KOMPAS.com - Asbes menjadi salah satu bahan yang banyak digunakan sebagai atap bangunan oleh masyarakat Indonesia.
Namun, paparan serat asbes atau debu dari asbes yang terhirup dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan penyakit yang disebut dengan asbestosis.
Asbestosis adalah penyakit paru-paru yang tidak dapat disembuhkan dan dapat menyebabkan sesak napas, batuk kronis, kelelahan, serta nyeri dada.
Baca juga: 6 Cara Menjaga Paru-paru Tetap Sehat
Serat asbes yang terhirup dalam jangka waktu yang lama akan mengiritasi jaringan paru-paru, bahkan menyebabkan kerusakan permanen yang meningkatkan risiko kanker paru-paru.
Jika semakin parah, iritasi ini akan membentuk jaringan parut yang menyebabkan paru-paru tidak dapat menjalankan fungsinya dengan maksimal.
Kemampuan paru-paru untuk mengembang dan mengatur oksigen yang masuk menjadi terganggu akibat terbentuknya jaringan parut.
Kondisi ini menyebabkan penderita asbestosis mengalami sesak napas dan merasakan gangguan pernapasan lainnya.
Dirangkum dari Healthline dan Medical News Today, gejala asbestosis umumnya baru muncul sekitar 10 sampai 40 tahun dari paparan asbes pertama.
Gejala asbestosis, di antaranya:
Baca juga: Bagaimana Asap Rokok Bisa Picu Kanker Paru-Paru?
Menurut Mayo Clinic, penyakit asbestosis disebabkan oleh paparan debu serat asbes yang terhirup dalam jangka waktu yang lama.
Serat asbes yang terhirup akan terperangkap dan menumpuk di dalam alveoli atau kantong udara di dalam paru-paru.
Selanjutnya, serat asbes akan membentuk jaringan parut yang mengiritasi dan melukai jaringan paru-paru sehingga paru-paru menjadi kaku.
Paru-paru yang kaku menyebabkan organ tersebut tidak dapat berkontraksi (mengembang dan mengempis) secara normal.
Hal inilah yang mengakibatkan penderita asbestosis kesulitan bernapas. Kondisi ini dapat semakin parah jika penderita memiliki kebiasaan merokok.
Mengutip Mayo Clinic, terdapat beberapa pekerjaan yang meningkatkan risiko terserang penyakit ini, yaitu:
Baca juga: 19 Makanan yang Baik untuk Kesehatan Paru-paru
Selain itu, memiliki anggota keluarga satu rumah yang bekerja di pertambangan atau konstruksi yang berhubungan dengan asbes juga berisiko terkena asbestosis.
Dilansir dari Healthline, dokter akan melakukan anamnesis mengenai gejala, riwayat penyakit, dan pekerjaan penderita.
Kemudian, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik pada dada menggunakan stetoskop untuk mendengar bunyi pernapasan.
Untuk memastikan diagnosis, dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan penunjang berikut:
Merangkum Healthline dan National Health Service, tidak ada obat untuk menyembuhkan asbestosis.
Penanganan bertujuan untuk membantu mengendalikan atau meredakan gejala dan memperlambat perkembangan penyakit, serta mencegah komplikasi.
Berikut beberapa metode penanganan bagi penderita asbestosis:
Baca juga: 10 Tanda Penyakit Paru-paru yang Pantang Disepelekan
Selama proses pengobatan, penderita juga disarankan melakukan beberapa tindakan berikut ini:
Dirangkum dari Healthline dan Medical News Today, berikut beberapa komplikasi yang disebabkan oleh asbestosis:
Baca juga: Ini Beda Kondisi Paru-paru Perokok dan Paru-paru Sehat
Mengutip Mayo Clinic, menghindari paparan debu asbes adalah cara terbaik mencegah asbestosis.
Menggunakan pelindung wajah dan pakaian khusus saat melakukan pekerjaan yang rentan terhadap paparan asbes juga dapat mencegah asbestosis.
Jika menggunakan asbes sebagai atap rumah dan sudah rusak sebaiknya segera ganti dengan material lain yang lebih aman.
Hal ini dikarenakan asbes yang rusak dapat mengeluarkan serat atau debu asbes yang beterbangan di udara sehingga mudah terhirup.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.