Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 16/09/2021, 19:00 WIB
Annisyah Dewi N,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Parasit merupakan organisme mikroskopik yang menggunakan makhluk hidup lain yang sering disebut inang untuk bertahan hidup.

Parasit bertahan hidup dengan mengambil persediaan nutrisi dari tubuh inang. Sebagian parasit tidak berbahaya, sedangkan sebagian lain menyebabkan infeksi.

Parasit dapat membahayakan inang ketika mengambil sebagian atau seluruh nutrisi inang dan mengakibatkan berbagai gejala dan kondisi kesehatan yang tidak menyenangkan.

Kondisi ini disebut dengan infeksi parasit, yaitu kondisi ketika parasit tumbuh, berkembang, berproduksi, atau menyerang sistem organ yang menyebabkan inangnya sakit.

Baca juga: Tanda-tanda Luka Mengalamai Infeksi

Sekitar 70 persen jenis parasit bersifat mikroskopik, salah satunya parasit malaria. Namun, beberapa parasit cacing dapat mencapai panjang lebih dari 30 meter.

Parasit bukanlah penyakit, tetapi dapat menyebarkan penyakit. Setiap jenis parasit memiliki efek yang berbeda.

Tanpa inang, parasit tidak dapat bertahan hidup, tumbuh, dan berkembang biak sehingga mereka jarang membunuh inangnya.

Meskipun tidak membunuh inangnya, parasit dapat menyebarkan penyakit yang beberapa di antaranya adalah penyakit serius.

Penyebab

Merangkum MSD Manual dan Healthline, infeksi parasit terjadi akibat parasit masuk ke dalam tubuh manusia melalui mulut atau kulit.

Parasit yang masuk melalui mulut akan tertelan dan dapat tetap berada di usus atau menembus dinding usus dan menyerang organ lain.

Terdapat tiga jenis organisme yang menyebabkan infeksi parasit, yakni:

Baca juga: 13 Cara Mengurangi Risiko Terkena Infeksi yang Baik Dilakukan

  1. Protozoa
    Merupakan organisme bersel tunggal yang dapat hidup dan berkembang biak di dalam tubuh manusia.
  2. Cacing
    Merupakan organisme bersel banyak yang dapat hidup di dalam ataupun di luar tubuh manusia, seperti cacing pita dan cacing gelang.
  3. Ektoparasit
    Merupakan organisme multisel yang hidup atau memakan kulit manusia, seperti nyamuk, kutu, dan tungau.

Protozoa dan cacing dapat menyebar melalui air, makanan, limbah, tanah, dan darah yang terkontaminasi.

Beberapa parasit juga dapat ditularkan melalui kontak seksual.

Sedangkan beberapa parasit lain, dapat masuk langsung melalui kulit karena ditularkan melalui gigitan serangga.

Serangga yang membawa dan menularkan penyebab penyakit disebut vektor, seperti nyamuk anopheles yang menjadi vektor penyakit malaria

Gejala

Mengutip Healthline, gejala infeksi parasit bervariasi karena disesuaikan dengan organisme penyebabnya, misalnya:

Baca juga: 3 Penyakit Akibat Infeksi Virus yang Sering Dialami Anak

  • Trikomoniasis, yakni penyakit menular seksual yang disebabkan oleh parasit Trichomonas vaginalis, memiliki gejala:
    a. keluar cairan berbau busuk pada vagina
    b. area genital atau alat kelamin terasa gatal
    c. nyeri saat buang air kecil pada wanita

  • Giardiasis, yakni infeksi usus yang disebabkan oleh parasit Giardia, memiliki gejala:
    a. diare encer dengan feses berminyak
    b. kelelahan atau dehidrasi
    c. kram perut
    d. bersendawa
    e. sering buang gas atau kentut

  • Kriptosporidiosis (kripto), infeksi yang disebabkan parasit Cryptosporidium parvum pada usus, memiliki gejala:
    a. diare berair
    b. nafsu makan menurun
    c. kram perut
    d. mual dan muntah
    e. demam

  • Toksoplasmosis, infeksi akibat parasit protozoa Toxoplasma gondii (T. gondii), memiliki gejala:
    a. nyeri otot
    b. demam
    c. sakit kepala
    d. Pembesaran kelenjar getah bening di leher

Faktor Risiko

Infeksi parasit dapat menyerang siapa saja, tetapi terdapat beberapa hal yang meningkatkan risiko terserang penyakit ini, di antaranya:

Baca juga: Terlihat Sama, Ini Beda Infeksi Virus dan Bakteri

  1. memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah atau mengidap penyakit lain
  2. hidup di area yang kekurangan pasokan air bersih
  3. berenang di danau, sungai, atau kolam yang berpotensi terdapat Giardia atau parasit lainnya
  4. memiliki pekerjaan yang melakukan kontak langsung dengan feses, seperti mengasuh bayi
  5. memiliki hewan peliharaan yang terinfeksi parasit

Diagnonis

Infeksi parasit dapat didiagnosis dengan beberapa cara berikut:

  1. Tes darah
  2. Uji sampel feses
  3. Endoskopi atau kolonoskopi, untuk memeriksa saluran usus jika hasil uji feses tidak meyakinkan
  4. Sinar-X, MRI, atau CT scan, untuk memeriksa tanda-tanda cedera pada organ akibat parasit

Perawatan

Pengobatan infeksi parasit disesuaikan dengan jenis parasit yang menginfeksi tubuh dan tingkat keparahannya.

Infeksi parasit dapat membaik dengan sendirinya, tetapi juga terdapat infeksi yang perlu ditangani dengan pemberian obat-obatan antiparasit, seperti:

Baca juga: 9 Tanda-tanda Infeksi pada Luka di Kulit

  • Albendazole, untuk mengobati infeksi cacing pita
  • Ivermectin, untuk mengobati infeksi akibat cacing gelang
  • Mebendazole, untuk mengatasi infeksi cacing di saluran pencernaan
  • Nitazoxanide, untuk mengobati diare yang disebabkan oleh infeksi parasit tertentu pada usus (Cryptosporidium parvum dan Giardia lamblia)
  • Thiabendazole, untuk mengobati penyakit akibat infeksi cacing

Jika diperlukan, dokter juga akan memberikan antibiotik dan antijamur untuk membantu meredakan gejala infeksi parasit.

Pada penderita infeksi parasit yang mengalami diare berlebihan maka diharuskan untuk banyak minum untuk mencegah dehidrasi.

Pencegahan

Dilansir dari Healthline, terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko tertular infeksi parasit, diantaranya:

  1. Lakukan seks aman, tidak berganti-ganti pasangan, dan menggunakan kondom
  2. Cuci tangan dengan benar secara teratur
  3. Masak makanan hingga matang sempurna
  4. Mengonsumsi air yang layak minum atau air dalam kemasan
  5. Hindari menelan air dari sungai, kolam, atau danau ketika berenang

Baca juga: Membedakan Sinusitis Akibat Infeksi Virus dan Bakteri

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Video rekomendasi
Video lainnya

Indeks Penyakit


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com