KOMPAS.com - Trombosis vena dalam (DVT atau trombosis vena) adalah bekuan darah yang berkembang di vena jauh di dalam tubuh.
Gumpalan mungkin menghambat sebagian atau seluruh dari aliran darah vena.
Kebanyakan DVT terjadi di kaki bagian bawah, paha, atau panggul. Meskipun, kondisi ini juga dapat terjadi di bagian lain dari tubuh, termasuk lengan, otak, usus, hati, atau ginjal.
Baca juga: Trombosis Vena Dalam: Gejala, Penyebab, Cara Mencegah
Menurut CDC, gejala DVT hanya terjadi pada sekitar setengah dari orang dengan kondisi ini.
Gejala umum DVT, meliputi:
Orang dengan DVT ekstremitas atas atau bekuan darah di lengan mungkin tidak mengalami gejala.
Jika mengalami gejala, dapat meliputi:
Orang mungkin tidak mengetahui bahwa mereka menderita DVT hingga mereka menjalani perawatan darurat untuk emboli paru (bekuan darah di paru-paru)
Emboli paru dapat terjadi saat bekuan DVT telah berpindah dari lengan atau kaki ke paru-paru.
Baca juga: Kenali Apa itu Trombosis, Penyebab, Gejala, sampai Cara Mengatasinya
Saat arteri di paru-paru tersumbat, kondisi ini dapat mengancam jiwa dan membutuhkan perawatan darurat.
Melansir Mayo Clinic, apapun yang mencegah darah mengalir atau membeku secara normal dapat menyebabkan pembekuan darah.
Penyebab utama DVT adalah kerusakan vena akibat pembedahan atau trauma dan peradangan akibat infeksi atau cedera.
Beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan DVT, yaitu:
Baca juga: Trombosis Arteri
Dokter akan melakukan pemindaian ultrasound bagi pasien dengan dugan DVT. Pemindaian dapat menunjukkan jika darah mengalir secara normal melalui vena.
Selain itu, dokter juga mungkin akan melakukan rontgen vena (venogram). Dokter akan menyuntikkan pewarna untuk menunjukkan letak bekuan darah.
Tes lain yang mungkin dilakukan dapat termasuk:
Perawatan bagi penderita DVT termasuk obat-obatan, stoking kompresi, dan mengangkat kaki yang terkena.
Jika bekuan darah luas, pengujian dan perawatan yang lebih invasif. Tujuan utama pengobatan, yaitu:
Dokter mungkin akan memberikan suntikan obat antikoagulan (pengencer darah) yang disebut heparin saat menunggu pemindaian ultrasound untuk diagnosis.
Setelah terdiagnosis dengan DVT, pengobatan utama adalah tablet obat antikoagulan, seperti warfarin dan rivaroxaban.
Baca juga: 5 Gejala Pembekuan Darah Sesuai Bagian Tubuh yang Terkena
Penderita mungkin perlu minum tablet tersebut selama setidaknya tiga bulan.
Jika obat antikoagulan tidak cocok, sebuah "filter" mungkin akan dimasukkan ke dalam vena besar di perut.
Filter tersebut berperan untuk menghambat dan menghentikan gumpalan darah yang mengalir ke jantung dan paru-paru.
Prosedur lain yang lebih baru melibatkan pemecahan dan pengisapan bekuan darah melalui tabung kecil di pembuluh darah.
Dibutuhkan konsumsi obat antikoagulan selama beberapa bulan setelah perawatan ini.
Bagi wanita hamil, dibutuhkan penanganan DVT yang berbeda. Dokter akan menyuntikkan antikoagulan selama sisa kehamilan dan hingga bayi berusia enam minggu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.