Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah Konsultan Intervensi. Mayapada Hospital Bogor BMC (MHBG). www.mayapadahospital.com
KOMPAS.com - Darah dan jantung adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan dalam kinerja tubuh manusia. Darah dibawa ke jantung oleh pembuluh arteri koroner.
Jika terjadi penyempitan atau penyumbatan, suplai darah yang akan dibawa ke otot jantung akan berkurang bahkan terputus, dan menyebabkan penyakit jantung koroner (PJK) atau coronary artery disease (CAD).
PJK juga dapat diartikan sebagai gangguan fungsi pada jantung akibat kurangnya suplai darah ke otot jantung.
Baca juga: 8 Makanan Penurun Kolesterol untuk Cegah Penyakit Jantung Koroner
Hal ini disebabkan oleh penyempitan atau penyumbatan pada pembuluh darah koroner yang mengalami kerusakan pada lapisan nya (aterosklerosis).
PJK bermula dengan pembentukan plak pada pembuluh darah koroner, yang mengakibatkan penurunan alirah darah secara perlahan, sampai pada keadaan plak yang pecah, menimbulkan pembentukan bekuan darah yang dapat menyumbat, dan mengakibatkan penurunan aliran darah secara mendadak.
Kumpulan gejala yang timbul akibat PJK disebut dengan sindrom koroner akut (SKA) atau acute coronary syndrome (ACS).
Gejala yang dapat timbul pada penyakit jantung koroner adalah sebagai berikut:
Gejala dapat timbul secara tiba-tiba dengan intensitas yang tinggi.
Menurut Pedoman Tatalaksana Sindrom Koroner Akut Edisi 4, 2018, terdapat dua jenis gejala yang dapat timbul, yaitu tipikal (umum terjadi) dan atipikal (ditemukan pada pasien berumur relatif muda, 25 hingga 40 tahun).
Gejala tipikal meliputi:
Baca juga: 4 Gejala Penyakit Jantung Koroner yang Perlu Diwaspadai
Sementara itu, gejala atipikal, yaitu:
PJK diakibatkan oleh kerusakan lapisan dinding pembuluh darah koroner (aterosklerosis).
Aterosklerosis merupakan pengerasan dinding arteri yang diakibatkan oleh adanya plak kekuningan mengandung lemak dan kolestrol yang disebut ateroma.
Saat plak aterosklerosis pecah, bekuan darah akan timbul pada pembuluh darah koroner dan menyumbat aliran darah.
Penyumbatan tersebut menyebabkan kurangnya suplai oksigen pada otot jantung. Jika terhenti selama kurang lebih 20 menit, sel otot jantung akan mengalami nekrosis (kematian sel).
Lebih dari 90 persen PJK disebabkan oleh plak aterosklerosis yang pecah dan pembentukan bekuan darah dalam pembuluh darah koroner.
Selain itu, faktor risiko PKJ meliputi:
Baca juga: Ciri Nyeri Dada yang Mengarah pada Gejala Penyakit Jantung Koroner
Dalam mendiagnosis penyakit jantung koroner, dokter akan melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Setelah itu, dokter juga akan melakukan pemeriksaan elektrokardiogram (EKG) dan pemeriksaan marka jantung.
Tes lain yang mungkin dilakukan dokter untuk mengkonfirmasi adanya PKJ adalah:
Serangan jantung terjadi saat otot jantung tidak memiliki cukup darah atau oksigen.
Jika bekuan darah (trombosis koroner) berukuran cukup besar, suplai darah ke jantung dapat terhenti sepenuhnya dan menyebabkan serangan jantung.
Berdasarkan Buku Pedoman Tatalaksana Sindrom Koroner Akut Edisi 3, 2015, komplikasi pada penyakit jantung koroner dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut.
Baca juga: Penyebab dan Gejala Jantung Koroner
Seseorang dengan keluhan nyeri di dada sebaiknya langsung dibawa ke rumah sakit. Tenaga kesehatan akan melakukan penilaian terhadap ABC (airway, breathing, dan circulation).
Jika diagnosis belum ditetapkan, tenaga kesehatan akan menerapkan terapi MONA (morfin, oksigen, nitrogliserin, dan aspirin) yang tidak harus diberikan secara keseluruhan atau bersamaan.
Namun, penderita dapat mengelola gejala yang timbul dan mencegah terjadinya masalah lain seperti serangan jantung.
Langkah yang dapat dilakukan, yaitu:
Baca juga: 10 Penyebab Jantung Koroner yang Perlu Diwaspadai
Penyakit jantung koroner atau PJK dapat dicegah dengan melakukan perubahan gaya hidup, termasuk:
Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.