KOMPAS.com - Selain berfungsi untuk menghaluskan makanan dan membantu memperjelas ucapan, gigi juga memengaruhi penampilan.
Oleh karena itu, kesehatan gigi sangat penting untuk diperhatikan agar gigi tetap dalam kondisi baik dan terhindar dari sakit gigi.
Selain itu, pemilihan makanan atau minuman juga dapat memengaruhi kondisi gigi. Misalnya menggigit atau mengunyah makanan keras dapat menyebabkan gigi retak.
Gigi retak atau patah dalam istilah medis disebut dengan fraktur gigi, menimbulkan ketidaknyamanan akibat rasa sakit dan pembengkakan.
Baca juga: 11 Cara Mengatasi Sakit Gigi di Malam Hari
Bentuk
Fraktur gigi dapat memengaruhi beberapa atau seluruh lapisan gigi.
Melansir Healthline, terdapat beberapa bentuk fraktur gigi, yaitu:
- Garis halus atau craze lines
Retakan sangat kecil pada enamel gigi atau lapisan terluar gigi dan tidak menimbulkan rasa sakit sehingga tidak memerlukan perawatan apa pun
- Retak pada cusp atau cracked cusp
Cusp merupakan ujung runcing dari permukaan gigitan (mahkota) gigi. Ketika cusp rusak maka gigi dapat patah disertai nyeri tajam saat menggigit
- Retak yang meluas ke garis gusi
Menyebabkan retakan meluas hingga ke garis gusi dan menyebabkan gigi retak seluruhnya
- Gigi terbelah
Terjadi retakan hingga ke akar gigi yang menyebabkan gigi terbelah menjadi dua bagian
- Fraktur akar vertikal
Retakan dimulai dari akar gigi dan bergerak ke atas menuju permukaan kunyah gigi
Gejala
Dilansir dari Medical News Today, gigi retak sering kali tidak disertai gejala. Namun, jika terdapat gigi retak beberapa gejala yang dirasakan adalah:
- rasa sakit saat makan, terutama saat mengunyah atau menggigit
- pembengkakan gusi di sekitar gigi retak
- gigi menjadi lebih sensitif terhadap rasa manis
- gigi menjadi lebih sensitif terhadap makanan panas atau dingin
- rasa sakit yang cenderung datang dan pergi tetapi jarang berlangsung terus-menerus
Baca juga: 8 Penyebab Sakit Gigi yang Sering Terjadi
Penyebab
Mengutip Dental Health, fraktur gigi atau gigi retak dapat disebabkan oleh beberapa kondisi berikut, di antaranya:
- Penggilingan gigi yang ekstrem, menyebabkan gigi mendapat tekanan yang sangat besar
- Tambalan gigi yang besar, menyebabkan gigi berbenturan dengan gigi lain saat menggigit
- Mengunyah atau menggigit sesuatu yang keras, misalnya es batu, kacang, permen, atau tulang daging
- Pukulan atau cedera yang mengenai dagu atau rahang bawah
- Mengalami penyakit gusi yang menyebabkan pengeroposan tulang sehingga gigi berisiko terkena fraktur akar
- Perubahan temperatur yang mendadak pada rongga mulut
Diagnosis
Dikutip dari Cleveland Clinic, terdapat beberapa cara untuk mendiagnosis fraktur gigi, yaitu:
- Melakukan anamnesis, tanya jawab antara dokter dan pasien untuk membantu menentukan diagnosis
- Melakukan pemeriksaan gigi dan gusi secara menyeluruh dengan lensa pembesar, untuk melihat apakah terdapat peradangan dan gigi patah
- Menggunakan dental explorer, yaitu alat runcing yang digunakan untuk menangkap tepi kasar dan retak pada permukaan gigi
- Menggunakan probe untuk meraba permukaan gigi
- Melakukan tes gigit, penderita diminta untuk menggigit tongkat untuk melihat posisi gigi yang bermasalah
- Mengoleskan pewarna khusus pada gigi agar retakan gigi tampak lebih jelas
- Melakukan rontgen pada gigi, untuk melihat kondisi pulpa gigi
Baca juga: 5 Cara Mengatasi Sakit Gigi di Malam Hari Tanpa Obat
Perawatan
Mengutip Healthline, penanganan fraktur gigi disesuaikan dengan posisi retakan dan tingkat kerusakannya.
Retakan kecil yang tidak menimbulkan rasa sakit, biasanya tidak memerlukan penanganan khusus.
Namun, pada kasus fraktur gigi yang parah dapat ditangani dengan beberapa metode penanganan berikut:
- Penambalan gigi
- Menggunakan resin plastik untuk mengisi atau menambal retakan sehingga gigi kembali seperti sedia kala
- Metode ini dilakukan pada fraktur gigi yang tidak terlalu parah
- Memasang mahkota gigi
- Sebagai penutup yang dipasang tepat di atas gigi yang rusak
- Metode ini dilakukan jika akar gigi yang retak masih kuat
- Perawatan saluran akar (PSA)
- Dilakukan untuk mengangkat saraf gigi yang telah rusak
- Metode ini dipilih jika fraktur gigi telah meluas hingga ke pulpa
- Pencabutan gigi atau ekstraksi gigi
Dilakukan jika fraktur gigi telah merusak struktur, saraf, dan akar gigi
Pencegahan
Melansir Medical News Today, gigi retak tidak selalu dapat dicegah, namun terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko mengalami fraktur gigi:
Baca juga: 4 Cara Mengatasi Sakit Gigi pada Ibu Hamil
- Hindari makanan yang sulit dikunyah, seperti es batu dan biji popcorn yang masih keras
- Hentikan kebiasaan yang dapat merusak gigi, seperti menggertakkan atau menggigit pulpen
- Berusaha untuk tidak mengatupkan gigi
- Gunakan pelindung mulut atau gum shield untuk melindungi gigi saat berolahraga
- Bagi penderita sleep bruxism, gunakan mouth guard saat tidur dapat mencegah gigi patah akibat gesekan
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.