KOMPAS.com - Normalnya, denyut jantung pada orang dewasa berkisar pada 60 hingga 100 kali per menit dalam keadaan istirahat.
Bradikardia adalah kondisi saat jantung berdenyut kurang dari 60 kali per menit.
Dalam beberapa kasus, detak jantung lambat merupakan indikasi jantung yang sangat sehat.
Contohnya, atlet seringkali memiliki detak jantung lebih rendah dari normal karena jantung mereka kuat dan tidak harus bekerja keras memompa darah ke seluruh tubuh.
Baca juga: 10 Jenis Penyakit Jantung Aritmia dan Tandanya
Namun, jika detak jantung yang lebih lambat jarang terjadi atau disertai gejala dapat menjadi pertanda sesuatu yang lebih serius.
Denyut jantung yang terlalu rendah dapat menyebabkan berkurangnya suplai darah ke otak.
Gejala-gejala bradikardia dapat mencakup:
Dalam kasus ekstrem, bradikardia dapat menyebabkan henti jantung atau cardiac arrest.
Beberapa penyebab bradikardia, meliputi hal di bawah ini.
Baca juga: Aritmia (Gangguan Irama Jantung): Jenis, Gejala, Penyebab
Untuk mendiagnosis bradikardia, dokter akan mengkaji gejala yang timbul pada pasien, riwayat penyakit pada pasien dan keluarga, serta melakukan pemeriksaan fisik dan penunjang.
Pemeriksaan penunjang untuk mengukur denyut jantung mencakup:
Dalam kasus yang berat, kronis (jangka panjang), atau tidak diberikan penanganan, bradikardia dapat menyebabkan:
Jika bradikardia hanya berlangsung untuk beberapa saat tanpa disertai gejala apapun, tidak dibutuhkan pengobatan apapun.
Baca juga: Takikardia: Jenis, Gejala, hingga Cara Mencegahnya
Namun, bradikardia akan memerlukan perawatan tergantung pada penyebab yang mendasari.
Jika masalah terdapat pada masalah listrik di jantung, dibutuhkan alat pacu jantung (pacemaker) untuk menjaga detak jantung sebagaimana mestinya.
Alat pacu jantung adalah perangkat kecil yang ditempatkan di bawah kulit untuk memantau detak atau ritme jantung.
Saat diperlukan, alat pacu jantung akan mengirimkan impuls listrik ke jantung untuk mengembalikan detak jantung.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.