya sampai 40 persen.
Adapun laporan terbaru Kualitas Udara Dunia IQAir 2021, seperti yang dimuat Kompas.com pada Kamis (7/4/2022), Indonesia menempati peringakt ke-17 sebagai negara paling berpolusi di dunia.
Negara paling berpolusi adalah negara-negara dengan konsentrasi PM2,5.
Indonesia dilaporkan memiliki konsentrasi PM2,5 tertinggi, yakni 34,3 mikrogram per m3.
Sementara dibandingkan dengan berbagai negara di Asia Tenggara, polusi udara Indonesia menduduki peringat 1.
Baca juga: Tak Hanya Polusi Udara, Ini 4 Hal yang Bisa Menyebabkan ISPA
Mengutip buku "Mengenali Keluhan Anda" (2013) oleh Dr. Ayustawati, PhD, ISPA bisa disebabkan oleh beberapa hal berikut:
Alergi adalah reaksi kekebalan badan seseorang yang berlebihan terhadap zat tertentu yang biasanya tidak menimbulkan masalah. Beberapa zat tersebut, misalnya debu, serbuk sari, zat kimia tertentu, jenis makanan tertentu, dan binatang peliharaan.
Virus adalah penyebab ISPA paling umum. Beberapa virus yang paling sering menimbulkan ISPA, antara lain rhinovirus, adenovirus, Respiratory Syncitial Virus (RSV).
Baca juga: Ratusan Warga Jakarta Alami ISPA, Waspadai Komplikasinya
Bakteri berukuran mikro yang paling sering menyebabkan ISPA, yaitu Streptococcus dan Staphylococcus.
Beberapa jamur juga bisa menginfeksi saluran pernapasan yang menyebabkan ISPA. Contoh jamur yang bisa menginfeksi adalah aspergillus.
Penyakit ISPA memang tidak tergolong sebagai penyakit gawat darurat. Namun, penyakit menular ini merupakan masalah kesehatan yang paling sering terjadi dan bisa menyerang orang pada segala usia
Oleh karena itu, segala penyebab ISPA tidak bisa diabaikan.
Baca juga: Polusi Udara Bisa Sebabkan Bronkitis, Begini Gejalanya
Ciri-ciri ISPA meliputi berikut:
Baca juga: Polusi Udara: Senjata Tak Kasat Mata yang Mengancam Kesehatan Jantung
Dalam beberapa kasus, penderita ISPA juga bisa mengalami bau napas, pegal linu, hiposmia (kehilangan kemampuan untuk mencium bau), dan mata gatal.
Gejala ISPA biasanya muncul tidak hanya satu, tetapi beberapa dari di atas. Penyakit menular di saluran pernapasan ini menimbulkan berbagai keluhan.
Biasanya, ISPA berlangsung antara 1-2 minggu dan berangsung membaik. Namun jika tidak membaik atau justru muncul demam lebih dari 38 Celcius disertai batuk dan sesak napas, bisa dicurigai itu sebagai suspect ISPA yang lebih berbahaya.
Baca juga: 8 Dampak Polusi Udara pada Sistem Pernapasan
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.