KOMPAS.com - Hampir setiap orang memiliki plak gigi. Plak adalah lapisan lengket bakteri yang terus-menerus terbentuk pada gigi.
Lapisan lengket ini terbentuk pada gigi ketika bakteri di mulut bercampur dengan protein dan sisa-sisa makanan manis atau bertepung.
Plak dapat dihilangkan dengan menyikat gigi dan flossing. Namun, jika plak tidak segera dihilangkan maka akan mengeras dan menyebabkan karang gigi.
Karang gigi, atau dalam dunia medis disebut kalkulus, merupakan kumpulan plak gigi yang menumpuk dalam waktu lama dan mengeras.
Baca juga: 6 Bahaya Karang Gigi Jika Dibiarkan Menumpuk
Karang gigi dapat terbentuk di bawah maupun di atas garis gusi dan dapat mengiritasi jaringan gusi.
Hal ini dikarenakan karang gigi pada gigi memberikan plak area permukaan yang lebih banyak untuk tumbuh.
Karang gigi melapisi bagian luar gigi tetapi juga dapat berada di bawah garis gusi. Karang gigi yang berada di bawah garis gusi cenderung menyulitkan saat membersihkan gigi.
Karang gigi yang menyebar di bawah garis gusi dapat menyebabkan penyakit periodontal, yaitu gingivitis yang ditandai dengan gejala pembengkakan dan kemerahan pada gusi.
Pada kasus yang parah, dapat menyebabkan periodontitis atau infeksi gusi yang memicu gigi goyang, bahkan gigi lepas.
Karang gigi yang berada di atas garis gusi cukup mudah disadari. Gejala yang paling umum dari karang gigi adalah warna kuning kecokelatan pada gigi atau gusi, disertai tekstur kasar.
Selain itu, bau mulut yang diakibatkan adanya penumpukan bakteri dan gusi yang bengkak, kemerahan, dan berdarah setelah sikat gigi mungkin menjadi gejala dari karang gigi.
Melansir Healthline, penyebab utama dari karang gigi adalah menempelnya plak dalam waktu yang lebih lama dari seharusnya.
Baca juga: 7 Cara Mencegah Karang Gigi yang Baik Dilakukan
Plak terbentuk ketika bakteri di mulut bercampur dengan makanan manis atau bertepung, seperti jus, susu, roti, pasta, dan buah.
Bakteri ini kemudian melepaskan asam yang memecah karbohidrat dalam makanan dan minuman.
Jika tidak segera dibersihkan dengan sikat gigi maka kombinasi bakteri, asam, dan karbohidrat ini akan bercampur menjadi lapisan lengket dan tidak berwarna yang disebut plak.
Plak yang dibiarkan menumpuk akan bergabung dengan mineral dalam air liur yang kemudian berubah menjadi karang gigi atau kalkulus.
Terdapat beberapa kondisi yang meningkatkan risiko terjadinya karang gigi, yaitu:
Mengutip Cleveland Clinic, karang gigi dapat didiagnosis ketika melakukan pemeriksaan gigi rutin dengan menggunakan cermin kecil selama pemeriksaan mulut.
Jika diperlukan, dokter akan melakukan rontgen gigi untuk memeriksa kondisi gigi dan mengetahui apakah terdapat pengeroposan gigi atau gigi berlubang.
Baca juga: Karang Gigi Menumpuk, Ini yang Bisa Anda Lakukan
Untuk menghilangkan karang gigi diperlukan bantuan dokter gigi atau ahli kesehatan gigi. Proses menghilangkan karang gigi disebut scaling gigi.
Scaling gigi adalah prosedur non-operasi yang dilakukan untuk membersihkan dan menghilangkan plak dan karang (tartar) pada gigi.
Alat pengikis atau scaler dengan gelombang ultrasonik dapat mengikis dan menghilangkan karang gigi, baik di atas maupun di bawah garis gusi.
Tindakan ini diikuti dengan root planing yang dilakukan untuk menghaluskan permukaan akar gigi sehingga mempercepat proses penyembuhan.
Root planing juga dilakukan untuk mengurangi kemungkinan pertumbuhan bakteri yang dapat menimbulkan masalah gigi yang serius di kemudian hari.
Selain itu, pada kasus karang gigi yang parah atau sudah menumpuk maka metode debridement dapat dilakukan untuk menghilangkan karang gigi.
Debridement merupakan prosedur yang dilakukan untuk menghancurkan endapan karang gigi.
Selain menggunakan metode medis karang gigi juga dapat diatasi dengan metode alami, seperti:
Baca juga: Cara Menghilangkan Karang Gigi, Bisakah Dilakukan Sendiri?
Mengutip Healthline, terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah terbentuknya karang gigi, yakni:
Baca juga: 5 Cara Menggunakan Sikat Gigi yang Benar
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.