KOMPAS.com - Kanker anus atau dubur adalah jenis kanker yang cenderung jarang terjadi pada saluran anus.
Saluran anus adalah tabung pendek di ujung rektum tempat feses keluar dari tubuh.
Kanker anus dapat menyebabkan gejala seperti pendarahan dan nyeri pada area di sekitarnya.
Baca juga: 7 Gejala Kanker Anus yang Perlu Diwaspadai
Umumnya, kebanyakan orang dengan kanker anus diobati dengan kombinasi kemoterapi dan radiasi.
Meskipun penggabungan perawatan dapat meningkatkan kemungkinan penyembuhan, perawatan gabungan juga dapat meningkatkan risiko efek samping.
Tanda dan gejala kanker anus, meliputi:
Kanker anus dapat terjadi saat terdapat mutasi genetik—mengubah sel normal dan sehat menjadi sel abnormal.
Sel-sel sehat tumbuh, berkembagn biak, dan mati pada waktu yang telah ditentukan. Sementar aitu, sel-sel abnormal tumbuh dan berkembang biak di luar kendali dan tidak mati.
Akumulasi sel-sel abnormal membentuk massa (tumor). Sel kanker menyerang jaringan di dekatnya dan dapat terpisah dari tumor awal untuk menyebar ke tempat lain di tubuh (bermetastasis).
Kanker anus berkaitan erat dengan infeksi menular seksual yang disebut human papillomavirus (HPV).
Terdapat banyak bukti bahwa HPV terdeteksi di kebanyakan kanker anus.
Baca juga: Bahaya Anal Seks, Picu Berbagai Penyakit hingga Kanker Anus
HPV juga dianggap sebagai penyebab paling umum dari kanker anus.
Jika mengalami gejala dan terdapat dugaan memiliki gangguan tertentu, dokter akan melakukan beberapa tes dan pemindaian.
Selain itu, dokter umum juga akan merujuk pasien ke dokter spesialis.
Tes yang dilakukan akan bergantung pada gejala yang timbul.
Beberapa tes dapat meliputi:
Jika terkonfirmasi memiliki kanker anus, dokter akan melakukan beberapa tes lain agar mendapatkan visualisasi yang lebih jelas pada kanker tersebut, seperti:
Dokter juga mungkin mengambil tes fungsi hati dan melakukan pemindaian PET.
Umumnya, kanker anus diobati dengan kombinasi kemoterapi dan radiasi.
Baca juga: 11 Penyebab Anus Sakit yang Penting Diketahui
Pembedahan biasanya disediakan untuk pasien yang gagal dalam terapi di atas.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.