KOMPAS.com - Salah satu bentuk infeksi saluran pernapasan bagian atas dengan gejala khas, yakni batuk keras seperti menggonggong adalah croup.
Croup merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus yang menyebabkan laring, trakea, dan bronkus membengkak.
Pembengkakan ini menyebabkan saluran napas menyempit sehingga penderita sulit bernapas dan mengeluarkan suara batuk yang keras, seperti gonggongan atau barking cough.
Baca juga: Croup Atau Infeksi Saluran Napas Pada Anak, Bagaimana Mengatasinya?
Suara penderita mungkin juga akan terdengar serak, terutama ketika mereka menangis.
Croup atau yang juga disebut laryngotracheobronchitis, adalah penyakit yang kerap menyerang anak-anak berusia antara enam bulan hingga lima tahun.
Namun, penyakit ini juga dapat dialami oleh anak-anak dari segala usia, termasuk bayi berumur tiga bulan dan anak-anak berusia lebih dari 15 tahun.
Croup juga merupakan penyakit yang dapat menular, terutama pada beberapa hari pertama atau selama penderita mengalami demam.
Pada kasus yang parah, croup menyebabkan kulit penderita menjadi pucat atau bibir yang menghitam atau tampak kebiruan akibat kurangnya oksigen dalam darah.
Dikutip dari Drugs.com, gejala croup dapat bervariasi tergantung pada jenis yang diderita. Berikut penjelasannya:
Anak-anak yang terkena croup sering mengalami gejala seperti pilek biasa, yakni demam rendah dan batuk.
Pada kasus yang lebih parah, anak-anak mungkin mengalami beberapa gejala berikut:
Baca juga: Tak Bisa Disepelekan, Kenali Penyebab Batuk Kering pada Anak
Seorang anak yang mengalami croup spasmodik biasanya tampak sehat karena tidak mengalami demam.
Gejala yang mungkin muncul adalah batu yang disertai bunyi napas keras dan serak yang sering kali muncul begitu saja saat tengah malam.
Gejala-gejala tersebut kerap mereda ketika anak menghirup udara malam yang sejuk atau berada di ruangan beruap.
Gejala croup spasmodik biasanya akan membaik dalam beberapa jam. Namun, kondisi ini dapat muncul kembali pada malam berikutnya secara berturut-turut.
Merangkum laman Healthline dan Drugs.com, croup dapat terjadi dengan penyebab yang berbeda tergantung pada jenisnya, seperti:
Kondisi ini disebabkan oleh virus yang biasanya menyebabkan pilek atau flu, seperti virus parainfluenza.
Selain itu, kondisi ini juga dapat disebabkan oleh infeksi virus lain, seperti adenovirus, respiratory syncytial virus (RSV), dan virus campak.
Virus tersebut dapat menyebar dengan mudah melalui percikan air liur (droplet) ketika seseorang yang terinfeksi batuk atau bersin.
Baca juga: 6 Penyebab Batuk Malam Hari pada Anak dan Cara Mengobatinya
Virus penyebab croup ini juga dapat menempel pada benda-benda seperti tisu bekas, mainan, gelas minum, dan peralatan makan, yang terkena droplet orang yang terinfeksi.
Setelah virus berhasil masuk ke dalam tubuh, virus akan menyerang saluran pernapasan bagian atas.
Kondisi ini akan menimbulkan gejala, seperti pilek dan hidung tersumbat. Selanjutnya, virus akan turun ke tenggorokan dan menyebabkan tenggorokan membengkak.
Pembengkakan ini menyebabkan saluran napas menyempit sehingga menimbulkan gejala-gejala croup, seperti batuk keras atau barking cough, suara serak, dan stridor.
Stridor atau bising napas, merupakan suara kasar atau serak bernada tinggi atau rendah yang muncul ketika penderita menarik atau menghembuskan napas.
Meskipun sangat jarang terjadi, croup juga dapat disebabkan oleh infeksi bakteri.
Spasmodic croup dapat dipicu oleh infeksi, tetapi tidak disebabkan oleh infeksi. Kondisi ini diduga terjadi akibat faktor keturunan dari keluarga.
Selain karena faktor keturunan, spasmodic croup juga dapat dipicu oleh reaksi alergi. Spasmodic croup kerap muncul secara tiba-tiba tanpa menimbulkan demam.
Spasmodic croup umumnya menyerang balita berusia antara tiga bulan hingga tiga tahun, sedangkan infectious croup lebih sering dialami anak-anak berusia di bawah enam tahun.
Menurut WebMD, croup lebih sering terjadi pada anak-anak, terutama yang berusia 3 bulan hingga 5 tahun.
Baca juga: 8 Anjuran yang Benar bagi Orangtua Saat Anak Sakit Batuk Pilek
Kondisi ini juga cenderung lebih sering menyerang anak laki-laki daripada anak perempuan.
Dirangkum dari situs Mayo Clinic dan Kids Health, diganosis croup biasanya diawali dengan anamnesis mengenai gejala yang dialami anak, seperti batuk dan stridor.
Selain itu, dokter juga akan menanyakan apakah anak pernah melakukan kontak langsung dengan seseorang yang sedang batuk atau pilek beberapa hari terakhir.
Selanjutnya, dokter akan mengamati cara napas anak, mendengarkan suara napas di dada dengan stetoskop, serta memeriksa tenggorokan anak.
Jika diperlukan, dokter mungkin akan melakukan pemeriksaan foto rontgen untuk mendeteksi penyakit lain yang menimbulkan gejala serupa dengan croup.
Merangkum dari Cleveland Clinic dan Mayo Clinic, beberapa penanganan yang dapat diberikan untuk mengatasi croup adalah:
Pada kasus yang ringan, kondisi ini dapat diatasi dengan perawatan yang dapat dilakukan secara mandiri di rumah, seperti:
Baca juga: Benarkah Sering Minum Es Sebabkan Batuk dan Pilek?
Apabila gejala croup semakin parah atau tidak mereda dalam tiga hingga lima hari, maka anak memerlukan penanganan lebih lanjut.
Perawatan medis yang dapat diberikan oleh dokter, di antaranya:
Dokter akan meresepkan obat golongan kortikosteroid, seperti deksametason, untuk meredakan pembengkakan pada saluran pernapasan.
Obat ini tersedia dalam bentuk injeksi atau suntikan dan dalam bentuk oral, seperti tablet dan sirop.
Epinefrin dapat membantu meredakan peradangan atau pembengkakan pada saluran pernapasan.
Obat ini dapat diberikan dalam bentuk terapi inhalasi (dihirup) menggunakan nebulizer untuk mengatasi gejala yang lebih parah, seperti sesak napas.
Dokter mungkin akan menyarankan rawat inap di rumah sakit jika pasien mengalami gejala yang parah sehingga memerlukan observasi atau pemantauan secara berkala.
Menurut NHS inform, croup jarang menyebabkan komplikasi. Namun, croup dapat menimbulkan beberapa komplikasi berikut:
Baca juga: 5 Bahan Alami ala Dapur untuk Cegah Batuk, Pilek, dan Flu
Merangkum NHS inform dan Drugs.com, dikarenakan croup kerap disebabkan oleh virus penyebab influenza maka tindakan pencegahannya serupa dengan mencegah influenza, yakni:
Selain itu, pemberian beberapa vaksin berikut juga dapat membantu melindungi anak dari beberapa infeksi yang dapat menyebabkan croup:
Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.