Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 02/10/2021, 17:00 WIB
Xena Olivia,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktif (GPPH) atau Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) merupakan kondisi kronis yang dapat memengaruhi anak-anak dan dewasa.

ADHD dapat meliputi kombinasi masalah yang berkelanjutan, seperti sulit memusatkan perhatian, hiperaktif, dan berperilaku impulsif.

Anak-anak dengan ADHD juga mungkin sulit untuk merasa percaya diri, sulit menjalin hubungan baik, dan cenderung memiliki kinerja yang buruk di sekolah.

Baca juga: Anak Didiagnosis ADHD, Orangtua Harus Bagaimana?

Meskipun dapat mereda seiring bertambahnya usia, ada banyak penderita ADHD yang tidak dapat sepenuhnya mengatasi gejala mereka.

Namun, mereka dapat belajar untuk menjadi lebih baik.

Tidak ada pengobatan yang dapat menyembuhkan ADHD sepenuhnya. Akan tetapi, perawatan yang dijalani dapat meredakan gejala.

Contohnya, obat-obatan dan intervensi perilaku. Diagnosis dan pengobatan dini dapat menunjukkan perbedaan yang signifikan.

Gejala

Terdapat berbagai gejala yang dapat dikaitkan dengan ADHD, tergantung pada jenis ADHD yang dimiliki.

Terdapat tiga jenis ADHD: dominan inatentif, dominan hiperaktif imulsif, serta kombinasi inatentif dan inatentif.

Dominan inatentif

  • Kurang bisa teliti dan biasanya ceroboh dalam mengerjakan tugas
  • Sulit fokus dalam mengerjakan tugas atau beraktivitas
  • Terlihat seolah tidak mendengarkan, bahkan saat diajak bicara langsung
  • Sulit mengikuti instruksi dan tidak dapat menyelesaikan tugas atau pekerjaanrumah
  • Sulit terorganisir
  • Mudah terganggu
  • Mudah kehilangan barang-barang

Baca juga: Punya Gejala Hampir Sama, Berikut Beda Bipolar dan ADHD

Dominan hiperaktif impulsif.

  • Sering terlihat gelisah, memainkan tangan atau kakinya, menggeliat di kursi
  • Sulit untuk tetap duduk di kelas atau dalam situasi lain
  • Berlari atau memanjat ke sana-sini
  • Sulit dalam beraktivitas dan bermain
  • Sulit menunggu giliran
  • Mengganggu atau memotong percakapan, serta menginterupsi aktivitas orang lain

Penyebab

Belum ada penyebab pasti dari ADHD. Namun, peneliti meyakini peran kondisi neurologis dan genetika yang menyebabkan terjadinya ADHD.

Melansir healthline, terdapat penelitian yang menunjukkan berkurangnya tingkat produksi dopamin bagi penderita ADHD.

Dopamin merupakan zat kimia di otak yang dapat membantu memindahkan sinyal dari satu saraf ke saraf lainnya. Hormon ini berperan dalam memicu respons dan gerakan emosional.

Selain itu, terdapat penelitian lain yang menunjukkan adanya perbedaan struktural pada otak. Penderita ADHD memiliki volume materi abu-abu yang lebih sedikit.

Volume materi abu-abu dapat berperan untuk:

  • berbicara
  • mengontrol diri
  • pengambilan keputusan
  • kontrol otot

Baca juga: Tak Hanya Anak-anak, Orang Dewasa Juga Bisa Alami ADHD

Beberapa faktor lain yang diduga berperan menjadi penyebab ADHD, di antaranya:

  • bayi lahir prematur (sebelum minggu ke-37)
  • lahir dengan berat rendah
  • merokok, minum alkohol, atau narkoba selama masa kehamilan

Diagnosis

Tidak ada tes spesifik untuk mendiagnosis ADHD. Namun, pemeriksaan awal akan mencakup:

  • Pemeriksaan medis untuk menyingkirkan kemungkinan penyebab gejala lain
  • Riwayat hidup, seperti kondisi kesehatan, riwayat kesehatan keluarga, serta keadaan di sekolah
  • Wawancara dengan pihak keluarga, guru, atau orang yang banyak berinteraksi dengan anak, seperti pengasuh
  • Skala peringkat ADHD untuk membantu mengumpulkan informasi soal anak

Perawatan

Umumnya, opsi terbaik untuk menangani ADHD adalah mengkombinasikan terapi perilaku dan pengobatan.

Selain itu, dibutuhkan juga pelatihan untuk orang tua. Khususnya jika penderita masih berusia balita (4-5 tahun).

Namun, penanganan terbaik kembali lagi pada anak dan keluarga. Strategi penanganan yang baik meliputi pemantauan ketat, tindak lanjut, dan beradaptasi pada setiap keadaan.

Pencegahan

Untuk mengurangi risiko terjadinya ADHD pada anak, berikut hal yang dapat diupayakan.

Baca juga: Faktor Risiko ADHD pada Anak

  • Hindari melakukan/mengkonsumsi apapun yang dapat membahayakan janin, seperti merokok, minum alkohol, atau menggunakan narkoba
  • Lindungi anak dari paparan polutan dan racun, seperti asap rokok dan cat timbal
  • Batasi penggunaan gawai pada anak, khususnya dalam lima tahun pertama
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Indeks Penyakit


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau