KOMPAS.com - Feokromositoma atau pheochromocytoma merupakan tumor langka yang terbentuk pada bagian tengah kelenjar adrenal.
Untuk diketahui, di dalam tubuh manusia terdapat dua kelenjar adrenal yang terletak masing-masing di permukaan ginjal.
Kelenjar adrenal merupakan bagian dari sistem endokrin atau sistem hormon yang berfungsi untuk mengatur berbagai fungsi tubuh melalui pelepasan hormon.
Baca juga: 11 Cara Meningkatkan Hormon Endorfin Pereda Rasa Sakit dan Stres
Hormon-hormon yang diproduksi oleh kelenjar adrenal berperan penting untuk mengatur metabolisme, fungsi seksual, dan sistem kekebalan.
Kelenjar adrenal juga berfungsi untuk membantu tubuh mengatasi tekanan fisik dan emosional dengan meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah.
Bagian tengah kelenjar adrenal mengeluarkan hormon yang disebut epinefrin (adrenalin) dan norepinefrin (noradrenalin).
Kedua hormon tersebut membantu menjaga detak jantung dan tekanan darah tetap normal.
Ketika tumor terbentuk pada bagian tengah kelenjar adrenal atau mengalami feokromositoma maka kelenjar adrenal akan memproduksi hormon epinefrin dan norepinefrin secara berlebihan.
Produksi hormon epinefrin dan norepinefrin dalam jumlah yang berlebihan menyebabkan tekanan darah tinggi dan penderita akan merasakan stres kronis.
Sebagian besar feokromositoma merupakan tumor yang bersifat jinak, tetapi pada kasus yang jarang tumor tersebut bersifat ganas
Jika tidak mendapat penanganan yang tepat, kondisi ini akan mengakibatkan tekanan darah tinggi berkelanjutan yang dapat merusak organ jantung, otak, paru-paru, dan ginjal.
Merangkum MedlinePlus dan National Organization for Rare Disorders, feokromositoma terkadang bersifat asimptomatik atau tidak menimbulkan gejala.
Namun, ketika feokromositoma menyebabkan kelenjar adrenal memproduksi hormon secara berlebihan maka akan menimbulkan gejala.
Baca juga: Mengenal Oksitosin, Hormon Cinta yang Punya Segudang Manfaat Kesehatan
Gejala tersebut dapat berlangsung selama beberapa menit hingga beberapa jam, seperti:
Selain itu, ketika tumor tumbuh semakin besar maka akan menimbulkan beberapa gejala lain, seperti:
Menurut Mayo Clinic, penyebab feokromositoma masih belum belum diketahui secara pasti.
Feokromositoma terjadi ketika terdapat tumor yang berkembang di dalam sel kromafin, yaitu sel yang berada di tengah kelenjar adrenal.
Sel kromafin bertugas untuk memproduksi hormon epinefrin (adrenalin) dan norepinefrin (noradrenalin).
Baca juga: Mengenal Ghrelin, Hormon yang Mengatur Sensasi Lapar dan Kenyang
Kedua hormon tersebut memiliki peranan penting untuk mengontrol detak jantung, tekanan darah, dan gula darah.
Maka dari itu, tumbuhnya tumor di dalam sel kromafin mengakibatkan produksi hormon-hormon tersebut menjadi terganggu.
Hal ini mengakibatkan terjadi perubahan detak jantung, tekanan darah, dan gula darah.
Pada kasus yang jarang terjadi, feokromositoma juga dapat tumbuh di luar kelenjar adrenal, seperti pada area perut yang disebut paraganglioma.
Dilansir dari WebMD, feokromositoma lebih sering terjadi oleh seseorang yang memiliki kelainan genetik yang diturunkan dalam keluarga, seperti:
Selain itu, terdapat beberapa kondisi yang dapat memicu munculnya gejala pada penderita feokromositoma, seperti:
Baca juga: 8 Makanan untuk Meningkatkan Hormon Testosteron dalam Tubuh
Merangkum Medical News Today dan Mayo Clinic, diagnosis feokromositoma cukup sulit dipastikan karena merupakan penyakit yang langka.
Gejala yang muncul pun dapat bervariasi pada tiap penderita, tergantung pada organ yang diserang.
Terdapat beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk memastikan diagnosis feokromositoma, yaitu:
Dokter dapat melakukan tes urine atau tes darah untuk mengukur kadar hormon adrenalin, hormon noradrenalin, atau produk sisa dari kedua hormon tersebut di dalam tubuh pasien.
Apabila hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan kemungkinan adanya feokromositoma, dokter akan menganjurkan pemeriksaan pencitraan.
Pemeriksaan pencitraan dilakukan untuk memastikan keberadaan tumor. Beberapa contoh pemeriksaan pencitraan yang dapat dilakukan, meliputi:
Baca juga: 8 Makanan untuk Meningkatkan Hormon Serotonin, Bikin Mood Lebih baik
Dokter mungkin akan menyarankan pasien untuk melakukan pemeriksaan genetik guna mendeteksi apakah feokromositoma disebabkan oleh mutasi gen.
Pemeriksaan genetik juga menentukan apakah feokromositoma berkaitan dengan penyakit genetik.
Menurut Mayo Clinic, feokromositoma umumnya ditangani melalui prosedur operasi pengangkatan tumor.
Sebelum melakukan operasi, dokter akan memberikan obat-obatan dan diet tertentu untuk menurunkan tekanan darah tinggi agar tekanan darah pasien lebih stabil selama operasi.
Dokter akan meresepkan obat-obatan yang harus dikonsumsi selama 7 sampai 10 hari, untuk membantu menurunkan tekanan darah sebelum operasi.
Obat-obatan tersebut, meliputi:
Beberapa contoh obat dari golongan alpha blocker, yaitu phenoxybenzamine, doxazosin, dan prazosin.
Efek samping dari alpha blocker adalah detak jantung yang tidak teratur (aritmia), pusing, fatigue (kelelahan), gangguan penglihatan, dan pembengkakan pada tungkai.
Dalam rangkaian persiapan operasi, dokter mungkin akan meresepkan beta blocker beberapa hari setelah memulai alpha blocker.
Beberapa contoh obat dari golongan beta blocker, yaitu atenolol, metoprolol, dan propranolol.
Efek samping dari beta blocker adalah fatigue (kelelahan), sakit perut, sakit kepala, pusing, sembelit, diare, detak jantung yang tidak teratur (aritmia), dan kesulitan bernapas.
Baca juga: Kenali Apa itu Tumor, Jenis, Cara Mencegah
Selain meresepkan kedua jenis obat-obatan tersebut, dokter juga akan menyarankan pasien untuk mengubah pola makan yang tinggi garam.
Hal ini dikarenakan alpha dan beta blocker dapat memperlebar pembuluh darah yang menyebabkan kadar cairan tubuh berkurang.
Jika kadar cairan tubuh berkurang, pasien akan mengalami penurunan tekanan darah yang dapat membahayakan pasien.
Pola makan tinggi garam akan membantu tubuh menarik lebih banyak cairan ke dalam pembuluh darah.
Selain itu, makanan tinggi garam juga dapat mencegah pasien mengalami penurunan tekanan darah drastis selama dan setelah operasi.
Pada sebagian besar kasus, dokter akan mengangkat seluruh kelenjar adrenal yang terkena feokromositoma.
Operasi pengangkatan tumor menggunakan metode laparoskopi, di mana dokter akan membuat sayatan kecil untuk mengangkat kelenjar adrenal dan tumor.
Kelenjar adrenal yang sehat dapat menggantikan fungsi dari kelenjar adrenal yang telah diangkat.
Setelah melakukan operasi pengangkatan tumor, tekanan darah akan kembali normal.
Meskipun sangat jarang, bukan berarti feokromositoma tidak dapat bersifat ganas dan berkembang menjadi kanker.
Baca juga: Perbedaan antara Tumor dan Kanker
Feokromositoma yang bersifat ganas dan termasuk kanker dapat diatasi dengan beberapa metode berikut:
Prosedur ini akan memberikan radiasi ke area tumbuhnya sel kanker sehingga sel-sel kanker dapat terbunuh.
Hal ini memungkinkan radiasi mengarah langsung ke sel kanker. Satu obat yang digunakan adalah lutetium Lu 177 dotatate.
Baca juga: 8 Gejala Kista Ginjal yang Pantang Disepelekan
Dikutip dari WebMD, terdapat beberapa komplikasi yang muncul jika feokromositoma tidak mendapat penanganan yang tepat, yakni:
Melansir OncoLink, tidak ada tindakan pencegahan yang terbukti efektif untuk mencegah feokromositoma.
Hal ini dikarenakan penyebab tumbuhnya tumor pada kelenjar adrenal masih belum diketahui secara pasti.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.