Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - Diperbarui 04/06/2022, 17:44 WIB
Annisyah Dewi N,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

dr. Dyandra Parikesit, BMedSc, Sp.U, FICS
Divalidasi oleh:
dr. Dyandra Parikesit, BMedSc, Sp.U, FICS

Dokter Spesialis Urologi Mayapada Hospital Kuningan www.mayapadahospital.com

KOMPAS.com - Kurang minum air putih dapat menyebabkan urine menjadi pekat dan mineral (kalsium dan asam urat) menjadi lebih mudah mengendap sehingga dapat mengganggu fungsi ginjal.

Batu ginjal terbentuk ketika produksi urine kurang dan kandungan pada urie tidak seimbang, sehingga mineral tergabung menjadi kristal dan lama kelamaan menjadi batu saluran kemih.

Baca juga: 7 Penyebab Batu Ginjal yang Kerap Diabaikan

Tidak hanya karena kurang minum air putih (dehidrasi), batu ginjal juga dapat dipicu oleh kondisi lain, seperti berat badan berlebih, faktor keturunan, dan efek samping operasi pada organ pencernaan.

Batu ginjal yang juga disebut kencing batu, dapat terbentuk pada satu ginjal maupun keduanya dan berukuran sangat kecil hingga mencapai beberapa sentimeter.

Berdasarkan jenisnya, batu ginjal diklasifikasikan menjadi empat, yakni batu kalsium, batu struvit, batu asam urat, dan batu sistin.

Keberadaan batu ginjal dapat berubah-ubah dan tidak selalu berada di dalam ginjal karena batu ginjal bergerak melalui saluran kemih.

Namun, kondisi ini dapat menyebabkan sumbatan pada saluran kemih bagian atas (ureter) karena diameternya yang berukuran kecil.

Pada beberapa kasus, batu yang berukuran besar dapat menyumbat ureter yang menyebabkan perdarahan, serta menimbulkan rasa sakit hebat pada pinggang dan perut bagian bawah.

Terbentuknya batu pada saluran kemih dapat menimbulkan ketidaknyamanan dan rasa sakit ketika buang air kecil.

Akan tetapi pada sebagian kasus, obat pereda nyeri dan memperbanyak minum air dapat mengeluarkan batu ginjal melalui saluran kemih.

Maka dari itu, segera lakukan pemeriksaan ketika merasakan gejala dari batu ginjal agar kondisi ini dapat segera ditangani dan mencegah kerusakan permanen pada ginjal.

Gejala

Merangkum WebMD dan Mayo Clinic, batu ginjal yang berukuran sangat kecil biasanya bersifat asimptomatik atau tidak bergejala.

Baca juga: 5 Pantangan Penderita Batu Ginjal

Namun, gejala akan muncul ketika batu mulai bergerak melewati saluran kemih atau berukuran lebih besar dari ureter.

Berikut beberapa gejala batu ginjal yang sering terjadi, yaitu:

  • Nyeri hebat pada punggung bagian bagian bawah
  • Nyeri pada bagian samping, belakang, dan bawah tulang rusuk
  • Nyeri perut bagian bawah dan selangkangan
  • Rasa sakit atau sensasi terbakar saat buang air kecil
  • Urine berwarna merah muda, merah, atau cokelat
  • Urine yang keruh atau berbau
  • Buang air kecil menjadi lebih sering dari biasanya
  • Mual dan muntah
  • Demam dan menggigil, jika terjadi infeksi
  • Mengeluarkan urine dalam jumlah sedikit saat buang air kecil

Penyebab

Menurut Mayo Clinic, batu ginjal terbentuk ketika urine lebih banyak mengandung zat pembentuk kristal, seperti kalsium, oksalat, dan asam urat, dibanding cairan dalam urine.

Selain itu, batu ginjal juga dapat terbentuk ketika tubuh kekurangan zat yang dapat mencegah batu atau kristal saling menempel.

Kondisi tersebut menciptakan lingkungan yang kondusif untuk pembentukan batu ginjal.

Jenis

Dilansir dari Healthline, berdasarkan jenisnya, batu ginjal diklasifikasikan menjadi empat, di antaranya:

Baca juga: 4 Cara Mencegah Batu Ginjal

  • Batu kalsium

Merupakan jenis batu ginjal yang paling sering terjadi dan terbentuk karena tingginya kadar kalsium di dalam darah dan urine.

  • Batu asam urat

Merupakan batu yang terbentuk ketika kadar asam urat dalam darah terlalu tinggi akibat makanan tinggi purin atau riwayat penyakit asam urat.

  • Batu struvit

Batu struvit dapat membesar secara cepat dan menyebabkan penyumbatan (obstruksi) pada saluran kemih.

Kondisi ini disebabkan oleh infeksi kronis, seperti infeksi saluran kemih, dan lebih sering ditemukan pada wanita.

  • Batu sistin

Batu sistin merupakan jenis batu ginjal yang jarang terjadi. Batu ini disebabkan oleh penyakit keturunan yang disebut sistinuria.

Penyakit ini menyebabkan ginjal secara alami mengeluarkan terlalu banyak asam amino.

Faktor risiko

Mengutip Mayo Clinic, terdapat beberapa kondisi yang meningkatkan risiko terbentuknya batu ginjal, yaitu:

Baca juga: Batu Ginjal Sakitnya di Mana?

  1. Pernah menderita batu ginjal atau memiliki anggota keluarga yang menderita penyakit batu ginjal
  2. Dehidrasi, tidak minum cukup air meningkatkan risiko terkena batu ginjal, pun dengan seseorang yang tinggal di daerah dengan suhu udara yang panas dan banyak berkeringat
  3. Mengonsumsi makanan yang tinggi protein, garam, gula, atau yang memicu kadar asam urat tinggi, dapat meningkatkan risiko terkena batu ginjal
  4. Obesitas atau memiliki indeks massa tubuh yang besar dengan ukuran pinggang yang besar berkaitan dengan peningkatan risiko batu ginjal
  5. Mengalami masalah pencernaan, seperti penyakit peradangan usus dan diare kronis dapat memengaruhi penyerapan cairan dalam tubuh
  6. Efek samping dari prosedur operasi pada saluran pencernaan, seperti gastric bypass, juga dapat mengganggu penyerapan cairan dalam tubuh
  7. Menderita kondisi medis tertentu, seperti infeksi saluran kemih, cystinuria, dan hiperparatiroidisme
  8. Mengonsumsi obat-obatan tertentu, seperti obat antidepresan dan antasida.

Diagnosis

Melansir WebMD, dokter akan mengawali diagnosis dengan melakukan wawancara mengenai gejala yang dirasakan dan riwayat medis penderita.

Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan beberapa pemeriksaan penunjang untuk memastikan diagnosis, seperti:

  1. Tes darah
    Tes ini bertujuan untuk mengetahui kadar zat tertentu dalam darah dan kondisi kesehatan ginjal
  2. Tes urine
    Dokter akan meminta penderita mengumpulkan sampel urine untuk mengetahui ada tidaknya infeksi saluran kemih
  3. Tes pencitraan
    Pemeriksaan, seperti CT scan, rontgen, atau USG untuk mendeteksi keberadaan batu ginjal secara tepat
  4. Analisis batu yang dikeluarkan
    Penderita akan diminta untuk mengeluarkan urine di atas saringan agar batu ginjal yang keluar dapat tersaring, kemudian batu tersebut akan dianalisis di laboratorium. Cara lain adalah dengan mengirim batu setelah operasi pengangkatan batu.

Baca juga: 3 Gejala Awal Batu Ginjal yang Perlu Diwaspadai

Perawatan

Mengutip dari Healthline, metode penanganan batu ginjal akan disesuaikan dengan ukuran dan jenis batu ginjal yang diderita.

Minum air putih sebanyak 6 sampai 8 gelas air setiap hari dapat membantu memperlancar buang air kecil.

Penderita yang mengalami dehidrasi, mual, dan muntah mungkin memerlukan cairan infus untuk mengganti cairan tubuh yang hilang.

Berikut beberapa pilihan pengobatan untuk menangani batu ginjal:

  • Obat-obatan

Beberapa jenis obat yang dapat mengatasi batu ginjal, di antaranya:

  1. Obat pereda nyeri, seperti ibuprofen, acetaminophen, obat anti-inflamasi non-steroid (OAINS), bahkan yang mengandung narkotika dapat diberikan untuk mengatasi rasa sakit
  2. Antibiotik, bagi penderita batu ginjal yang disertai infeksi saluran kemih
  3. Alopurinol, untuk mengurangi kadar asam urat bagi penderita batu asam urat
  4. Diuretik jenis thiazide, untuk mencegah pembentukan batu kalsium
  5. Sodium bikarbonat atau sodium sitrat, agar urine lebih tidak asam
  6. Larutan fosfor, guna mencegah pembentukan batu kalsium
  • Lithotripsy

Merupakan prosedur yang menggunakan gelombang suara untuk menghancurkan batu ginjal berukuran besar menjadi lebih kecil agar lebih mudah melewati ureter.

Baca juga: Bagaimana Diabetes Bisa Menyebabkan Batu Ginjal?

Prosedur extracorporeal shock wave lithotripsy (ESWL) mungkin memerlukan anestesi dosis kecil untuk mengurangi ketidaknyamanan.

Selain itu, lithotripsy juga dapat menyebabkan memar pada perut, punggung, serta perdarahan di sekitar ginjal.

  • Percutaneous nephrolithotomy (PCNL)

Merupakan prosedur operasi yang dilakukan untuk mengangkat batu ginjal berukuran lebih dari 2 cm menggunakan alat khusus yang dimasukkan melalui sayatan kecil pada punggung.

Prosedur ini mungkin diperlukan jika:

  1. Batu ginjal menyebabkan sumbatan (obstruksi) dan infeksi yang merusak ginjal
  2. Batu ginjal berukuran terlalu besar untuk melewati ureter
  3. Rasa sakit yang tidak dapat diatasi dengan obat pereda nyeri
  • Ureteroskopi

Ketika batu ginjal terjebak di ureter atau kandung kemih, dokter mungkin akan menggunakan alat yang disebut ureteroskop untuk mengangkat batu tersebut.

Selanjutnya, dokter akan melakukan analisis pada batu yang telah dikeluarkan tersebut di laboratorium.

Komplikasi

Dilansir dari WebMD, komplikasi dapat muncul ketika batu ginjal berukuran sangat besar atau tidak mengobati batu ginjal, seperti:

Baca juga: 12 Cara Mengobati Batu Ginjal Secara Alami

  • Ureter tersumbat atau penyempitan saluran kemih
  • Cedera pada ureter
  • Perdarahan
  • Infeksi saluran kemih
  • Sepsis, infeksi yang menyebar ke seluruh tubuh

Pencegahan

Mengutip Urology Care Foundation, terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah batu ginjal, yaitu:

  1. Banyak minum air putih, setidaknya dua hingga tiga liter setiap hari untuk mencegah dehidrasi dan mencegah pembentukan batu ginjal
  2. Kurangi konsumsi garam pada makanan karena dapat meningkatkan kadar kalsium dan sistin dalam urine yang memicu pembentukan batu ginjal
  3. Konsumsi kalsium sesuai dengan rekomendasi atau anjuran dokter
  4. Perbanyak konsumsi buah dan sayuran karena kaya akan kalium, serat, magnesium, dan antioksidan yang dapat mencegah pembentukan batu
  5. Penderita batu ginjal oksalat disarankan untuk mengonsumsi makanan rendah oksalat, seperti bayam dan almond, guna mencegah pembentukan batu
  6. Batasi konsumsi daging atau protein hewani.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Indeks Penyakit


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau