Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 12/10/2021, 19:00 WIB
Xena Olivia,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Stroke adalah kondisi saat aliran darah ke bagian otak terhenti. Akibatnya, sel-sel otak tidak mendapatkan oksigen dan nutrisi yang dibutuhkan.

Sel tersebut pun mati dalam beberapa menit dan dapat menyebabkan kerusakan otak yang berlangsung lama, cacat jangka panjang, bahkan kematian.

Baca juga: Anda Doyan Tidur? Awas Risiko Stroke Mengintai

Jenis

Ada beberapa jenis stroke yang mungkin terjadi. Apa saja?

  • Stroke iskemik: terjadi saat aliran darah melalui arteri yang memasok darah kaya oksigen ke otak tersumbat.
  • Stroke hemoragik: terjadi saat pembuluh darah pecah dan berdarah di otak.

Kondisi lain yang mirip dengan stroke adalah serangan iskemik transien. Kondisi ini juga terkadang disebut dengan "stroke mini".

Serangan iskemik transien terjadi saat suplai darah ke otak tersumbat untuk waktu singkat.

Kerusakan pada sel otak tidak permanen. Namun, penderita kondisi ini memiliki risiko lebih tinggi terkena stroke.

Gejala

Beberapa gejala yang dapat timbul saat seseorang mengalami stroke adalah sebagai berikut.

  • Masalah koordinasi. Kehilangan keseimbangan atau tersandung, kehilangan kontrol koordinasi dapat menjadi salah satu indikasi dari stroke.
  • Sulit memahami pembicaraan orang lain. Seseorang yang sedang mengalami stroke dapat terlihat kebingungan, linglung, atau tidak dapat berbicara dengan jelas.
  • Kelumpuhan atau mati rasa pada wajah, lengan, atau kaki. Anggota tubuh tersebut akan terasa mati rasa, lemah, atau bahkan terjadi kelumpuhan secara tiba-tiba. Biasanya sering memengaruhi hanya satu sisi dari tubuh. Mulut juga akan terlihat terkulai saat mencoba untuk tersenyum.
  • Masalah penglihatan. Penglihatan akan perlahan kabur, terlihat ganda, atau menghitam di satu atau kedua mata.
  • Sakit kepala. Kepala akan terasa sakit yang parah secara tiba-tiba. Mungkin disertai dengan muntah, pusing, atau tingkat kesadaran menurun.

Baca juga: Kenali Kesemutan yang Bisa Jadi Tanda Stroke

Gejala lain dapat meliputi:

  • kehilangan kesadaran total atau terbatas
  • mual dan muntah
  • sakit kepala parah secara tiba-tiba
  • kejang
  • pusing
  • kehilangan kontrol koordinasi tubuh
  • sulit bicara atau menelan
  • kebingungan atau disorientasi

Penyebab

Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena stroke, yaitu:

  • tekanan darah tinggi: hal paling utama yang meningkatkan risiko seseorang akan stroke
  • diabetes
  • penyakit jantung: fibrilasi atrium dan penyakit jantung lainnya dapat menyebabkan pembekuan darah dan mengakibatkan stroke
  • merokok: merokok dapat merusak pembuluh darah dan meningkatkan tekanan darah
  • riwayat stroke atau TIA: baik dari diri sendiri atau keluarga
  • usia: seiring bertambahnya usia, risiko stroke meningkat
  • ras dan etnis: orang keturunan afrika amerika memiliki risiko lebih tinggi terkena stroke

Faktor lain yang dapat memengaruhi, termasuk:

  • penggunaan alkohol dan narkoba
  • tidak melakukan cukup aktivitas fisik
  • kolesterol tinggi
  • pola makan buruk
  • kegemukan atau obesitas

Baca juga: Benarkah Pria Lebih Rentan Terserang Stroke?

Diagnosis

Tenaga kesehatan akan bertanya soal gejala yang timbul dan riwayat kesehatan.

Lalu, dokter juga akan memeriksa secara fisik, seperti:

  • keawasan mental
  • koordinasi dan keseimbangan
  • jika ada mati rasa atau kaku di wajah, tangan, atau kaki
  • jika ada kesulitan berbicara

Beberapa tes yang mungkin dilakukan dapat meliputi:

  • tes pencitraan seperti CT Scan atau MRI
  • tes jantung untuk mengetahui jika ada masalah jantung atau penyumbatan darah yang menyebabkan stroke, seperti elektrokardiogram (EKG) atau ekokardiografi

Perawatan

Penanganan yang diberikan akan tergantung pada jenis stroke yang dialami.

Stroke Iskemik

Prosedur yang dapat dilakukan adalah:

  • Obat IV darurat. Terapi dengan obat-obatan yang dapat memecah gumpalan harus diberikan dalam waktu 4,5 jam sejak gejala pertama muncul dan diberikan melalui intravena. Penanganan cepat tidak hanya dapat meningkatkan peluang untuk bertahan hidup, tetapi juga dapat mengurangi komplikasi.
  • Prosedur endovaskular darurat. Dalam beberapa kasus, dokter dapat mengobati stroke iskemik langsung pada pembuluh darah yang tersumbat. Prosedur ini telah terbukti meningkatkan hasil dan mengurangi kecacatan jangka panjang akibat stroke iskemik secara signifikan.

Baca juga: Cara Mengatasi Stroke Ringan

Untuk mengurangi terjadinya stroke lanjutan atau serangan iskemik transien, dokter mungkin akan merekomendasikan prosedur untuk membuka arteri yang menyempit akibat plak.

Stroke Hemoragik

Beberapa prosedur yang dapat dilakukan, yaitu:

  • Klip bedah. Ahli bedah akan menempatkan penjepit kecil di dasar aneurisma untuk memberhentikan aliran darah. Klip ini juga dapat menjaga agar aneurisma tidak pecah dan mencegah adanya perdarahan lagi.
  • Embolisasi endovaskular. Menggunakan kateter yang dimasukkan ke arteri melalui selangkangan untuk menempatkan gulungan kecil. Gulungan tersebut dapat menghalangi aliran darah ke aneurisma yang menyebabkan darah menggumpal.
  • Pengangkatan AVM bedah. Ahli bedah dapat mengangkat AVM yang lebih kecil jika terletak di area yang dapat diakses pada otak. Prosedur ini dapat menurunkan risiko pecahnya aneurisme dan stroke hemoragik. Namun, pengangkatan ini menjadi sulit jika AVM terletak terlalu jauh, berukuran besar, atau terlalu berdampak serius pada fungsi otak.

Pencegahan

Orang yang memiliki riwayat stroke atau rentan terhadap risiko mengalami stroke dapat mencoba langkah di bawah ini:

  • menunjang pola makan sehat teratur
  • memiliki berat tubuh ideal
  • menangani stres
  • olahraga teratur
  • berhenti merokok
  • menunjang tekanan darah dan level kolesterol normal

Baca juga: Stres Dapat Menyebabkan Stroke, Kok Bisa?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Video rekomendasi
Video lainnya

Indeks Penyakit


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com